Pada awalnya adalah Andre Rosiade,Wakil Sekjend Partai Gerindra yang menyatakan tanggal 21 Maret 2018 malam ia ketemu Habib Rizieq di Mekkah.Dalam pembicaraan itu Rizieq menghimbau agar Gerindra,PKS,PAN dan PBB bisa berkoalisi pada Pilpres 2019.
Himbauan Imam Besar FPI itu terlihat mendapat sambutan hangat dari beberapa tokoh parpol yang dimaksudkan Rizieq itu.
Dalam pandangan saya sambutan hangat itu mengemuka karena harus diakui bahwa Rizieq oleh sebahagian ummat Islam di negeri ini masih dianggap sebagai pemimpinnya.
Kita masih ingat pada tahun lalu bermunculan dukungan untuk Rizeq agar ia dinobatkan sebagai Imam Besar Ummat Islam Indonesia.Kemudian Aksi Aksi Bela Islam seperti 411 dan 212 tentu tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan dan karisma yang dimiliki  Rizieq.
Dengan pengaruhnya yang demikian maka dalam tahun politik seperti ini sering muncul pertanyaan kemanakah nanti " massa Rizieq " ini akan berlabuh.Memang belum dapat diukur seberapa besar sebenarnya potensi politik yang dimiliki nya tetapi kita tentu percaya, pengaruhnya kepada sebahagian ummat Islam masih cukup kuat.
Namun ada juga hal  yang perlu dicatat ,bahwa kekuatan Ummat Islam yang mengikuti Aksi Aksi Bela Islam dicoba dilembagakan pada sebuah organisasi yang menyandang nama Alumni 212. Tetapi seperti yang kita lihat lembaga yang menggunakan 212 itu juga tidak utuh besatu.Terkesan ada perpecahan di kalangan elit alumni sehingga lahirlah beberapa organisasi yang menyebut dirinya sebagai alumni 212.
Kuat dugaan bahwa perpecahan itu terjadi karena tidak adanya kepemimpinan yang kuat yang menyamai kualitas Habib Rizieq Shihab.
Selanjutnya layak dicermati dalam Aksi Aksi Bela Islam yang berlatar belakang Pilgub DKI 2017.Yang berhadapan adalah Anies-Sandiaga bertarung melawan Ahok-Djarot .Anies -Sandiaga diusung oleh Gerindra - PKS yang kemudian PAN ikut gabung maka muncullah persepsi bahwa tokoh tokoh Aksi Bela Islam sangat erat hubungannya dengan ketiga parpol tersebut.
Tetapi ketika proses pilkada serentak 2018 dimulai muncul beberapa pengakuan dari tokoh tokoh alumni 212 bahwa ketiga parpol tersebut mengabaikan atau tepatnya tidak menyahuti aspirasi mereka yang mengajukan beberapa nama pasangan calon untuk diusung pada beberapa daerah .
Karenanya terlihat menjadi kurang hangatnya hubungan antara ketiga parpol dengan alumni 212.
Maka ketika Rizieq menyampaikan himbauan agar ketiga parpol ditambah PBB untuk berkoalisi pada pilpres tentu ini merupakan momen yang tepat untuk kembali menjalin kehangatan itu.
Bahkan ada tokoh parpol yang sudah menyatakan kesediaan partainya untuk mencalonkan alumni 211pada pemilu 2018.
Muncul kesan yang kuat bahwa keempat parpol akan memanfaatkan himbauan Rizieq itu untuk meningkatkan elektabilitas partainya.
Namun dalam pandangan saya koalisi keempat parpol itu akan sulit terbentuk kalau hanya didasarkan pada himbauan Rizieq.Hal yang demikian terjadi oleh karena muncul berita yang menyatakan Rizieq akan maju pada pilpres 2019.Tentulah yang diharapkan oleh pendukung nya ,Rizieq akan diusung oleh ketiga parpol yang punya kursi di DPR RI dan PBB akan menjadi partai pendukung.
Kita membaca berbagai komentar dari beberapa tokoh ke empat parpol yang berkaitan dengan rencana nyapres nya Rizieq.
Tokoh Gerindra misalnya mengatakan ,Prabowo harga mati.Tokoh PKS menyebut bahwa Rizieq lebih tepat sebagai tokoh yang mengawal pemerintahan dan juga tokoh PBB menyatakan prioritas utama mereka adalah Yusril Ihza Mahendra.PAN juga kelihatannya masih mengutamakan ketua umumnya,Zulkifli Hasan.
Dengan berbagai pernyataan yang bernada demikian tidak salah kalau disimpulkan keempat parpol akan menolak mencalokan Rizieq yang juga akan memengaruhi mereka dalam membentuk koalisi pada pilpres.
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H