Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengesankan Malam Pesona Mandailing Natal di PRSU Medan

28 Maret 2018   10:36 Diperbarui: 28 Maret 2018   10:39 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natal adalah kota tua dan diperkirakan ratusan tahun yang lalu para pedagang mancanegara sudah pernah singgah disana . Perlu juga dicatat bahwa Douwes Dekker yang juga dikenal dengan nama Multatuli pengarang buku " Max Havelar" itu pernah juga bertugas beberapa tahun di Natal dengan jabatan Asisten Controleur. Oleh karena Natal sudah lama berinteraksi dengan mancanegara termasuk dengan Eropah maka interaksi itu juga memengaruhi kesenian Natal.

Tari Salapan adalah tarian yang sangat terkenal dari Natal dan pada malam itu di Open Stage PRSU itu sangat indah dibawakan oleh delapan orang muda mudi. Mereka menari dengan gemulai dan kemudian berobah menjadi menjadi gerakan kaki yang dinamis. Oleh seorang teman pengamat kesenian mengatakan ,pada tarian ini termasuk dari nada musik yang mengiringinya sangat terlihat adanya pengaruh Portugis disana .

Masih dari Natal pada pentas terbuka PRSU itu digelar juga Tari Payung. Pada kedua tarian ini para penari dibalut kostum yang mengingatkan kita kepada tarian di Eropah. Para penonton di arena terbuka PRSU itu makin terpukau dengan ditampilkannya drama yang berasal dari legenda " Sampuraga". Legenda ini sampai sekarang masih hidup di masyarakat Mandailing .

Sampuraga adalah nama seorang tokoh yang berasal dari keluarga miskin yang dibesarkan oleh ibunya.Sesudah dewasa ia pergi merantau dan singkat cerita ia menjadi orang yang berhasil. Sebagai sosok yang berhasil ia pulang ke kampung nya dan status nya kini menjadi orang kaya dan ia segera menikah dengan putri raja. Digelarlah perhelatan besar, pesta tujuh hari tujuh malam untuk pesta perkawinan itu.

Pada kemeriahan pesta itu datanglah seorang perempuan tua,renta dan miskin .Perempuan tua itu ditanya oleh hulubalang raja hendak kemana.Lalu perempuan renta itu mengatakan ia adalah ibu Sampuraga. Para hulubalang itu tidak percaya bahwa dia adalah ibu dari orang kaya itu. Tidak mungkin perempuan tua itu ibunya Sampuraga pikir mereka.

Mendengar adanya keributan, Sampuraga datang dan melihat perempuan renta itu.Perempuan miskin itu menjerit menyebut nama Sampuraga, anak yang dicintainya .
Tetapi sungguh malang bagi perempuan itu, Sampuraga, anak yang dicintainya itu tidak mengaku bahwa dia adalah anak perempuan yang ada dihadapannya. Sampuraga berkata,ia bukan ibuku ,bawa perempuan ini pergi.

Hulubalang menyeret perempuan tua itu keluar dari arena perkawinan adat. Diperlakukan seperti itu, ibu tua itu menjerit seraya berkata "Terkutuklah kau Sampuraga yang malu ber ibu kan aku". Kemudian tiba tiba datanglah angin puting beliung, hujan deras dan dari perut bumi keluar air panas dan seketika tenggelamlah kampung itu.
Sampuraga adalah contoh orang yang malu punya ibu karena ibu nya miskin.

Uniknya drama Sampuraga ini dibawakan oleh murid murid SD Negeri 081 yang datang dari Panyabungan. Walaupun mereka masih murid SD dan bermain di pentas besar ternyata anak anak itu tidak canggung dan dapat bermain dengan pas.

Yang berkakon sebagai istri Sampuraga pada drama itu adalah Balqis Nasution putri Bapak Dahlan Hasan Nasution beserta Ibu Ika Desika Dahlan Nasution. Tidak hanya murid murid SD 081 Panyabungan yang muncul tetapi malam itu murid murid SD 083 Panyabungan juga tampil dengan drama " Mahkamah Syariah". Drama yang menggunakan bahasa Mandailing ini cukup kocak karena bercerita tentang pertengkaran dalam rumah tangga yang kemudian disidangkan di Mahkamah Syariah .
Drama yang paling akhir digelar malam itu adalah "Panjait Bandera" yang dipersembahkan oleh Sanggar Tari " Samisara".

Pada akhir acara ,Bupati naik ke atas pentas dan menyatakan semua pendukung acara termasuk anak anak SD datang dari Mandailing sekitar 450 km sebelah selatan Medan. Para anak anak ini ditampilkan kata Bupati untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki dan agar masyarakat di luar kampung halaman mengetahui potensi berkesenian yang ada di Mandailing Natal. Selesai Bupati sambutan,Gordang Sambilan ditabuh lagi mengantar pengunjung meninggalkan arena. Sebuah event kesenian yang mengesankan.

Salam Kesenian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun