Masa itu publik cukup dikagetkan dengan adanya Petisi 50 sebuah petisi yang ditanda tangani oleh 50 tokoh tokoh yang cukup berpengaruh  di Republik ini. Para tokoh tersebut tidak hanya terdiri dari para politisi tetapi juga para purnawirawan ABRI yang punya simpatisan yang luas di masyarakat.
Para tokoh yang berasal dari purnawirawan ABRI antara lain:
1). Jenderal AH Nasution.Tokoh ini lah peletak dasar Dwi Fungsi ABRI.Ia telah malang melintang di dunia militer.Pada usia 28 tahun ia telah menjabat sebagai Panglima Komando Jawa ketika terjadinya Perang Kemerdekaan.Jenderal ini juga pendukung Sukarno ketika diterbitkannya Dekrit 5 Juli 1959.
Jenderal kelahiran Hutapungkut Sumatera Utara ini juga tahun 1967 pernah menjabat sebagai Ketua MPRS.
2). Ali Sadikin. Siapa kita yang tidak mengenal tokoh ini yang pernah sukses membangun Jakarta.Ia adalah seorang petinggi Angkatan Laut .Sampai sekarang pun kalau orang menyebut pembangunan Jakarta akan sering menyebut namanya.
3). Jenderal Polisi Hugeng Iman Santoso.Sosok ini dikenal sebagai polisi yang jujur.Banyak cerita yang beredar tentang kejujurannya ini.Hugeng pernah menjabat sebagai Kapolri.
Dibidang musik ia juga  dikenal dengan grup Hawaiannya yang membawakan lagu lagu berirama Hawai terutama melalui Tv RI.
4).Mayjend ( Purn) Dr Aziz Saleh. Bertindak sebagai Ketua Delegasi Petisi 50 ketika menemui pimpinan DPR RI
5). Letjend ( Purn) Ahmad Junus Mokoginta.Jenderal Purnawirawan ini pernah bertugas sebagai Panglima Komando Antar Daerah Sumatera yang berkedudukan di Medan.
Sedangkan tokoh tokoh sipil atau politisi sipil penanda tangan Petisi 50 antara lain:
1).Mohammad Natsir. Tokoh ini merupakan Perdana Menteri Pertama RI sesudah Republik Indonesia Serikat dibubarkan .Ia juga sangat dikenal sebagai inisiator Mosi Integrasi Natsir tanggal 3 April 1950 yang menginginkan Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk serta dibubarkannya Republik Indonesia Serikat.
Natsir juga pernah menjadi ketua umum  Partai Masyumi yang merupakan partai Islam terbesar pada Pemilu 1955.
Natsir juga dianggap sebagai pemimpin politik modernis Islam.
2). Syafruddin Prawiranegara.Namanya cukup terkenal karena pernah menjadi Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia.Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.Tokoh ini juga pernah jadi pimpinan Masyumi.
3). Burhanuddin Harahap.Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri ketika berlaku UUDS 1950. Dimasa pemerintahannya lah diadakan pemilu pertama tahun 1955.Sosok ini juga adalah tokoh Masyumi.
4). Kasman Singodimejo.Juga tokoh Masyumi dan dikenal sebagai orator.
5). AM Fatwa.Sosok ini termasuk yang berani mengkritik Suharto.
6). Manai Sophian.Ia dikenal sebagai tokoh PNI.
7). Chris Siner Key Timu.Tokoh muda Katolik dan aktip di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia ( PMKRI).
Sesuai dengan namanya petisi ini ditanda tangani oleh 50 orang tokoh pada 5 Mei 1980.Petisi ini juga disebut sebagai " Ungkapan Keprihatinan " oleh karena Suharto telah menggunakan Pancasila terhadap lawan lawan politiknya.
Para penandatangan petisi menyatakan Suharto menganggap dirinya pengejawantahan Pancasila sehingga semua kritik yang ditujukan kepadanya dianggapnya sebagai kritik terhadap ideologi negara Pancasila.Â
Salah satu poin penting isi Petisi 50 ialah Suharto memberikan kesan bahwa ia sdalah personifikasi Pancasila sehingga desas desus apapun tentang dirinya akan ditapsirkan sebagai anti Pancasila.
Petisi 50 ini dibacakan di depan anggota DPR RI pada 13 Mei 1980 .Delegasi yang datang di DPR itu dipimpin oleh Dr Aziz Saleh. Harus diakui isi petisi itu tergolong berani terlebih pada masa itu Suharto sedang kuat kuatnya.
Walaupun para penandatangan petisi adalah tokoh tokoh banga tetapi kekuasaan Suharto tetap tidak tergoyahkan. Malahan penguasa Orde Baru itu membalas dengan tindakan antara lain dengan mencabut hak hak perjalanan penanda tangan petisi,melarang surat kabar -surat kabar memuat foto dan berita tentang mereka .Para penanda tangan petisi juga tidak diperbolehkan mendapat pinjaman bank dan juga tidak memperoleh proyek proyek.
Karena tindakan " embargo " yang demikian maka banyak kalangan yang menjauhi para penandatangan petisi itu.Waktu itu beredar juga rumor ,banyak tokoh kenalan baik penandatangan petisi yang tidak berani mengundang mereka kalau sedang ada hajatan.Kata rumor itu kalau mereka diundang maka Suharto dan pejabat pemerintah tidak akan mau datang ke hajatan itu.
Begitu juga halnya tentang Jenderal Polisi ( Purn) Hugeng Iman Santoso tidak diperkenankan lagi bermain musik Hawaian di TV RI. Sekarang sudah banyak diantara para penandatangan petisi yang telah wafat.Selayaknyalah kita mengenang mereka sebagai pribadi pribadi yang berani menentang Suharto.
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H