Ketika Januari 2018 ,Sudradjat  dipilih dan diajukan oleh Prabowo sebagai jagoan Gerindra pada pilgub Jawa Barat banyak orang yang ragu dengan pilihan itu. Banyak orang ragu dengan pilihan itu karena diperkirakan nama mantan Dubes RI untuk Tiongkok itu tidak setenar nama nama lainnya yang akan bertarung di provinsi itu.
Disana sudah ada yang menunggu seperti Ridwan Kamil ,Dedy Mizwar,Dedi Mulyadi ,TB Hasanudin dan juga Anton Charlyan yang pernah menjabat sebagai Kapolda di daerah itu. Di tengah keraguan banyak kalangan tetapi Prabowo tetap berketetapan hati untuk menjagokan Sudradjat.
Demikianlah pasangan Sudrajat- Syaikhu didaptarkan secara resmi ke KPU Jawa Barat pada 10 Januari 2018.Pasangan ini diusung oleh Gerindra-PKS dan PAN.Pada pendaptaran itu pasangan ini diantar oleh Presiden PKS,Shohibul Iman dan Sekjend PAN Eddy Suparno.
Lama kelamaan keraguan khalayak terhadap tingkat keterpilihan pasangan ini semakin terbukti karena pada Mei 2018 hasil survei yang dilaksanakan ILMA Research and Consulting menyebut 3 dari 4 pasangan cagub -cawagub Jabar bersaing ketat ,kecuali pasangan Asyik .Asyik adalah sebutan untuk pasangan Sudradjat -Ahmad Syaikhu.
ILMA menyebut 3 pasangan yang bersaing ketat itu adalah Ridwan Kamil /Uu Ruzhanul Ulum ( Rindu) 28,63 persen,Dedy Mizwar /Dedi Mulyadi ( 2D) 27,88 persen dan Tubagus Hasanudin /Anton Charliyan  ( Hasanah) 19,50 persen ,sedangkan Asyik masih terpaut pada angka 5,13 persen (liputan 6 ,27/5/2018).
Sejak masa kampanye terlihat pasangan Asyik ini selalu memosisikan dirinya berada pada posisi berseberangan dengan Jokowi bahkan pada debat terbuka paslon yang disiarkan Tv ,pasangan ini menunjukkan kaus # 2019 Ganti Presiden. Dengan posisi elektabilitasnya yang terendah dari ke 4 paslon pada Mei 2018 maka mengejutkan juga ketika hasil hitung cepat pilkada Jabar justru menempatkan pasangan ini berada pada urutan kedua sesudah pasangan Rindu.
Pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memperoleh suara 34,33 persen ,sedangkan Sudrajat -Akhmad Syaikhu membayang bayangi dengan perolehan suara 29,28 persen,disusul Dedy Mizwar -Dedi Mulyadi 24 ,92 persen dan T.B. Hasanuddin -Anton Charliyan 11,47 persen
Terhadap kemenangan Asyik yang diusung oleh Gerindra-PKS dan PAN ini menarik juga untuk menyimak pemaparan SMRC.
Kompas.com,29/6/2018 memberitakan ,pendiri Syaiful Mudjani Research and Consulting (SMRC) ,Syaiful Mudjani menyatakan berdasarkan exit pool Pilkada 2018 ,elektabilitas Presiden Joko Widodo ,belum mencapai mayoritas di Jawa Barat.
Syaiful Mudjani menyatakan ,berdasarkan exit pool ,Pak Jokowi di Jawa Barat sudah kalah lagi .Kita harus terbuka ,di Jawa Barat sudah ada mobilisasi ,ujar nya pada acara Rosi yang tayang di Kompas Tv,Kamis,28 Juni 2018.
Pendiri SMRC tersebut juga menambahkan mesin kampanye Asyik juga berhasil memobilisasi pendukung mereka untuk mengkampanyekan sentimen anti Jokowi.
Ada beberapa poin yang layak dicermati terutama yang berhubungan dengan posisi politik Jokowi di Jawa Barat. Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak di negeri ini. Pada pilpres 2014 ,Jokowi-JK kalah di provinsi ini .Dari total suara sah sebesar 23.697.696 ,Prabowo - Hatta memperoleh 14.167 .381 suara ( 59,78 persen) dan Jokowi-JK sebesar 9.530.315 ( 40,22) persen.Perbedaan angka jumlah pemilih yang demikian tentu termasuk besar juga.