Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Rasa Haru Mega Ketika Warga Nahdliyin Ikut Peringati Haul Bung Karno

23 Juni 2018   07:05 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:37 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Haul bermakna peringatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) menyatakan haul memiliki makna peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali.

Warga NU atau Nahdliyin sangat akrab dengan tradisi haul ini. Adakalanya warga Nahdliyin juga mengadakan haul untuk ulama-ulama yang punya kharisma pada tingkat lokal.

Dalam pandangan NU sekurang kurangnya ada 3 manfaat dari haul yakni,1). untuk mengingat kematian, 2). ungkapan rasa penghargaan kepada seorang tokoh dan , 3). memperkokoh silaturrahim.

Sepanjang yang dicermati tradisi haul ini ditemui diseluruh pelosok Nusantara. Secara umum kegiatan yang dilaksanakan pada haul meliputi,1). Membaca Al Qur'an , dzikir,doa dan tahlilan secara berjamaah, 2).mengadakan pengajian ,ceramah agama, pembacaan biografi /sejarah hidup tokoh yang diperingati dan 3). menghidangkan makanan dan minuman. Untuk peringatan haul besar bisa dihadiri oleh ribuan orang dan kehadiran mereka karena spontanitas atau bukan karena dikerahkan.

Salah satu tradisi yang terus dipertahankan warga NU ialah mengadakan haul wafatnya Gus Dur ,mantan Presiden RI,mantan Ketua Umum PB NU. Oleh sebahagian warga ,menghadiri haul cucu KH Hasyim Asy' ari ini dianggap akan memperoleh barokah atau keberkahan. Selain haul Gus Dur, kita juga mengenal haul wafatnya Bung Karno.Tradisi melaksanakan haul ini terus dilaksanakan oleh keluarga Sukarno yang dimotori oleh putri tertua, Megawati Sukarnoputri.

Demikianlah pada Rabu ,20 Juni 2018 bertempat di Blitar ,Jawa Timur diadakan haul ke -48 Bung Karno. Ada beberapa hal menarik yang dikemukakan Mega melalui pidatonya pada haul tersebut.

Pertama Mega mengungkapkan rasa harunya karena ternyata warga Nahdliyin cukup banyak yang menghadiri haul Proklamator Kemerdekaan Bangsa ini. Mega menyatakan tidak hanya pada haul ke -48 ini saja Warga NU hadir tetapi pada setiap tahunnya para Nahdliyin selalu mengikuti nya bahkan ketika dibawah pemerintahan Suharto pun warga NU selalu hadir pada haul Presiden Pertama RI itu.

Mega juga menyatakan ,peringatan haul Bung Karno yang ada hingga saat ini merupakan tradisi kultural keagamaan yang terus dijaga para Soekarnois dan warga Nahdliyin. Karena rasa harunya melihat kehadiran warga Nahdhiyin,Mega sempat menitikkan air mata dan beberapa kali ia terlihat menyeka pipinya yang basah.

Pada acara haul ke -48 Bung Karno itu terlihat hadir Ketua Umum PB NU Said Aqil Sirodj yang juga menyampaikan tausyiah. Kemudian pada sambutannya, Mega masuk pada perspektif politik terutama yang berhubungan dengan pilgub Jawa Timur. Presiden ke -5 itu menyatakan Gus Ipul -Puti merupakan simbol kesatuan warga NU dan Soekarnois yang sudah terjalin sejak lama di Jawa Timur.

Seperti diketahui Cawagub Jawa Timur, Puti Guntur Soekarnoputra adalah putri dari Guntur kakaknya Mega yang berarti cucunya Bung Karno. Berkaitan dengan hal tersebut ,Megawati meminta agar warga Jawa Timur memenangkan cucu Presiden pertama RI Sukarno, Puti Guntur pada Pilkada Jatim. Bagi Megawati ,memenangkan Puti adalah cara menghargai Sang Bapak Bangsa.( disarikan dari Kompas.com ,21/6/2018).

Mega benar ketika menyatakan hubungan antara Sukarno dengan tokoh-tokoh NU sejak dari dulu cukup dekat seperti dengan Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Begitu juga halnya dengan KH Wahab Chasbullah dan KH Wahid Hasyim. 

Dikalangan warga NU selalu dikisahkan, ketika pasukan Inggris atas nama Tentara Sekutu menduduki Surabaya maka Sukarno menghubungi Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy' ari agar berkenan mengeluarkan sejenis fatwa yang mewajibkan umat untuk memerangi pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby itu.

Terhadap permintaan yang demikian maka KH Hasyim Asy' ari pada 22 Oktober 1945 mengeluarkan fatwa yang menyatakan wajib hukum nya bagi ummat untuk memerangi pasukan Sekutu yang akan menjajah kembali Indonesia.Seperti diketahui didalam pasukan Sekutu itu terdapat pasukan Belanda yang dikenal dengan nama NICA yang memang punya agenda untuk menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia yang sudah merdeka.

