Tapi alumni SMAN I Pekalongan itu secara tidak langsung telah mengajari kita bagaimana selayaknya menghargai semua orang yang telah berjasa pada kita.Relasi yang terbangun tidak hanya karena kepentingan ,tetapi ada nilai nilai penghargaan yang tidak bisa diukur dengan materi.
Terhadap kebaikan hati Fredy yang telah memberangkatkan mereka ke luar negeri ,Sulikin membuat tulisan " Muridku Gila".
Tentang sebutan " Muridku Gila " ini,Fredy membalasnya dengan mengatakan bahwa yang jelas jelas gila itu adalah Bapak IBU guru SD Sampangan ,SMPN 1 dan SMAN 1 Pekalongan.
Para guru itu menurut Fredy yang secara " sembrono" mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda hingga pensiun berusaha membuat nya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid lain yang menjadi orang sukses dan berhasil.
Fredy melanjutkan ,yang " gila " itu adalah Bapak Ibu Guru yang mengabdi di sekolah sekolah ,madrasah,PAUD,baik di kota ,di daerah dan daerah daerah terpencil dengan gaji pas pasan dan herannya masih mau mengajar ,itu baru gila! ! !Â
Fredy sosok yang tidak dikenal itu telah menawarkan sebuah oase baru sekaligus menampik pandangan banyak orang tentang hubungan hubungan semu dan palsu yang banyak dipraktekkan sebahagian besar warga bangsa sekarang ini.
Terima kasih kepada Kompas.com yang telah mengangkat kisah kisah seperti ini dalam pemberitaannya. Terima kasih jua kepada Fredy yang telah mengajarkan sesuatu yang sangat berharga dalam menghargai guru. Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H