Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mencermati Perkiraan Mahfud MD, Jokowi Vs Gatot Nurmantyo di Pilpres 2019

19 April 2018   21:10 Diperbarui: 19 April 2018   21:25 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun pada Rakornas Partai Gerindra ,11April 2018 yang lalu di Hambalang ,Prabowo Subianto telah menerima mandat untuk dicalonkan partainya pada pilpres tetapi masih banyak yang ragu tentang kesungguhannya maju pada pilpres tersebut.
Salah satu yang ragu itu adalah  Mahfud Md.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menyatakan ,Gatot lah yang akan jadi saingan Jokowi dan bukan Prabowo Subianto.
Selanjutnya Mahfud menilai munculnya poros ketiga sangat kecil kemungkinannya.Jadi menurutnya hanya ada dua poros ,Jokowi dan Gatot Nurmantyo.

Sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia ,19/4/2018, Mahfud mengatakan " Gatot akan sebagai saingan (Jokowi ) saya rasa.Saya kira Prabowo Subianto ( Ketua Umum Partai Gerindra) ,enggaklah saya kira ya", kata Mahfud pada Kamis,19/4/2018.

Menurutnya Gatot menggalang kekuatan dan banyak disuarakan.Sementara Prabowo sendiri tak pernah membantah bahwa kemungkinan dia tidak.Itukan nggak pernah membantah .Sementara Gatot selalu mengatakan siap dan yang mendukung juga muncul ,ujar Mahfud Md.

Perlu juga diingat bahwa Mahmud Md adalah Ketua Tim Pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada pilpres2014.
Kalau demikian halnya bagaimana kita memaknai dukungan atau pemberian mandat dari Gerindra ke Hambalang pada 11 April yang lalu?

Hal itu menunjukkan bahwa jajaran Gerindra memberi mandat penuh kepada Ketua Umumnya untuk maju pada pilpres.Tapi kan tidak ada salahnya kalau kemudian Prabowo sang pemegang mandat menghunjuk orang lain yang disusulkan partainya sebagai capres.

Artinya pemberian mandat di Hambalang itu menunjukkan kecintaan para kader kepada Ketua Umumnya dan juga tidak salah apabila dengan berbagai pertimbangan kemudian Prabowo memberi amanah kepada Gatot Nurmantyo.

Dari sisi etika organisasi yang tidak tepat adalah apabila Gerindra langsung menyebut nama Gatot Nurmantyo sebagai calon partainya tanpa terlebih dahulu memberikan prioritas kepada Prabowo Subianto.

Selanjutnya Mahfud mengatakan seperti spekulasi yang banyak berkembang ,Gatot bisa berpasangan dengan Anies Baswedan atau juga bisa dengan Tuan Guru Bajang ( TGB). Kalau Gatot berpasangan dengan salah satu tokoh tersebut hal itu sejalan dengan garis basis massa 212.

Kalaulah perkiraan atau dugaan Mahfud tersebut benar dan juga seperti yang banyak juga diperkirakan beberapa pengamat maka nantinya Prabowo akan berposisi sebagai King Maker.

Dalam pandangan saya bisa juga terjadi Prabowo memang tidak akan maju kalau memang nantinya Prabowo membuat kalkulasi bahwa elektabilitasnya tidak mampu mengungguli tingkat keterpilihan Jokowi.

Mengacu kepada survei Median yang dilaksanakan 24 Maret -6 April 2018,Jokowi masih mengungguli Prabowo Subianto.Kalau pilpres dilaksanakan pada masa survei tersebut ,Jokowi akan memimpin dengan angka 36,2 % sedangkan Prabowo meraih 20,4 %.
Menurut Median ,elektabilitas Jokowi mengalami kenaikan dibandingkan Pebruari 2018 dari 35,0 % menjadi 36,2 % sementara elektabilitas Prabowo turun dari 21,2 persen menjadi  20,4 persen.

Survei itu dilaksanakan sebelum Prabowo diberi mandat oleh Gerindra pada 11 April yang lalu.Belum dapat dijawab bagaimana tingkat elektabilitas mantan Pangkostrad itu sesudah 11 April 2018.

Survei Median itu juga mencatat bahwa tingkat elektabilitas Gatot Nurmantyo sebagai capres masih berada pada angka 7%.
Berkaitan dengan hasil beberapa lembaga survei ,terlihat tingkat keterpilihan Prabowo stagnan bahkan cenderung menurun.Sedangkan tingkat keterpilihan Gatot walaupun masih pada angka 7 persen tetapi hal tersebut diperkirakan akan terus naik apalagi jika Gerindra dan PKS mengusungnya.

Seperti yang dikemukakan Mahfud ,alumni 212 juga akan mendukung Gatot.

Memang kalau diperhatikan hubungan emosional Gatot dengan alumni 212 jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan mereka ke Prabowo.

Tentulah hal yang demikian merupakan hak alumni 212. Tetapi kita berharap apabila nanti alumni 212 masuk ke tataran politik praktis hendaknya sentimen keagamaan  yang berlebihan janganlah digunakan karena hal yang demikian dapat mengancam rasa persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Salam Persatuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun