Dikalangan warga NU selalu dikisahkan, ketika pasukan Inggris atas nama Tentara Sekutu menduduki Surabaya maka Sukarno menghubungi Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy' ari agar berkenan mengeluarkan sejenis fatwa yang mewajibkan umat untuk memerangi pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby itu.
Terhadap permintaan yang demikian maka KH Hasyim Asy' ari pada 22 Oktober 1945 mengeluarkan fatwa yang menyatakan wajib hukum nya bagi ummat untuk memerangi pasukan Sekutu yang akan menjajah kembali Indonesia.Seperti diketahui didalam pasukan Sekutu itu terdapat pasukan Belanda yang dikenal dengan nama NICA yang memang punya agenda untuk menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia yang sudah merdeka.
Fatwa yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari itu dikenal sebagai Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.Didasari Resolusi Jihad inilah pada 10 November 1945, rakyat Jawa Timur melakukan perlawanan yang heroik kepada pasukan Sekutu sehingga kala itu ,Jenderal Mallaby ,pimpinan Tentara Sekutu ,tewas ditangan para pejuang.
Untuk mengenang Resolusi Jihad itulah ,Presiden Jokowi pada awal pemerintahannya telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Selanjutnya sejarah juga mencatat selama pemerintahan Sukarno ,hubungannya dengan NU juga cukup bagus dan mesra.
Dimasa demokrasi parlementer 1950-1959 dan juga sesudahnya tidak pernah terlihat terjadi friksi antara Sukarno dengan NU ,yang masa itu masih merupakan sebuah partai politik. Hal ini berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh Masyumi ,sebuah partai Islam juga yang sering berbeda pandangan dengan Sukarno.
Semasa pemerintahan Sukarno ,banyak tokoh tokoh NU yang duduk di kabinet seperti KH Idham Chalid ,Zainul Arifin dan jabatan Menteri Agama selalu diberikan kepada tokoh tokoh NU. Untuk menyebut beberapa nama tokoh NU yang pernah menjadi Menteri Agama ,misalnya KH Wahid Hasyim ,putra Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy' ari yang juga merupakan ayahanda dari Gus Dur.
Begitu juga KH Wahib Wahab yang merupakan putra dari KH Wahab Chasbullah .Tokoh NU lainnya yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama adalah KH Syaifuddin Zuhri yang merupakan ayahanda dari Lukman Hakim Syaifuddin yang sekarang dalam Kabinet Jokowi menjabat sebagai Menteri Agama.
Kemudian Megawati juga dikenal dekat dengan NU yang antara lain ditunjukkan dengan berpasangannya Mega dengan KH Hasyim Muzadi,Ketua Umum PBNU pada pilpres 2004. Mungkin dengan mengenang perjalanan emosional sejarah yang demikianlah serta dengan melihat kehadiran warga NU pada setiap haul Bung Karno maka Mega menitikkan air matanya di Blitar pada Rabu,20 Juni 2018.
Airmata Mega yang menitik itu juga menjadi sangat wajar mengingat di Blitar ,Jawa Timur itulah Bung Karno dimakamkan. Airmata Mega yang menitik itu juga menjadi sangat wajar ketika ia berbicara tentang Jawa Timur karena di provinsi ini lah Bung Karno dilahirkan di Surabaya pada 6 Juni 1901.
Di Surabaya juga lah Bung Karno mulai berkenalan dengan politik ketika Sukarno Muda berguru kepada tokoh besar masa itu Hadji Oemar Said Tjokroaminoto .Dan kemudian sekarang ini ,Puti Guntur ,cucu Sukarno dan ponakan Mega itu sedang bertarung berpasangan dengan Gus Ipul untuk menjadi pimpinan di Jawa Timur.Â
Ironisnya pasangan ini harus bertarung dengan tokoh NU yang lain ,Khofifah Indar Parawansa yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU,sebuah badan otonom NU yang berkiprah dibidang kemajuan perempuan. Dengan majunya Khofifah maka tidak dapat dielakkan terbelahnya sikap kiai dan  warga NU di Jatim menghadapi pilgub 27 Juni nanti.