Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menakar Posisi Ngabalin Menguntungkan atau Merugikan Jokowi?

3 September 2018   10:48 Diperbarui: 3 September 2018   11:14 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ali Mochtar Ngabalin adalah seorang politisi. Pada awalnya ia aktif di Partai Bulan Bintang ( PBB) dan berdasarkan hasil Pemilu 1999, putra kelahiran Fak Fak ini terpilih menjadi anggota DPR dari partai yang diketuai Yusril Ihza Mahendra itu.

Setelah sekian tahun di PBB, kemudian ia pindah ke Golkar dan aktif di partai yang berlambang pohon beringin itu.

Pada pilpres 2014politisi Golkar ini ikut aktifberkampanye untuk memenangkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Ngabalin juga dikenal sebagai aktivis ketika terjadi Aksi Damai 212.

Dengan posisi politiknya yang demikian, maka publik agak terkejut juga ketika pada 24 Mei 2018 ia diangkat menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden.

Moeldoko, Kepala Kantor Staf Presiden, menyatakan kehadiran  Ngabalin untuk perkuat komunikasi politik Kantor Staf Presiden.

Setelah menduduki jabatan tersebut mantan politisi Partai Bulan Bintang itu langsung aktip membela kebijakan pemerintah.

Ia juga menyerang balik tokoh atau kelompok yang mendiskreditkan Jokowi dan pemerintahannya.

Belum genap satu bulan bertugas, Ngabalin telah mengkritik Amien Rais. Kritik tajam Ngabalin itu berkaitan dengan ucapan Amien Rais yang mengatakan Presiden Jokowi akan dilengserkan Allah pada pilpres 2019.

Menanggapi ucapan pendiri PAN itu, Ngabalin menyatakan sebagai seorang tokoh seharusnya Amien Rais jangan melontarkan fitnah dan pernyataan yang terkesan mengadu domba rakyat.

Bahkan Ngabalin berkata dengan keras, meskipun berbeda pilihan politik, "Jaga lisanmu sebagai tokoh".

Ngabalin juga berpendapat, Amien Rais sepatutnya juga tidak menghakimi seseorang layaknya Tuhan.

Politisi Golkar itu juga pernah meminta agar Persaudaraan Alumni 212 ( PA 212) memberhentikan Amien Rais.

Permintaan tersebut dikemukakan Ngabalin karena menurutnya, Ketua Dewan Penasehat PA 212 Amien Rais telah menggunakan PA 212 untuk kepentingan politik ( Sumber: merdeka.com, 5/6/2018).

Pada kesempatan lain, Ngabalin pernah juga menyatakan, "Seperti Pak Amien Rais ngomongnya kayak comberan. Hari-hari maki-maki orang . Hari-hari menyebut tidak ada baiknya Jokowi". (Jawa Pos.com, 7/8/2018).

Saya sengaja menyebut tiga contoh di atas dengan maksud untuk melihat posisi Ngabalin yang sangat loyal kepada Jokowi.

Menurut pendapat saya, tidak mudah untuk seorang juru bicara pemerintah mengkritik Amien Rais apalagi disampaikan dengan bahasa yang agak vulgar.

Andainya, kata kata untuk pendiri PAN itu bukan Ngabalin yang menyampaikan maka bisa jadi juru bicara pemerintah yang menyampaikan kata-kata itu akan segera kena serang karena dianggap menghina atau menyerang kehormatan tokoh reformasi itu.

Tetapi karena yang menyampaikannya Ngabalin, seorang aktivis Islam yang dulu pernah sama-sama satu kubu politik dengan mereka maka tidak terlihat reaksi yang terlalu keras terhadapnya berkaitan dengan kritiknya terhadap Amien Rais itu.

Di sinilah saya menilai salah satu kelebihan politisi kelahiran Fak Fak itu.

Seperti yang kita baca, banyak kritik yang diutarakan tentang posisi Ngabalin yang berada di kubu Jokowi itu.

Ada yang menyebut Ngabalin blunder buat Jokowi. Ada yang mengatakan pernyataan pernyataan Ngabalin akan merugikan Jokowi. Tetapi kalau disimak, ungkapan yang demikian justru datang dari tokoh tokoh barisan oposisi Jokowi.

Berkaitan dengan judul artikel ini dan berdasarkan hal-hal yang dikemukakan sebelumnya maka saya menilai kehadiran Ngabalin menguntungkan Jokowi.

Mantan politisi Partai Bulan Bintang ini dibutuhkan pemerintah/Jokowi terutama untuk: 1). Membalas kritik yang dilontarkan dengan menggunakan idiom-idiom Islam, 2). Menyerang balik pengiritik yang asal bunyi yang tidak punya data yang akurat, dan 3). Pilihan kata yang digunakannya untuk membalas kritik sering menohok bahkan membuat merah pipi tokoh yang menyampaikan kritik itu.

Salam Demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun