Menjelang tanggal 10 Agustus hari terakhir pendaptaran paslon pada pilpres, keingintahuan publik semakin menguat untuk mengetahui siapakah calon yang akan diusung sebagai pendamping Jokowi maupun yang akan dipasangkan dengan Prabowo Subianto.
Keingintahuan ini sangat wajar mengingat tokoh tokoh tersebutlah yang akan memimpin negeri ini lima tahun kedepan terhitung Oktober 2019. Kalau ditilik masih ada perbedaan situasi politik pada kubu Jokowi dengan situasi yang ada pada kubu Prabowo.
Pada kubu Jokowi jelas sampai sekarang sudah ada 6 parpol pengusung yaitu, PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP dan PKB. Keenam parpol sudah sepakat mengusung presiden petahana itu untuk maju kembali pada pilpres 2019.
Tentu masih muncul pertanyaan apakah masih mungkin terjadi ada parpol yang akan membelot? Menurut pandangan saya terjadinya hal yang demikian sudah tipis kemungkinannya. Memang selama ini, PKB menyatakan partainya akan mengusung Jokowi dengan syarat Muhaimin Iskandar harus digandeng sebagai cawapres.
Andainya syarat tersebut tidak dipenuhi tetapi partai yang didirikan Gus Dur itu tidak punya pilihan lain harus tetap gabung dengan kubu Jokowi. Tidak mungkin lagi dalam waktu yang tinggal dua hari ini partai yang berkantor pusat di Jalan Raden Saleh Jakarta itu menyeberang ke kubu Prabowo.
Tidak ditemukan alasan objektip maupun subjektif yang menyebabkan PKB pindah kubu karena kalau targetnya ingin jadi cawapres Prabowo, hal itu tidak memungkinkan lagi karena sekarang ini saja, keempat partai pendukung mantan Pangkostrad itu belum mampu merumuskan satu nama untuk pendamping putra begawan ekonomi Indonesia itu.
Yang menjadi tanda tanya sekarang ialah siapa sesungguhnya yang akan dipilih Jokowi sebagai pendampingnya. Presiden petahana itu juga belum menyebut dengan jelas siapa yang akan menjadi cawapresnya.Mantan Walikota Solo itu hanya memberi inisial M sebagai pasangannya nanti.
Tentu muncullah berbagai spekulasi, sebutlah semacam tebak tebakan, siapakah M itu. Dari berbagai nama yang beredar selama ini yang disebut sebut sebagai cawapres ada beberapa tokoh yang namanya diawali dengan huruf M. Ada Moeldoko, Mahfud MD, Ma' ruf Amin dan juga Muhaimin Iskandar.
Dari berbagai pemberitaan yang muncul hari ini ,kuat dugaan yang dimaksud dengan M itu adalah Mahfud MD. Hal ini tercermin dari beberapa komentar maupun pertemuan beberapa tokoh hari ini terutama di kalangan NU.
Hari ini, Rabu 8 Agustus 2018, bertempat di Kantor PB NU Jakarta diadakan pertemuan  yang dihadiri elite elite organisasi itu. Detiknews,8/8/2018 memberitakan elite NU yang hadir antara lain Rais Am PB NU, KH Ma' ruf Amin, Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siroj, Sekjend PB NU, Helmy Faishal Zaini, Ketua PB NU Robikin Emhas, Pada pertemuan tersebut juga hadir Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB.
Usai pertemuan, Robikin Emhas mengungkapkan isi pertemuan dan dikatakannya "Kalau cawapres nanti bukan dari kader NU, maka warga Nahdliyin merasa tidak memiliki tanggung jawab moral untuk ikut menyukseskannya. Tentu muncul pertanyaan,selama ini kan persepsi publik menyebut Mahfud MD adalah kader NU.
Tentang hal ini layaklah disimak pernyataan Said Aqil Siroj yang menyebut Mahfud MD belum pernah menjadi kader NU. "Pak Mahfud orang yang belum pernah menjadi kader NU, pernah di IPNU juga belum pernah. Walaupun backround kekuarganya juga NU, secara kultural juga NU tapi belum pernah menjadi aktivis NU", kata Said Aqil di kantor PB NU, Jakarta Pusat, Rabu ( 8/8/2018).
Sekedar catatan, IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar NU ,sebuah badan otonom yang bernaung dibawah NU. Said Aqil ingin menegaskan, di tingkat badan otonom NU saja pun Mahfud belum pernah aktip. Ada juga yang menarik tentang pertemuan di kantor PB NU ini.
Tadi siang, Rois Am PB NU, KH Ma' ruf Amin ketemu Jokowi di Istana dan sore harinya Kiai sepuh itu hadir dalam pertemuan di Kantor PB NU. Dalam kesempatan tersebut kemungkinan Jokowi menyampaikan kepada Ma' ruf Amin keinginannya untuk menggandeng Mahfud MD yang juga tokoh NU.
Berkaitan dengan hal yang demikianlah maka Rois Am NU itu, sore harinya mengadakan pertemuan dengan elite PB NU. Kuat dugaan nama Mahfud diutarakan Jokowi dengan maksud untuk melihat reaksi PB NU terhadap pilihannya itu dan seperti yang kita lihat muncullah komentar dari petinggi NU tentang posisi Mahfud di ormas terbesar di negeri kita ini.
Kita belum tahu bagaimana sikap Jokowi tentang tanggapan PB NU tersebut. Tetapi sebelum menjatuhkan pilihan finalnya tentu presiden petahana itu juga memperhitungkan siapa pada akhirnya yang akan jadi pendamping Prabowo.
Menurut hitungan saya, kalau Prabowo menggandeng AHY, pilihan Jokowi tetap pada Mahfud atau Moeldoko. Tetapi jika Prabowo menggandeng tokoh Islam maka Jokowi akan pilih cawapresnya M yang lain yakni Ma' ruf Amin.
Dan ini hanyalah sebatas dugaan!
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H