Pada tahun 1958- 1961 terjadi pergolakan daerah di negara kita ini yang dikenal dengan nama peristiwa PRRI/Permesta.
Peristiwa PRRI sangat terasa di daerah Tapanuli ,Provinsi Sumatera Utara.
Suatu ketika pada waktu terjadinya peristiwa PRRI itu ,saya dengan Ibu ,berangkat dari Medan menuju Padangsidimpuan.Jarak tempuh sekitar 400 km lewat jalur Tarutung - Sibolga.
Pada jalur Tarutung- Sibolga itu terdapat lebih dari seribu kelokan dan banyak sekali penumpang bus yang muntah karena jalan yang berkelok kelok itu.
Selain jalan berkelok kelok itu ,pada masa PRRI pada rentang jarak Tarutung-Sibolga sekitar 66 km itu sangat rawan dari sisi keamanan.Untuk itu mobil mobil bus harus beriringan dengan dikawal oleh pasukan TNI yang sering juga disebut konvoi.
Pada malam itu  ,melewati kelokan kelokan patah kelihatannya situasi keamanan agak rawan.
Saya yang pada mulanya duduk di dekat jendela diminta ibu berpindah ke tempat ibu dan ibu menjadi duduk di dekat jendela.Saya paham kenapa saya diminta beralih dari dekat jendela ,karena seandainya ada tembakan ,maka yang terkena duluan adalah ibu.Sungguh saya sangat terharu membayangkan peristiwa itu.
Kita semua tentunya punya kenang kenangan tentang ibu kita apalagi ketika ibu itu sudah tiada.
Ibu wafat tahun 1989 dan kenangan tentang jasa nya tidak akan pernah terhapus dalam ingatan saya.
Hal tersebut juga tentu ada di hati kita semua ,kita semua yang menyayangi dan mencintai ibu kita.
Pada hari Ibu seperti inilah ,selayaknya juga kita tidak hanya mengingat Ibu Indonesia tetapi juga mengingat dan mengenang ibu kita masing masing.
Selamat memperingati Hari Ibu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H