Begitu terbetik berita karya besar Pramoedya Ananta Toer " Bumi Manusia" akan difilimkan ,langsung muncul beragam komentar tentang rencana itu.
Komentar semakin ramai ketika diketahui filim itu akan disutradai oleh Hanung Bramantyo  seorang sutrada kondang di negeri ini.Komentar semakin marak ketika aktor terkenal Iqbaal Ramadhan dihunjuk berperan sebagai Minke ,tokoh utama pada karya besar Pram itu.
Berbagai artikel juga muncul di Kompasiana yang membahas tentang pembuatan film itu.
Dari yang terbaca dari berbagai artikel itu ,dapat disimpulkan bahwa Hanung tidak akan mampu mengangkat novel hebat itu menjadi film yang hebat .
Banyak orang yang khawatir bahwa film itu tidak akan sekuat novelnya.
Begitu juga penghunjukan Iqbaal sebagai pemeran Minke langsung diberi tanggapan negatif oleh berbagai artikel yang muncul itu.
Walaupun shooting belum dimulai tapi banyak orang yang ragu terhadap Iqbaal yang akan jadi Minke.
Saya beruntung pertama kali membaca novel itu  masih dalam bentuk copian karena waktu itu karya Pram itu dilarang beredar oleh penguasa Orde Baru.
Copian novel itu saya peroleh di Jakarta dan pembicaraan tentang buku itu dengan penjualnya masih sembunyi sembunyi  ,takut dilihat oleh intel.
Sesampainya di penginapan di Jakarta saya langsung membaca copian novel itu dan pada sampul copian itu masih jelas terbaca Hasta Mitra yang merupakan penerbit karya Pram tersebut.
Begitu membaca halaman halaman awal langsung terasa daya tarik yang luar biasa  dan seperti ada magnit didalamnya sehingga walaupun perut terasa lapar tapi tangan ini serasa enggan untuk melepaskannya.
Alangkah indahnya kalimat kalimat yang mengalir ,alangkah mampunya pengarang menceritakan secara detail kondisi kemasyarakatan pada masa Minke hidup. Begitu mengagumkan cara Nyai Ontosoroh belajar menjadi bahagian dari hidup Tuan Mellema.Konflik batinnya sebagai seorang " Nyai " yang banyak dicemoohkan orang juga tergambar dengan jelas.
Kisah cinta Minke dan Annelise terpapar dengan indah .Sekuel sekuel tentang kisah cinta itu tersaji dengan penuh kesan dan jauh dari penggambaran cinta picisan.
Kalimat kalimat bersayap yang penuh makna sepertinya memberi pengajaran kepada pembacanya.
Saya selalu ingat, pada sebuah keadaan yang terdesak ,Minke mengucapkan kata terhadap Nyai Ontosoroh yang disapanya dengan Mama." Kita harus melawan Ma ,meskipun kita kalah".
Sebuah kalimat yang punya daya juang dengan memperlihatkan kehormatan diri yang luar biasa.