Walaupun sedikit terlambat tetapi rasanya layak juga untuk beri penghargaan kepada Maruarar Sirait,Ketua Steering Committe Piala Presiden. Putra politisi senior, Sabam Sirait itu dengan jelas mengatakan bahwa 100 persen dialah yang bertanggung jawab pada acara penyerahan trofi juara Piala Presiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Seperti diketahui pada acara itu ,Anies Baswedan ,Gubernur DKI tidak diperkenankan ikut mendampingi Jokowi pada saat penyerahan trofi termasuk trofi untuk Persija yang menjuarai turnamen tersebut. Mendadak sontak peristiwa tersebut menjadi pembicaraan publik.Berbagai analisa dan komentar bermunculan dan tidak dapat dihindari peristiwa itu telah memasuki ranah politik.
Malahan muncul anggapan bahwa dengan kejadian itu menyebabkan popularitas Anies meningkat sedangkan untuk popularitas Jokowi memberi efek negatif.
Berbagai spekulasi juga mengemuka bahkan menyempret nyempret ke istana. Dengan sigap Deputy Bidang Protokol,Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudi mengatakan tidak diperkenankannya Anies Baswedan turun dari tribun untuk mendampingi Jokowi karena Paspampres mempedomani standard pengamanan dalam halmana Paspampres mempedomani daftar pendamping Presiden yang telah disiapkan panitia.
Bey Machmudi juga mengatakan tidak ada arahan Jokowi yang memberi petunjuk agar Anies tidak mendampinginya. Maruarar kemudian mengakui bahwa dialah yang tidak memasukkan nama Anies Baswedan untuk  ikut mendampingi Jokowi. Salah satu alasan Maruarar melakukan itu ,dalam pandangannya karena yang diserahkan Piala Presiden maka yang mendampingi Jokowi cukuplah hanya se level menteri saja.
Pertanyaan berikutnya ,kita mulai dari alur pikir Maruarar ini. Namun sebelum melanjutkan pertanyaan ini layak disampaikan dalam pandangan saya Maruarar adalah politisi yang cemerlang. Maruarar atau yang sering akrab disapa anak anak muda Bang Ara,lahir di Medan pada 23 Desember 1969. Sewaktu mahasiswa ia aktip di organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia ( GMKI).
Ara tidak kenal saya tetapi saya melihatnya dia adalah seorang politisi yang santun dan enerjik. Saya mulai memperhatikannya ketika ia aktip di Pansus Bank Century. Seingat saya Ara beserta teman temannya anggota Pansus mendatangi beberapa tokoh minta dukungan dan restu untuk keberhasilan pansus.
Untaian untaian kata yang dikemukakannya cukup berisi,alur pikir uraiannya terstruktur dan runtut. Namanya juga melambung ketika mengemukakan berbagai argumentasi yang menggambarkan sikap PDIP yang menolak kenaikan BBM pada masa pemerintahan SBY.
Menurutnya sekurang kurangnya ada 3 alasan partainya menolak kenaikan BBM tersebut yakni : 1) dengan mencari sumber sumber pendapatan baru yang legal seperti memaksimalkan penerimaan negara dari sektor pajak dan cukai; 2) mengambil alih proses impor minyak yang selama ini masih dikendalikan oleh pihak ketiga dan ,3). memberlakukan pajak bagi pihak pihak yang berinvestasi ke luar negeri.
Dengan kebijakan yang demikian ia dan partainya yakin bahwa BBM tidak perlu naik mengingat angka kenaikan cukup fantastis bagi banyak rakyat yang tingkat perekonomiannya mayoritas kebawah.( disarikan dari Wikipedia berbahasa Indonesia). Dengan melirik rekam jejak dan pemikirannya seperti diuraikan diatas maka jelaslah Ara adalah politisi yang punya argumentasi yang kuat dalam setiap pernyataan atau dalam merumuskan sikap politiknya.
Karenanya agak  susah juga memahami alur pikir Maruarar berkaitan dengan peristiwa di GBK itu karena sebagai politisi yang sudah banyak mengikuti kegiatan presiden, maka mustahil rasanya ia berpikiran pada acara di Gelora Bung Karno itu ,Jokowi cukup didampingi menteri saja dan tidak perlu didampingi Gubernur DKI.
Kalau begitu apa yang ada di pikiran Maruarar sehingga nama Gubernur DKI itu tidak dimasukkan dalam daftar pendamping Jokowi. Mungkin ia alpa karena kesibukannya sehingga nama Anies tidak diberikan nya kepada Protokol Istana. Namun ada yang muncul di pikiran saya.Andainya Anies ikut mendampingi Jokowi menyerahkan trofi ke Persija sebagai juara ,lalu nama siapakah yang akan diteriakkan oleh para Jakmania.
Apakah mereka akan menyatakan " Hidup Anies" ?. Kalau suara seperti inilah yang akan muncul tentu akan ada ganjalan psikologis mengingat Jokowi juga ada disana.
Seperti yang terlihat pada akhir akhir ini sudah mulai muncul berbagai analisis ataupun perkiraan bahwa Anies Baswedan merupakann" kuda hitam" sebagai penantang Jokowi pada pilpres nanti.
Apakah pikiran seperti ini ada juga muncul dalam benak Ara?. Bisa saja pikiran itu muncul pada Ara tetapi bisa juga tidak.
Karenanya anggap saja Ara melakukan kekeliruan atau kealpaan. Namun ternyata kekeliruan itu membawa efek politik untuk Anies.
Sebuah peristiwa " kecil" tetapi memberi dampak politik yang lumayan juga.
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H