Pada awal April tahun ini agak meriah juga pembicaraan tentang munculnya #2019 Ganti Presiden. Oleh banyak kalangan dinyatakan munculnya tagar itu merupakan bukti bahwa masyarakat sudah tidak akan memilih lagi Jokowi pada pilpres 2019.
Beberapa kalangan itu juga terlihat akan memanfaatkan momentum munculnya tagar itu untuk menghimpun barisan yang bertujuan menghadang munculnya Jokowi sebagai pemenang pada pilpres nanti. Seperti diberitakan penggagas # 2019 Ganti Presiden adalah Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS.
Diawal kemunculan tagar itu ditandai juga dengan banyaknya baju kaos yang bertuliskan tagar itu di beberapa tempat muncul juga baliho baliho maupun spanduk yang isinya sama yakni, Ganti Presiden.
Muncul juga perbincangan apakah kehadiran tagar yang demikian dibolehkan oleh peraturan perundang undangan atau justru dilarang. Pada akhirnya disimpulkan tagar yang demikian tidak dilarang. Presiden Jokowi juga memberikan reaksinya dengan mengatakan "Masak kaos bisa menurunkan presiden".
Kalau dicermati, heboh dan hangatnya pembicaraan tentang tagar itu disebabkan dua hal: 1)seolah olah sudah banyak anggota masyarakat yang tidak menginginkan lagi Jokowi memangku jabatan presiden dua priode dan 2) isi tagar itu sangat menohok untuk menyerang langsung Jokowi. Diksi yang digunakan juga cukup menyita perhatian publik. Tetapi belakangan ini terlihat, meriah dan hebohnya pembicaraan tentang tagar itu mulai menurun atau sekurang kurangnya tidak seheboh sewaktu mula mula dikumandangkan.
Kemungkinan menurunnya intensitas pembicaraan tentang hal itu juga dipengaruhi oleh pertanyaan, siapa yang akan menggantikan Jokowi. Ketika tagar itu untuk pertama kali dikumandangkan memang Prabowo Subianto belum menyatakan kesiapannya maju sebagai capres.
Sekarang Prabowo sudah menyatakan kesiapannya sebagai capres seperti yang dinyatakannya pada Rakornas Gerindra ,11 April 2018. Walaupun mantan Pangkostrad itu telah menyatakan kesiapannya masih mengemuka pertanyaan berikutnya. Apakah PKS akan mengusung Prabowo apabila yang dipilih sebagai cawapres bukan satu dari sembilan nama yang diajukan oleh partai tersebut.
Pertanyaan yang demikian muncul karena adanya kalkulasi politik yang menyatakan Gerindra lebih nyaman apabila Anies Baswedan yang mendampingi Prabowo karena diperkirakan elektabilitas Gubernur DKI itu masih lebih tinggi dibanding dengan tingkat keterpilihan nama nama yang diajukan oleh PKS.Â
Dengan kondisi yang demikian apakah keinginan untuk mengganti Jokowi sudah redup? Tentu jawabannya tidak.Dipastikan masih banyak orang yang meninginkan Jokowi diganti. Tetapi seberapa banyakkah  warga bangsa yang menginginkan pergantian itu terhadap hal inilah Hasil Survey Harian Kompas telah memberi jawabannya.
Litbang Kompas menyebut, berdasarkan survei yang dilaksanakan 21 Maret -1April 2018 ( sebelum Prabowo deklarasi sebagai capres) memberi informasi, tingkat elektabilitas Jokowi sebagai capres sebesar 55,9 persen. Angka ini naik dibandingkan enam bulan lalu ketika itu tingkat keterpilihan presiden petahana itu masih berkisar pada angka 46,3 persen.
Sementara tingkat keterpilihan Prabowo sebagai capres dalam enam bulan ini menurun dari angka 18,2 persen dan sekarang menjadi  14,1 persen. Kompas menyebut kenaikan elektabilitas Jokowi ini karena meningkatnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil kerja mantan Walikota Solo itu.Â
Berdasarkan data Desember 2017, jumlah pemilih di negeri ini berada pada kisaran 196,5 juta orang. Kalaulah angka Prabowo itu dianggap sebagai angka yang tidak akan memilih Jokowi maka yang tidak memilih presiden petahana itu pada pilpres berada pada kisaran 28 juta orang.
Andainya jumlah yang demikian itu mengenakan kaos  # 2019 Ganti Presiden tentulah merupakan jumlah yang cukup besar. Tetapi perlu diingat ada 55,9 persen rakyat yang masih menginginkan Jokowi meneruskan priode berikutnya. Angka untuk Jokowi itu jauh lebih besar dibandingkan angka untuk # Ganti Presiden. Andainya pendukung Jokowi semuanya mengenakan kaos  #2019 Lanjutkan Dua Priode ,maka jumlah yang mengenakan kaos  ini jauh lebih banyak dibandingkan kaos  # 2019 Ganti Presiden.
Benarlah yang dikatakan Jokowi, apakah kaos bisa mengganti Presiden?
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H