Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fakta Berikut Menunjukkan Tidak Mungkin Kubu Jokowi Berada di Belakang Sandiwara Ratna Sarumpaet

6 Oktober 2018   10:47 Diperbarui: 6 Oktober 2018   11:37 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebohongan yang dilakukan seorang aktivis sekelas Ratna Sarumpaet sampai sekarang masih terus diperbincangkan. Ada yang bertanya ,bagaimana mungkin perempuan aktivis yang dikenal vokal itu mau membuat cerita bohong yang kemudian dimanfaatkan beberapa teman temannya untuk sebuah kepentingan politik.

Sejatinya ibu kandung artis Atiqah Hasiholan itu memang seorang aktivis sejati.Hal Ini antara lain terlihat dari rekam jejaknya di masa orde baru. Pada orde yang sering disebut represif itu ,Ratna telah muncul sebagai aktivis yang berani menyuarakan keadilan.

Perempuan yang lahir di Tarutung  ,Sumatera Utara itu tampil sebagai pembela utama Marsinah ,seorang aktivis  buruh yang tewas pada tahun 1993.
Salah satu bentuk perlawanannya terhadap ke tidak adilan ,tahun 1994 ,Ratna menggelar pertunjukan drama di Taman Ismail Marzuki yang bertajuk : Marsinah ,Nyanyian dari Bawah Tanah.

Ratna bertindak sebagai penulis naskah ,sutradara dan sekaligus berperan sebagai Marsinah. Naskah drama itu merupakan ungkapan kegelisahan Ratna terhadap kasus kasus seperti yang menimpa Marsinah. Oleh karena kasus pembunuhan Marsinah tidak terungkap juga bahkan kasusnya dinyatakan ditutup maka Ratna menggelar pertunjukan monolog ," Marsinah Menggugat". Aktivitasnya yang demikian menjadikannya terus menerus diikuti oleh intel orde baru.

Pada Pemilu 1997 ,Ratna semakin nyaring bersuara menentang penyelenggaraan pemilu yang tidak demokratis .Akibat protesnya yang demikian Ratna sempat ditahan dimasa Orba. Jejak langkahnya yang demikian menunjukkan bahwa Ratna Sarumpaet bukanlah " anak kemarin sore" dibilang pergerakan.

Semasa pemerintahan Jokowi- JK ,ibu mertua Rio Dewanto ini pun mengambil posisi berseberangan dengan kubu Pemerintah. Kita masih ingat kritik kerasnya sewaktu Pemerintah memutuskan menghentikan pencarian korban kapal yang tenggelam di Danau Toba. 

Perempuan yang punya marga Sarumpaet ini juga sekitar dua bulan yang lalu bersuara nyaring menyebut dana seseorang senilai Rp.22,9 Triliun diblokir oleh Pemerintah. Dia menyebut Jokowi dan Kementerian Keuangan terlibat dalam pemblokiran dana yang disebutnya untuk pembangunan di Papua. Ratna juga terus mendatangi beberapa kota untuk mengajak masyarakat pada 2019 Ganti Presiden.

Dengan reputasinya yang demikian Ratna juga masuk dalam Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga Uno. Mungkin dengan jejak rekamnya yang demikianlah beberapa tokoh oposisi seperti Fadli Zon,Mardani Ali Sera bahkan Prabowo Subianto langsung memercayai ceritanya bahwa telah terjadi penganiayaan terhadap dirinya di seputaran Bandara Husein Sastranegara ,Bandung pada 21 September 2019.

Begitu cerita dia ungkapkan kepada teman temannya di barisan 02, cerita tersebut kemudian diangkat sebagai isu politik yang tidak dapat dipungkiri ditujukan untuk menggerus popularitas Jokowi- Ma'ruf Amin. Memang disebutkan Ratna tidak pernah menguraikan cerita maupun fotonya yang lembam akibat dipukuli oleh para penganiayanya.

Tetapi diperkirakan ibunda Atiqah Hasiholan itu pasti akan paham bahwa cerita dan fotonya itu akan dimanfaatkan teman temannya untuk sebuah kepentingan politik.Rasanya Ratna pasti paham bahwa fotonya dengan Fadli Zon akan dipublikasikan ke publik dengan tujuan untuk menggerus popularitas Jokowi- Ma'ruf Amin dan sekaligus menaikkan elektabilitas Prabowo- Sandiaga Uno.

Seperti yang dikatakan sebelumnya ,Ratna bukanlah aktivis kemarin sore karenanya ia sangat paham bahwa ceritanya ,fotonya serta foto bersama nya dengan Fadli Zon pasti akan digunakan untuk sebuah kepentingan politik.Begitu juga halnya pertemuan serta ceritanya kepada Prabowo dan Amien Rais yang konon bertemu di satu tempat yang dirahasiakan ,patut diduga Ratna mengetahui akan dijadikan sebagai isu politik.