Fatwa yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari itu dikenal sebagai Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.Didasari Resolusi Jihad inilah pada 10 November 1945, rakyat Jawa Timur melakukan perlawanan yang heroik kepada pasukan Sekutu sehingga kala itu ,Jenderal Mallaby ,pimpinan Tentara Sekutu ,tewas ditangan para pejuang.

Untuk mengenang Resolusi Jihad itulah ,Presiden Jokowi pada awal pemerintahannya telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Selanjutnya sejarah juga mencatat selama pemerintahan Sukarno ,hubungannya dengan NU juga cukup bagus dan mesra.

Dimasa demokrasi parlementer 1950-1959 dan juga sesudahnya tidak pernah terlihat terjadi friksi antara Sukarno dengan NU ,yang masa itu masih merupakan sebuah partai politik. Hal ini berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh Masyumi ,sebuah partai Islam juga yang sering berbeda pandangan dengan Sukarno.

Semasa pemerintahan Sukarno ,banyak tokoh tokoh NU yang duduk di kabinet seperti KH Idham Chalid ,Zainul Arifin dan jabatan Menteri Agama selalu diberikan kepada tokoh tokoh NU. Untuk menyebut beberapa nama tokoh NU yang pernah menjadi Menteri Agama ,misalnya KH Wahid Hasyim ,putra Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy' ari yang juga merupakan ayahanda dari Gus Dur.

Begitu juga KH Wahib Wahab yang merupakan putra dari KH Wahab Chasbullah .Tokoh NU lainnya yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama adalah KH Syaifuddin Zuhri yang merupakan ayahanda dari Lukman Hakim Syaifuddin yang sekarang dalam Kabinet Jokowi menjabat sebagai Menteri Agama.

Kemudian Megawati juga dikenal dekat dengan NU yang antara lain ditunjukkan dengan berpasangannya Mega dengan KH Hasyim Muzadi,Ketua Umum PBNU pada pilpres 2004. Mungkin dengan mengenang perjalanan emosional sejarah yang demikianlah serta dengan melihat kehadiran warga NU pada setiap haul Bung Karno maka Mega menitikkan air matanya di Blitar pada Rabu,20 Juni 2018.

Airmata Mega yang menitik itu juga menjadi sangat wajar mengingat di Blitar ,Jawa Timur itulah Bung Karno dimakamkan. Airmata Mega yang menitik itu juga menjadi sangat wajar ketika ia berbicara tentang Jawa Timur karena di provinsi ini lah Bung Karno dilahirkan di Surabaya pada 6 Juni 1901.

Di Surabaya juga lah Bung Karno mulai berkenalan dengan politik ketika Sukarno Muda berguru kepada tokoh besar masa itu Hadji Oemar Said Tjokroaminoto .Dan kemudian sekarang ini ,Puti Guntur ,cucu Sukarno dan ponakan Mega itu sedang bertarung berpasangan dengan Gus Ipul untuk menjadi pimpinan di Jawa Timur. 

Ironisnya pasangan ini harus bertarung dengan tokoh NU yang lain ,Khofifah Indar Parawansa yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU,sebuah badan otonom NU yang berkiprah dibidang kemajuan perempuan. Dengan majunya Khofifah maka tidak dapat dielakkan terbelahnya sikap kiai dan  warga NU di Jatim menghadapi pilgub 27 Juni nanti.

Beberapa hasil lembaga survei menunjukkan pertarungan di Jatim ini memberikan angka yang lebih menguntungkan untuk pasangan Khofifah -Emil Dardak ketimbang untuk pasangan Gus Ipul-Puti . Syaiful Mujani Research and Consulting ( SMRC) yang mengadakan survei pada 21-29 Mei 2018 ,menyajikan data ,andainya pilkada Jatim dilaksanakan semasa survei maka 48,5 responden memberikan suaranya untuk Khofifah -Emil dan 40,8 persen untuk pasangan Gus Ipul-Puti.

Sedangkan hasil survei Kompas menyebut posisi Khofifah -Emil berada pada angka 48,6 persen sedangkan pasangan Gus Ipul -Puti memperoleh angka 45,6 persen. Dihitung dari hari ini ada waktu 4 hari lagi untuk sampai pada pencoblosan suara pada 27 Juni nanti.

Tentu masih merupakan tanda tanya apakah tanggal 27 Juni nanti titik titik airmata Mega berobah menjadi air mata bahagia atau justru air mata yang menunjukkan keharuan yang makin mendalam.

Salam Pilkada!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun