Sudah banyak cerita yang merupakan success story dari dua anak bangsa ,PK Ojong dan Jakob Oetama pendiri  majalah Intisari dan kemudian menerbitkan Harian Kompas pada 1965.
Kisah sukses itu semakin nyata ketika kemudian kita tidak hanya melihat lembaran lembaran surat kabar yang sudah berusia 53 tahun.Kisah sukses itu semakin nyata ketika kita berkunjung ke toko buku Gramedia yang sekarang berdiri di berbagai kota.
Kisah sukses itu terasa semakin mendalam ketika kita nonton Kompas Tv.Kisah sukses itu semakin berkesan ketika melintasi hotel Santika yang terletak diseberang Lapangan Benteng Medan.
Untuk saya yang tinggal di Medan ,kisah sukses itu terasa semakin menggetarkan apabila sedang di Jakarta melintas di Jalan Palmerah ,Jakarta Pusat lalu menoleh ke gedung bertingkat 24 yang kemudian diberi nama Menara Kompas-Gramedia.
Semuanya itu merupakan prestasi dari hasil kerja keras serta ketekunan duet yang masyhur PK Ojong-Jakob Oetama.Kedua nama inilah yang tidak bisa dipisahkan dari Kompas-Gramedia beserta dengan seluruh badan usaha yang dimilikinya.
Sekarang PK Ojong sudah tiada dan tinggallah Jakob Oetama sebagai satu satunya pendiri Kompas yang masih hidup.
Tetapi bagi saya ,Jakob Oetama bukan lah hanya sebatas pendiri surat kabar Kompas semata tetapi lebih dari itu sosok yang lahir di Desa Jowahan dekat Candi Borobudur Magelang ini punya peran besar  terutama dalam menanamkan prinsip prinsip penting dalam kehidupan pers Indonesia.
Lebih dari itu Jakob Oetama adalah sosok yang selalu peduli terhadap kehidupan bangsanya. Sekarang disebut era digital yang juga disebut sebagai era banjir informasi yang sangat berbeda dengan sebutlah dua puluh tahun yang lalu.
Pada masa dua puluh tahun yang lalu itu ,kita hanya menerima informasi dari surat kabar ,majalah ,radio,buku dan televisi.
Surat kabar,majalah atau buku harus kita beli atau meminjam dari orang lain.Pesawat televisi  atau radio mungkin ada di rumah kita masing masing . Keadaan yang demikian menunjukkan betapa masih terbatasnya sumber informasi yang kita miliki.
Sungguh berbeda dengan masa sekarang ini.Sumber informasi itu sudah berada dalam genggaman kita.Kemana pun kita pergi alat itu selalu dibawa sehingga dimanapun kita berada,sepanjang ada jaringan internet kita masih tetap bisa mengakses berita.
Melalui alat yang kita genggam itu ribuan informasi dapat kita peroleh setiap hari.Mulai dari informasi yang bermutu seperti ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita sampai kepada informasi yang lucu lucu bahkan kabar bohong pun akan singgah di gawai yang kita miliki.
Dalam suasana banjir informasi yang demikianlah ,Jakob Oetama telah mengingatkan " Informasi yang dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan .Lubernya informasi tidak lain berarti bahwa ada jenis informasi yang bukan saja tidak sempat diolah ,akan tetapi juga sama sekali tidak mungkin dipakai".
Sungguh tepat penggambaran yang diberikan oleh pendiri Kompas ini .Bukankah sekarang ini kita cemas dengan berbagai informasi yang dapat menggoyahkan sendi sendi kehidupan kita sebagai bangsa.Kita menjadi cemas karena banyaknya berita berita bohong yang anehnya kadang kadang diterima masyarakat sebagai berita yang benar.
Kita menjadi cemas karena ada pihak pihak yang sengaja menyebarkan informasi palsu dengan niat jelek dan sering tidak diketahui oleh publik siapa pembuat berita palsu itu.
Ternyata Jakob Oetama yang sudah sukses di berbagai bidang kehidupsn ini ,pada usianya yang sekarang tidak berada pada posisi " cukuplah menikmati hidup ini saja" tetapi lebih dari itu masih ikut memikirkan berbagai hal untuk kebaikan bangsanya.
Dalam perspektip yang demikianlah untuk saya, tokoh yang hari ini berulang tahun itu tidak hanya sebatas pendiri surat kabar Kompas.
Selamat Ulang Tahun ke -87 Pak Jakob Oetama!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H