Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ternyata Elektabilitas Ahok-Djarot Sudah Stagnan

20 April 2017   10:34 Diperbarui: 20 April 2017   10:58 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kritik selanjutnya yang dikemukakan publik terhadap Ahok ialah tentang caranya berkomunikasi.Sikapnya yang terkadang terkesan temperamental,postur dan gestur tubuhnya ketika berbicara dan kata kata yang diucapkannya menumbuhkan kesan bahwa ia seorang yang arogan sehingga dengan sikap yang demikian yang muncul justru sikap anti pati. 

Kemudian hal kedua yang  dilakukan Timses Ahok-Djarot ialah merilis video dengan maksud untuk meneguhkan ke bhinnekaan serta memberi gambaran bahayanya perpecahan bangsa. Tetapi ketika iklan video pasangan nomor dua ini beredar muncul reaksi dari para tokoh dan ulama.Salah satu protes keras datang dari dai kondang Aa Gym.

Dai asal Bandung itu melalui akun twitternya menyatakan protes keras terhadap video dimaksud karena video tersebut menampilkan adegan kerusuhan yang dinilai menyudutkan ummat Islam. Video berdurasi 2 menit itu diawali adegan seorang ibu beserta seorang putrinya berada dalam sebuah mobil kemudian datang serombongan orang yang kemudian mengetuk pintu mobil yang membuat ibu dan putrinya merasa cemas dan ketakutan.Kemudian muncul lagi adegan serombongan orang yang memakai baju koko pakai peci dan juga kopiah lebai yang pada dadanya diselempangkan sorban.

Dibelakang massa ini ada spanduk yang bertuliskan "Ganyang Cina " dan selanjutnya mereka melakukan pembakaran.Pada poin inilah muncul protes karena seolah olah massa yang dipersepsikan memakai busana Muslim itulah yang mengusung issu sara Anti Cina bahkan melakukan pembakaran.
Terhadap protes ini ,Djarot Syaiful Hidayat ,Cawagubnya Ahok menjelaskan tidak ada masalah dengan video dimaksud.

Tayangan video itu untuk mengingatkan agar peristiwa 1997-1998 jangan terulang kembali (Harian Waspada Medan ,11 April 2017). Tetapi penjelasan Djarot belum dapat menjawab pertanyaan kenapa sekelompok orang  yang ditunjukkan pada video tersebut memakai pakaian yang dipersepsikan sebagai massa Islam.Karenanya ketika video itu dirilis sudah muncul pertanyaan apakah iklan video ini akan dapat menaikkan elektabilitas pasangan petahana atau justru sebaliknya.
Hal ketiga yang dilakukan terutama oleh PDI Perjuangan ialah menginstruksikan seluruh kader nya dari daerah terutama anggota DPRD nya untuk datang di Jakarta dan melakukan serangkaian kegiatan untuk memenangkan jagoannya.


Kemudian keempat ,beredar issu adanya pembagian sembako atau sejenisnya yang bertujuan untuk meraih simpati massa.
Dari perbandingan tingkat elektabilitas Ahok-Djarot pada ke 3 momen yaitu hasil survey oktober 2016 ,perolehan suara pada pilgub putaran pertama dan hasil hitung cepat pada putaran kedua pilgub terlihatlah bahwa elektabilitas pasangan calon tersebut sudah stagnan atau jalan  di tempat.Artinya kuat dugaan beberapa langkah atau taktik yang dilakukan Timses Ahok- Djarot dan juga dukungan berbagai kekuatan politik atau kelompok agama ternyata tidak memberikan hasil yang signifikan.
Padahal kalau diteliti ladang yang  digarap pada putaran kedua pilgub cukup luas dengan gambaran sebagai berikut.


Mengacu kepada Pilgub putaran pertama maka suara yang akan diperebutkan kedua paslon berasal dari 2 sumber yaitu (1).pemilih Agus -Sylvi 17% dan (2),jumlah golput 22% sehingga keseluruhan suara yang akan diperebutkan 39% X 6.815.415 ( jumlah pemilih DKI) = 2.658.006 pemilih.Jumlah pemilih yang diperebutkan ini dengan assumsi tidak ada pemilih masing masing paslon pada putaran pertama yang golput atau mengalihkan pilihannya ke pasangan lain.
Tapi nyatanya paslon nomor dua tidak mampu lagi menambah lagi perolehan suaranya.

Salam Persatuan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun