Sejak sukses menggelar Aksi Aksi Bela Islam terutama Aksi Damai 411 dan 212, popularitas Habib Rizieq dan Front Pembela Islam semakin melambung. Bahkan di beberapa daerah oleh beberapa elemen kelompok Muslim telah menobatkan Habib Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Ummat Islam Indonesia.
Dari berbagai pidato dan ucapannya tidak salah kalau menyimpulkan Rizieq tidak akan mendukung Jokowi untuk terpilih lagi sebagai Presiden RI pada priode kedua.
Karena keberhasilan Rizieq menggerakkan aksi aksi bela Islam serta sikapnya yang tidak akan mendukung Jokowi tersebut maka banyak tokoh maupun kelompok yang mendekat ke Rizieq. Tentulah pendekatan itu dimaksudkan untuk mendapat dukungan politis pada pilpres nant.
Dukungan politik yang dimaksudkan itu bisa berupa seruan atau semacam fatwa yang berasal dari Rizieq yang berisi ajakan agar ummat Islam memilih capres-cawapres yang bukan Jokowi dan pasangannya.
Tanda tanda bahwa Rizieq akan membangun sebuah kekuatan politik pada pilpres sangat jelas terbaca ketika ia menyerukan agar dibentuk Koalisi Keummatan yang terdiri dari Gerindra, PAN, PKS dan Partai Bulan Bintang( PBB).
Untuk merumuskan figur yang akan diusung pada pilpres diselenggarakanlah Ijtima' Ulama bertempat di Jakarta pada akhir Juli 2018. Kegiatan itu diadakan oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama ( GNPF-U) yang diketuai oleh Yusuf Martak.
Dalam pandangan saya, Ijtima' Ulama tersebut mendapat restu dari Rizieq dan pada acara pembukaan itu ditampilkan video yang merupakan kata sambutan dari Imam Besar FPI tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui Ijtima' Ulama telah merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan merekomendasikan Ustadz Abdul Somad ( UAS) serta Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapres. Saya memperkirakan ketiga nama yang direkomendasi itu sudah mendapat restu dari Rizieq. Bahkan mungkin ketiga nama dimaksud berasal dari arahannya.
Karena UAS tidak bersedia maka tinggallah nama Salim Segaf Al Jufri, Ketua Majelis Syuro PKS. Sebelum Prabowo memutuskan cawapresnys terlihat adanya perundingan  politik yang alot untuk menentukan siapa yang akan mendampingi mantan Pangkostrad itu.
Ketika nama Sandiaga Uno mulai menguat selepas Maghrib, 9 Agustus 2018, Yusuf Martak dan beberapa ulama datang menemui Prabowo di kediamannya Jalan Kertanegara Kebayoran Baru, Jakarta.
Seusai ketemu Prabowo, Yusuf Martak berbicara dengan awak media yang intinya mengatakan GNPF-U tetap menginginkan penentuan cawapres harus tetap berpedoman pada rekomendasi Ijtima' Ulama.Bahkan dikemukakannya  juga Jokowi sendiri telah memilih ulama sebagai cawapresnya.