Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

John Mc Beth: Besar Kemungkinan Jokowi akan Kembali Gandeng JK

12 Februari 2018   08:43 Diperbarui: 12 Februari 2018   16:06 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)

Berbagai hasil survei yang dirilis masih menempatkan Jokowi pada peringkat tertinggi untuk memenangkan pertarungan pada pilpres 2019 nanti. Namun walaupun Jokowi berada pada posisi tertinggi, tetapi hasil survei juga menunjukkan Jokowi belum pada posisi aman karena tingkat keterpilihannya masih di bawah 50 persen.

Sebagai presiden yang sedang berkuasa tentulah tingkat keterpilihan yang demikian masih menghawatirkan. Karenanya banyak pengamat yang meyakini tingkat keterpilihan Jokowi akan semakin mantap apabila ia didampingi cawapres yang dapat memberikan tambahan suara pemilih.

Seperti yang kita amati, maka diperkirakan menjelang pilpres nanti ada beberapa isu yang akan dilontarkan oleh lawan lawan politik Jokowi. Isu tersebut yang berhubungan dengan daya beli masyarakat yang menurun, hutang negara yang membengkak, serta hubungan Jokowi dengan sebagian umat Islam yang kurang mesra dan juga isu kebangkitan PKI di masa pemerintahan sekarang ini.

Berangkat dari pengamatan yang demikian maka selayaknya lah Jokowi memilih cawapresnya yang dapat meredam isu dimaksud serta pilihannya itu punya "kantong suara" yang meyakinkan. Dalam keadaan menduga duga siapa yang paling tepat sebagai pendamping Jokowi nanti maka menjadi menarik untuk menyimak pandangan yang dikemukakan oleh John Mc Beth, wartawan senior terkemuka.

Sebagaimana dikutip dari Kompas.com (12/2), John Mc Beth dalam tulisannya di situs Asia Times pekan lalu menyatakan Presiden Jokowi membuka peluang untuk kembali menggandeng Jusuf Kalla pada Pilpres 2019 nanti. "Untuk saat ini ,JK adalah pilihan paling aman," ucap sumber yang merupakan salah satu anggota tim informal kampanye Pilpres Jokowi seperti dikutip John Mc Beth.

sumber foto: acehtimes.id
sumber foto: acehtimes.id
Sumber tersebut menjelaskan, keputusan untuk kembali memilih JK ditengarai kesulitan yang dihadapi Jokowi untuk memilih cawapres yang dapat membantu mengamankan pemilih tradisional Muslim. Memang kalau dicermati maka akan terlihat ada beberapa kelompok umat Islam yang tidak nyaman dengan Jokowi.

Kelompok Habib Rizieq misalnya tentu tidak nyaman karena sampai sekarang Imam Besar FPI itu masih berada di luar negeri dan belum kembali ke negeri ini karena masalah hukum yang dihadapinya.

Begitu juga kelompok HTI tentu juga tidak nyaman, karena dengan Perppu, Jokowi telah membubarkan organisasi tersebut. Berkaitan hubungan dengan kelompok Muslim yang demikian lah diperkirakan JK punya nilai tambah. Jusuf Kalla sekarang ini adalah Ketua Dewan Masjid Indonesia, pernah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) dan sampai sekarang masih menjalin komunikasi yang bagus dengan Korps Alumni HMI (KAHMI). Selain itu JK juga sangat dekat dengan kalangan NU malahan ia merupakan Musytasar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Dalam tarap tertentu, JK juga dianggap sebagai representasi kekuatan politik sebahagian ummat Islam di negeri ini. Dengan demikian terlihat pandangan yang dikemukakan John Mc Beth tersebut mengandung kebenaran. Selanjutnya Kompas.com mengemukakan, menurut John Mc Beth, hubungan Jokowi -JK tidaklah begitu mulus, terutama di 18 bulan pertama pemerintahan mereka.

Hal ini terjadi karena JK dengan tegas mengisyaratkan ia tidak ingin hanya menjadi ban serep Jokowi. Tetapi sekarang ini hubungan tersebut akhirnya semakin solid dipertegas dengan terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Saya juga melihat adanya keuntungan lain yang akan dipetik Jokowi apabila menggandeng kembali JK pada pilpres nanti.

Diperkirakan dari parpol pengusung Jokowi sekarang ini sekurang kurangnya akan ada dua sosok yang menginginkan jabatan Wapres tersebut. Yang pertama adalah Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebagian kalangan Nahdliyin telah menyatakan dukungan terbuka untuk Cak Imin.Berbagai poster dan baliho dari PKB dan kaum Nahdliyin sudah dipasang di berbagai tempat termasuk di Sumatera Utara.

Selain Cak Imin tentu diperkirakan, PDIP sebagai partai yang telah membesarkan Jokowi juga mengincar posisi wapres. Memang belum ada pernyataan resmi dari PDIP untuk ini, tetapi Puan Maharani tentu merupakan sosok yang layak diperjuangkan partainya untuk menduduki posisi prestisius tersebut. Apabila Jokowi tetap menggandeng JK maka masalah psikologis yang muncul pada internal partai pengusung Jokowi akan teratasi.

Faktor lain yang menjadi nilai tambah untuk JK ialah posisinya sebagai tokoh yang berakar di Indonesia bahagian Timur. Posisinya yang demikian terlihat antara lain pada pilpres 2014, Jokowi-JK mengungguli Prabowo-Hatta Rajasa di kawasan Indonesia bagian Timur. Hal hal yang dikemukan di atas tentulah juga merupakan bagian dari pertimbangan Jokowi untuk memilih siapa yang paling tepat mendampinginya pada pilpres 2019.

Salam Demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun