Prabowo Subianto pada 11 April 2018 di arena Rakornas Partai Gerindra telah menyatakan kesiapannya menerima mandat dari partainya untuk maju pada pilpres nanti.
Secara hitung hitungan politik, Â Gerindra harus berkoalisi dengan PKS agar memenuhi persyarataan untuk dapat maju pada 2019.
Sesudah pernyataan Prabowo di Hambalang tempat dilaksanakannya Rakornas itu,Presiden PKS,Sohibul Iman telah menyatakan kesediaan partai nya berkoalisi dengan PKS dengan syarat cawapresnya Prabowo harus salah satu dari sembilan kader PKS yang telah diseleksi partainya.
Walaupun sudah keluar pernyataan yang demikian tapi masih muncul pertanyaan di hati masyarakat ,apakah benar benar PKS sudah bulat ketetapan hatinya untuk gabung dengan partai yang didirikan Prabowo itu.
Pertanyaan yang demikian muncul oleh karena adanya pernyataan petinggi PKS yang dinilai belum sepenuhnya menunjukkan kesolidan PKS menghadapi Pilpres nanti.
Hidayat Nur Wahid,Wakil Ketua Majelis Syuro PKS mengatakan walaupun Prabowo Subianto sudah menerima mandat untuk dicalonkan pada pilpres tetapi semuanya masih bisa berobah .Semuanya masih dinamis jadi semuanya bisa berobah sebelum didaptarkan di KPU,ujar Hidayat Nur Wahid.
Sebagaimana diketahui Hidayat Nur Wahid adalah seorang kader PKS yang namanya termasuk dalam daftar 9 nama yang diajukan PKS sebagai cawapres.
Selanjutnya Nasir Djamil ,politikus  PKS masih mengadakan pertemuan dengan Relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (RGN ).Namanya pertemuan dengan RGN tentu hal yang dibahas dapat dipastikan berkaitan dengan pencalonan Gatot Nurmantyo pada pilpres 2019.
Malahan Nasir menyebut kemungkinan Prabowo akan memberikan tiket pencalonan kepada Gatot Nurmantyo.
Dari dua komentar yang muncul ini kiranya tidak salah menduga kalau dalam internal PKS ada yang menginginkan partainya mengusung Gatot Nurmantyo pada pilpres nanti.
Keinginan ini bisa saja muncul karena ditopang keyakinan bahwa Gatot jauh lebih potensial  untuk memenangkan pertarungan ketimbang Prabowo.
Memang berdasarkan hasil survei ,sampai sekarang ini  elektabilitas Prabowo masih lebih tinggi dari tingkat keterpilihan mantan Panglima TNI itu. Tetapi waktu yang tersedia untuk meningkatkan tingkat keterpilhan Gatot masih ada sekitar satu tahun lagi.
Kemudian ada juga pendapat yang mengatakan ,sekarang ini tingkat elektabilitas Prabowo sudah stagnan sedangkan tingkat keterpilihan Gatot masih dapat terus ditingkatkan.
Selanjutnya menarik juga menyimak keterangan Nasir Djamal yang menyebut Prabowo akan memberi tiket kepada Gatot.
Sebelum 11 April 2018 ada juga komentar dari Desmond J Mahesa,kader Gerindra yang mengatakan Prabowo tidak  akan maju pada pilpres nanti.
Kemungkinan besar pendapat seperti ini tidak hanya ada pada Desmond tetapi ada juga kader lain yang berpendapat sama.
Tentu muncul pertanyaan ,andainya PKS memang pada akhirnya tidak mengusung Prabowo lalu kemudian menjatuhkan pilihannya kepada Gatot.Dalam posisi yang demikian bisakah PKS meminta Gerindra agar mendukung Gatot dalam posisi capres dan Prabowo hanya akan bertindak sebagai King Maker saja.
Atau ada opsi lainnya ,PKS mendukung Prabowo dan merelakan Gatot Nurmantyo sebagai cawapresnya yang berarti PKS memperkenankan kadernya untuk tidak menjadi calon Indonesia Dua.
Dalam pandangan saya ,kemungkinan kemungkinan yang demikian masih mungkin terjadi.
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H