Dalam konteks yang demikianlah muncul pertanyaan ,mengapa Ratna melakukan hal yang demikian?

Pada tingkat Warung kopi juga sudah mulai beredar diskusi yang membahas apakah kasus kebohongan Ratna Sarumpaet ini bukan merupakan bahagianya dari sebuah teori konspirasi.Secara sederhana teori konspirasi atau persekongkolan diartikan sebagai pelaku utama memainkan peran ganda .Disatu sisi ia sangat dipercaya oleh teman temannya dan disisi lain ia main mata dengan musuh teman temannya itu.

Seperti yang dikatakan Fadli Zon ,pihaknya lah yang paling dirugikan dengan adanya kebohongan yang diciptakan Ratna Sarumpaet itu.Tetapi perlu dicatat pihak Fadli Zon menjadi yang paling dirugikan oleh karena kubu oposisi terlalu cepat menyambar cerita yang disampaikan oleh sutradara Marsinah itu.Andainya cerita Ratna bahwa ia dianiaya tidak disambar langsung kubu oposisi maka secara politis tidak ada kerugian politik yang signifikan disana .

Sesungguhnya untuk manusia normal setiap tindakan pasti didorong oleh sebuah atau beberapa motif. Untuk yang gemar dengan teori persekongkolan maka mengemuka jugalah di pikiran mereka bahwa Ratna tidak sendiri memainkan drama ini.Dalam pikiran mereka pasti perempuan tua itu bersekongkol dengan orang atau bahkan sebuah kekuatan politik dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan politik .

Dalam pemikiran yang demikian mereka punya pandangan ,karena yang paling diuntungkan dengan kasus kebohongan Ratna itu adalah kubu Jokowi maka bukan tidak mungkin sutradara dan pemain teater itu bersekongkol dengan entah siapapun di kubu Presiden pertahana itu.

Terhadap pandangan yang demikian menurut saya mengandung beberapa kelemahan. Andainya ada persekongkolan yang demikian tentu peristiwa nya tidak diledakkan sekarang.Hal yang demikian baru akan diledakkan pada sekitar bulan Maret tahun depan itupun kalau tingkat elektabilitas kubu oposisi semakin menguat.

Sekarang ini tingkat elektabilitas Jokowi- Ma'ruf Amin masih tetap pada angka yang cukup bagus serta punya selisih sekitar 20 persen dengan tingkat keterpilihan rivalnya pada Pilpres itu.

Selanjutnya tidak ditemukan motif yang kuat pada Ratna untuk rela bersekongkol dengan kubu Jokowi. Perkembangan terakhir ketika Ratna ditetapkan sebagai tersangka dan kemudian ditangkap serta dicegah bepergian ke Cili semakin menegaskan bahwa tidak ada persekongkolan nya dengan kubu Presiden petahana .
Ratna Sarumpaet ditangkap polisi di Bandara Sukarno - Hatta pada Kamis,4 Oktober 2018 malam.

Sekarang mari kita urut ke belakang cerita Ratna tentang penganiayaan itu. Pemeran " Marsinah " itu menyebut ia dianiaya pada 21 September tetapi baru diviralkan pada 2 Oktober 2018. Ratna tentu tahu tanggal 4 Oktober ia akan meninggalkan Indonesia menuju Cili.

Saya punya keyakinan ,Ratna mengakui kebohongan nya pada 3 Oktober sore karena kepolisian pada 3 Oktober pagi sudah mengemukakan fakta fakta tentang kebohongan itu.Kuat dugaan kalau polisi tidak bergerak cepat untuk menemukan fakta tentang kebohongan itu ,belum tentu Ratna akan mengungkapkan rekayasa ceritanya itu.

Mari kita bayangkan bagaimana kegaduhan politik yang terjadi  kalau polisi tidak bergerak cepat . Ratna meninggalkan Indonesia ,sementara foto wajah nya yang lembam itu terus viral di medsos.Tuduhan miring dan politis akan semakin nyaring ditujukan ke kubu Jokowi- Ma' ruf Amin.

Tetapi karena polisi bergerak cepat itulah maka skenario yang ada menjadi buyar bahkan menjadi fatal.Dan akhirnya Ratna kemudian menjadi korban dari " drama " itu.
Pertanyaan berikutnya ,sendirikah Ratna menyiapkan drama itu?.Untuk mengungkap hal tersebut kita berharap kepolisian bisa menggali informasi untuk menegakkan kebenaran .

Salam Pilpres !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun