Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alangkah Berharganya Ibu, Priscillia Datang dari Milan ke Jakarta Cari Ibunya

27 Desember 2017   19:36 Diperbarui: 27 Desember 2017   19:51 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak kenal Priscillia Margaretha dan perempuan berumur 38 tahun ini juga dipastikan tidak mengenal saya.Tetapi ketika membaca artikel di Kompasiana yang bertajuk " Berpisah 38 tahun ,Wanita ini Datang dari Jauh dari Milan Mencari Ibunya " ,tiba tiba air mata saya menetes perlahan.

Priscillia menurut saya adalah perempuan yang luar biasa .Tidak hanya luar biasa karena punya semangat yang tinggi untuk mencari ibunya tetapi juga luar biasa mengakui dan menceritakan siapa ibunya.

Pada artikel yang ditulis oleh Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta itu diceritakan sudah 38 tahun Priscilia Margaretha berpisah dengan ibu kandungnya.Ia tidak pernah melihat sang Ibu sejak lahir .

Yang ia tahu hanya sebatas kelahiran dirinya pada hari Jum'at 12 Oktober 1979,pukul 23.45 WIB .Persalinannya dibantu oleh bidan Ny Budi Wahyuni ,Jl Kebon Kacang Gg 31/1, Jakarta Pusat.

Priscillia diberitahu bahwa sang Ibu bernama Inah yang bekerja sebagai buruh harian di Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Oleh karena ibu nya merasa tidak mampu membesarkannya maka ia diserahkan kepada Bidan Ny Budi Wahyuni yang membantu persalinannya.

Oleh ibu bidan itu ,Priscillia diserahkan kepada Yayasan Mulia Cabang Jakarta.
Kemudian ia dirawat dan diadopsi oleh warga negara asing asal Belanda bernama Jaap Vermeij dan Maud Vermeij van Oseenbruggen.
Ke yayasan itulah Priscillia bersama suami dan putranya datang untuk mencari informasi atau jejak keberadaan Inah ,ibundanya.
Artikel di Kompasiana itu menyebut bahwa Priscillia belum menemukan ibunya bahkan juga belum memperoleh informasi tentang dimana kini ibunya berada.

38 tahun memendam rindu kepada seorang ibu yang tiada kabar beritanya bukanlah sebuah pekerjaan mudah.38 tahun bergelut mencari identitas diri ,putri siapakah ia,juga bukan perjalanan hidup yang mudah dilalui.
Alangkah jujurnya perempuan yang datang dari Milan ini menceritakan dengan jujur bahwa ibunya adalah seorang buruh harian yang bekerja di sebuah rumah di Kebayoran .

Ia tidak menutup nutupi tentang status ibunya.Banyak orang yang tidak mau jujur mengakui tentang keberadaan keluarganya karena hanya ingin supaya dianggap hebat oleh orang lain.

Kisah lama kita " Malin Kundang" telah memberi sinyal yang kuat bahwa banyak orang yang tidak mau jujur mengakui ibunya oleh karena ibunya itu " orang desa " yang tidak terpelajar.Malu mengakui ibunya karena kalau dia akui itu dibayangkannya penghargaan masyarakat kepadanya akan menurun.

Berkaca kepada kisah perempuan dari Milan ini selayaknyalah kepada semua yang masih punya ibu,hormati dan sayangilah ibu yang telah melahirkan itu.Berikanlah kebahagiaan kepada mereka sesuai kemampuan yang dimiliki.

Selalu lah menuruti nasehat dan petunjuk Ibu ,karena bagaimanapun tingginya pendidikan Anda ,tetapi percayalah nasehat ibu sesuatu yang sangat berharga.Jangan lihat apa pendidikan ibu yang memberi nasehat itu tetapi percayalah nasehat yang diberikannya itu tidak pernah bermaksud mencelakakan Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun