Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Imam Besar Al Azhar dan PBNU Sepakat Tolak Agama dalam Berpolitik

5 Mei 2018   09:18 Diperbarui: 5 Mei 2018   09:27 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Laman Twitter NU (@nahdlatululama)

Al Azhar adalah sebuah nama yang pasti melelekat di hati sebahagian besar Kaum Muslimin di negeri ini. Setiap tahunnya banyak sekali anak anak muda Muslim tamatan pesantren atau juga lulusan IAIN/ UIN yang ingin meneruskan studinya ke Unversitas terkemuka ini. 

Universitas Al Azhar yang berkedudukan di Kairo Mesir ini didirikan pada tahun 970-972 dan pelajaran pertama di universitas ini dimulai pada Oktober 975.Dengan demikian usia perguruan tinggi ini sudah lebih dari 1.000 tahun. Saat ini misi utama Universitas Al Azhar antara lain adalah penyebaran agama dan budaya Islam.

Beberapa alumni Universitas Al Azhar yang cukup dikenal di negara kita ini antara lain,ahli tafsir terkemuka Prof DR M .Quraish Shihab,Prof KH Ibrahim Hosein,ahli fiqh terkemuka,KH Musthofa Bisri,Zainul Majdi atau yang sering disapa Tuan Guru Bajang,Gubernur Nusa Tenggara Barat ,Ustad Abdul Somad ,pendakwah yang sedang populer sekarang ini.Setahu  saya Gus Dur juga pernah menimba ilmu di universitas terkenal ini.

Dengan sejarahnya yang panjang serta ditopang oleh sumber daya manusianya yang berkualitas  maka Al Azhar telah tumbuh sebagai institusi yang sangat berwibawa dalam pandangan ummat Islam.

Masyarakat Muslim juga menjadi akrab dengan nama nama yang pernah menjadi pimpinan tertinggi Al Azhar seperti misalnya Syeikh Mahmud Saltout yang sangat terkenal di negeri kita ini pada tahun 70 an. Dengan kewibawaan yang dimilikinya itulah maka pandangan pandangan Grand Syeikh Al Azhar sering dijadikan rujukan oleh ummat Islam.

Sekarang ini Grand Syeikh Al-Azhar atau Syeikh Besar Al -Azhar dijabat oleh Prof DR Ahmad Muhammad Ath Thayib. 

Secara umum fungsi utama Grand Syeikh adalah mengawasi Mesjid Al Azhar,eksistensi Universitas Al Azhar dan bertanggung jawab atas urusan agama resmi selain Mufti Besar Mesir. ( Sumber Wikipedia Bahasa Indonesia).

Pada tanggal 1 Mei 2018 yang lalu Grand Syeikh Al Azhar Prof DR Ahmad Muhammad Ath Thayib hadir di Istana Bogor dan memberi sambutan pada pembukaan Konsultasi Tingkat Tinggi ( KTT) Islam Moderat.

Pada acara yang dihadiri Presiden Jokowi itu ,Grand Syeikh dalam sambutannya menyatakan jangan tumbuh pemahaman Islam yang ekstrem. Dalam rangkaian kunjungannya di Indonesia,Syekh Besar Al Azhar itu juga berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat pada 2 Mei 2018. 

Dalam pertemuannya dengan Ketua Umum Pengurus Besar NU,Prof DR Said  Aqil Siroj telah dibicarakan berbagai hal. Sejalan dengan keterangan Said Aqil Siroj ada 3 hal yang dinyatakan oleh Syekh Besar Al Azhar dalam pertemuan tersebut.

1). Tidak setuju agama menjadi alat politik
2) .Ummat Islam yang perang dengan sesama merupakan kebodohan
3).Menolak radikalisme dan politik
( detiknews,2 Mei 2018).

Nahdlatul Ulama adalah ormas Islam yang telah menunjukkan sikap menolak agama dijadikan sebagai alat politik terlebih lebih digunakannya agama untuk kepentingan politik sesaat. Kita melihat hari hari belakangan ini munculnya fenomena digunakannya agama sebagai alat politik.

Diperkirakan menjelang tahun 2019 penggunaan agama untuk kepentingan politik ini akan semakin intens digunakan oleh berbagai kelompok yang tujuannya untuk meraih suara pemilih.

Penggunaan agama untuk kepentingan politik akan dapat mengancam rasa persatuan dan kesatuan bangsa kita.Karena kalau hal yang demikian dilakukan maka masyarakat di negeri ini akan terkotak berdasarkan agama yang dianutnya. 

Begitu juga halnya untuk internal ummat Islam. Ada kesan yang kuat bahwa ada kelompok yang merasa ,mereka lah yang paling Islami sehingga ummat Islam lainnya yang tidak sepaham dengan mereka dianggap bukan kelompok yang memperjuangkan nilai nilai Islam. Terhadap pandangan yang demikian tentu akan menimbulkan pengkotakan juga dalam tubuh ummat Islam di negeri ini.

Berkaitan dengan hal hal yang diutarakan tersebut selayaknyalah pernyataan Grand Syeikh Al Azhar itu menjadi perhatian kita.

Salam Persatuan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun