Perkembangan politik dalam dua bulan ini, terutama dinamika menjelang Pilpres 2019, memberi isyarat bahwa Partai Amanat Nasional (PAN) tidak akan berada pada kubu yang mencalonkan kembali Jokowi. Hal ini bisa dibaca dari berbagai komentar dari tokoh tokoh PAN. Muncul juga kesan yang kuat bahwa partai ini juga menginginkan ketua umumnya, Zulkifli Hasan ikut bertarung pada pilpres nanti.
Pada suatu kesempatan, Ketua Dewan Kehormatan dan sekaligus pendiri PAN pernah mengungkapkan bahwa partainya tidak akan mendukung Jokowi maupun Prabowo pada pilpres nanti. Berkaca kepada ungkapan yang demikian maka wajar muncul dugaan bahwa partai yang didirikan Amien Rais ini akan membentuk poros ketiga menjelang pilpres.
Poros pertama adalah parpol pendukung Jokowi yakni,1) PDIP, 2) Golkar, 3) Hanura, 4) Nasdem, dan 5) PPP. Sedangkan poros kedua adalah pendukung Prabowo yaitu Gerindra dan PKS. Poros ketiga secara teori bisa terdiri dari parpol yang belum termasuk poros pertama maupun poros kedua yaitu,1) Demokrat, 2) PKB, dan 3) PAN.
Poros ketiga dengan susunan parpol yang demikian sudah dapat mengusung sendiri pasangan calonnya pada pilpres.
Walaupun secara teori poros ketiga ini mungkin terbentuk tetapi banyak juga kalangan yang ragu tentang kemungkinan ini oleh karena diperkirakan ketiga parpol akan menyorongkan kadernya untuk menjadi capres dan cawapres lalu parpol mana yang tidak akan dapat jatah pada pilpres. Seandainya poros ketiga gagal terbentuk banyak orang yang meyakini bahwa PAN akan lebih cenderung merapat ke kubu Prabowo dan bukan ke kubu Jokowi.
Pandangan yang demikian muncul mencermati sikap, pernyataan maupun kritik yang sering disampaikan Amien Rais terhadap Jokowi. Kritiknya yang paling anyar ialah pernyataannya yang menyebut bagi bagi sertifikat tanah oleh Jokowi kepada rakyat merupakan bentuk pengibulan kepada masyarakat. Kontan saja pernyataan Amien Rais itu mengundang pro dan kontra dan nyatanya sikap pro dan kontra itu juga didasari kecenderungan ,pilih Jokowi atau Prabowo.
Reaksi keras terhadap pernyataan pendiri PAN itu juga datang dari Luhut Binsar Panjaitan dan kemudian reaksi Luhut itu menimbulkan lagi perdebatan politik. Di tengah tengah suasana politik yang demikian agak terkejut juga membaca ungkapan Zulkifli Hasan ,Ketua Umum PAN.
Detiknews (28/3/2018) memberitakan, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan memberi sinyal menaruh dukungan kepada incumbent Presiden Joko Widodo pada pilpres nanti. Kalau dirinci alasan Zulkifli Hasan akan memberi dukungan kepada Jokowi adalah 1) kedamaian di pilpres, 2) termasuk kepentingan bangsa dan negara, 3) peluang sebagai incumbent cukup besar.
Pernyataan Zulkifli Hasan yang demikian mendapat tanggapan serius dari beberapa tokoh parpol pendukung Jokowi seperti PDIP, Golkar dan Nasdem. Inti dari komentar itu ada dua yakni 1) Sikap PAN yang tidak sejalan dengan parpol pendukung pemerintah tentang Perppu Ormas dan tentang UU Pemilu serta 2) Kritikan Amien Rais terhadap Jokowi. Istilah yang digunakan oleh PDIP apabila PAN dukung Jokowi harus dapat tertibkan Amien Rais.
Memang secara historis Amien Rais tidak dapat dipisahkan dengan PAN karena Amien Rais lah yang mendirikan partai itu. Tidak dapat juga dipungkiri bahwa PAN bisa sampai pada posisi politiknya seperti sekarang ini tidak dapat dipisahkan dari andil besar tokoh reformasi itu. Wajar muncul pertanyaan apakah pendiri PAN itu merestui partainya mendukung Jokowi mengingat ia lah yang selama ini paling keras mengeritik presiden.
Andainya Amien Rais tidak merestui, apakah PAN akan tetap memberi dukungan kepada Jokowi atau menjadi pendukung calon lain. Lalu siapa yang akan didukung? Bukankah Zulkifli Hasan sendiri sudah menyatakan salah satu alasannya mendukung Jokowi, peluang incumbent cukup besar. Dalam pandangan saya, pembicaraan Zulkifli Hasan denganAmien Rais ini merupakan sebuah tahapan penting karena dari reaksi keras PDIP, Nasdem dan Golkar bukan tidak mungkin mereka akan menolak masuknya PAN dalam barisan pendukung Jokowi apabila Amien Rais tidak berhenti mengkritik Jokowi.
Mampukah Zulkifli Hasan meyakinkan tokoh pendiri partainya itu agar merestui sikap PAN yang akan mendukung Jokowi? Sebuah jawaban yang ditunggu dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Salam Demokrasi!