Presiden Jokowi pada Selasa 1 Mei 2018 bertempat di Istana Bogor telah membuka Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Islam Moderat. Pada acara yang dihadiri ulama dari berbagai negara yang juga dihadiri Grand Syeikh Al Azhar Mesir itu ,Presiden Jokowi mengemukakan Semangat Islam Moderat semakin menggema di dunia.
Pada kesempatan tersebut Grand Syeikh Al Azhar Mesir juga mengingatkan jangan tumbuh pemahaman Islam yang ekstrem.( Mohon dibaca artikel pada Kompasiana yang bertajuk " Grand Syeikh Al Azhar Mesir :Jangan Tumbuhkan Pemahaman Islam Yang Ekstrem").
Seperti diketahui salah satu Ormas di negeri ini yang sering mengumandangkan semangat moderasi Islam ialah Nahdlatul Ulama. Sejak kelahirannya pada tahun1926, sebelum kemerdekaan Indonesia ,organisasi ini telah menyatakan kecintaannya kepada " Indonesia Biladi , Indonesia Tanah Airku.
Sikap mencintai Indonesia itu sampai sekarang masih dipegangnya dengan teguh. Dengan sikapnya yang mencintai Indonesia dan bangsanya ,maka NU menganut paham moderat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Organisasi ini selalu memadukan cinta Indonesia dan cinta Islam dalam satu tarikan nafas. Berangkat dari sikap yang demikian maka tidak jarang organisasi Islam yang dikategorikan radikal dan ekstrem sering menghujat,mencemoohkan bahkan menghina organisasi yang lahir di Surabaya ini.
Sikap moderasi dan toleransi yang ditunjukkan organisasi ini sering juga menjadi bulan bulanan kelompok Islam lainnya terutama ketika anak anak NU yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Anshor (GP Anshor) ikut menjaga keamanan di beberapa gereja pada malam misa Natal.
Dengan semangat Islam Wasathiyah ,Islam Moderat ,NU mengadopsi kearifan lokal yang dipunyai suku suku bangsa di negeri kita yang kemudian kita kenal sebagai " Islam Nusantara"
Berkaitan dengan KTT Islam Washatiyah yang diselenggarakan di Bogor itu maka selayaknya juga kita mencermati pandangan pandangan NU yang dikemukakan oleh Ketua Umumnya Prof.DR .Said Aqil Siradj.
Pandangan tersebut antara lain dapat disimak seperti yang diberitakan Kompas.com,1/5/2018. Ketua Umum PB NU itu mengatakan ,Indonesia harus menunjukkan diri lebih baik ketimbang negara lain dalam hal wawasan ke-Islaman.
" Kita harus tunjukkan Indonesia itu jauh lebih baik ,jauh lebih bermartabat ,lebih mulia daripada ummat Islam di Timur Tengah misalnya",ujar Said Aqil saat dijumpai di Istana Bogor ,Jawa Barat,Selasa,1/5/2018.
Said mengungkapkan Indonesia memiliki keunikan dalam implementasi nilai nilai ke-Islaman .Misalnya memiliki karakter ramah dan sopan ,yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda.
Semua itu sudah lama sekali berjalan di Indonesia.Sedangkan di Timur Tengah ,lihat saja nggak ada sudah seperti itu ujar Said. Berkaitan dengan kondisi ummat Islam sekarang ini ,Said menyebut ada titik cerah perbaikan peradaban Islam dunia yaitu Islam moderat.
Menurutnya ,Islam memiliki tiga unsur yakni ,teologi,syariat dan akhlak.Isu Islam Moderat tidak fokus pada aspek teologi yang dinilainya sudah mutlak tapi lebih kepada pengembangan akhlak.
Said Aqil menegaskan " Sebab kalau kita bicara teologi,syariat tidak akan bisa ketemu.Perang terus nanti .Oleh sebab itu mari kita bicara yang universal,yaitu sisi budaya,akhlak,peradaban ,kemanusiaan,keharmonisan,perdamaian".
Saya pikir poin inilah yang merupakan kata kunci dari Islam Moderat itu.Hakikatnya ialah mengakui adanya perbedaan teologi dan syariat ( cara beribadah ) masing masing agama tetapi tidak pernah mempersoalkannya.
Kenapa hal itu tidak perlu dipersoalkan karena bagi masing masing pemeluk agama ,teologi dan syariat yang diyakini nya itu sudah final dan mutlak.
Seorang Muslim tidak akan mempersoalkan ke seorang penganut Kristen tentang Trinitas misalnya .Begitu juga halnya seorang penganut Kristen tidak mempersoalkan ke seorang Muslim tentang peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW.
Setiap orang akan marah ,bereaksi bahkan rela mempertaruhkan segalanya ketika keyakinannya diusik. Pemahaman yang demikian mengandung makna ,teologi dan syariat bukanlah ranah untuk didiskusikan atau pun diperdebatkan.
Ranah yang menjadi pembahasan atau yang dikerjasamakan justru yang berhubungan dengan hal hal yang bersipat universal seperti ; sisi budaya,akhlak peradaban ,kemanusiaan ,keharmonisan dan perdamaian. Kerjasama di ranah tersebut sangat luas dan keberhasilan kerjasama itu akan memberi dampak poisitip untuk peningkatan kualitas hidup manusia.
Dengan memahami arti persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariah) maka tidak akan ada pemeluk agama yang terjebak pada pemahaman sektarian ketika berbicara tentang nilai nilai universial kemanusiaan.
Apabila kita terjebak pada pembahasan tentang teologi dan syariat maka seperti yang diungkapkan Said Aqil ,tidak akan bisa ketemu.Perang terus nanti.
Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin ,yaitu agama yang memberi rahmat untuk sekalian isi alam.Dalam konsep yang demikianlah seorang Muslim juga memberi manfaat untuk ummat lainnya tanpa membeda bedakan agamanya.
Dalam konteks yang demikianlah kita melihat bahwa nilai nilai kemanusiaan dapat diwujudkan secara bersama dan sentimen keagamaan yang ekstrem harus dihindarkan karena sikap keagamaan yang demikian dapat merugikan terwujudnya rasa damai dan harmoni di masyarakat.
Demikianlah saya memahami arti penting KTT Bogor itu dan demikian jugalah saya memaknai hal hal yang diungkapkan Said Aqil Siradj.
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H