Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kang Pepih resign dan Sebuah Tanda Tanya

2 Januari 2017   12:54 Diperbarui: 2 Januari 2017   13:04 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya pribadi tidak pernah ketemu Kang Pepih malahan wajahnya hanya saya kenal melalui foto foto yang ditampilkan melalui blog kesayangan kita ini. Selanjutnya dapat dipastikan Kang Pepih juga tidak kenal saya.

Tetapi untuk " mengenal" dan memahami seseorang kan tidak harus pernah ketemu secara fisik.Kita mengenal Marx,Jefferson ,Bung Karno dan Bung Hatta misalnya bukan karena  pernah bertemu secara fisik tetapi kita memahami mereka justru dari legacy yang ditinggalkannya.
Saya mulai mengenal nama Kang Pepih ketika mulai menjadi silent reader pada Kompasiana walaupun sebelumnya nama ini sudah terdengar pada

Harian Kompas dimana saya telah menjadi pembaca setianya dalam 20 tahun terakhir ini.

Pengenalan saya terhadap Kang Pepih semakin intens ketika teman teman K'ners melalui beberapa artikel yang bermutu memberi banyak kesaksian tentang sosok pria yang gemar main catur ini.Kesaksian tersebut juga merupakan semacam " cadeau" perpisahan karena Bapak Kompasiana dimaksud secara fisik meninggalkan blog terbesar di negeri kita ini.Diberitakan pria kelahiran Tasikmalaya ini masih akan terus berkiprah dibidang citizen journalism tetapi tidak lagi menggunakan bendera Kompasiana.

Oleh  sejarah dicatat Pepih Nugraha adalah Bapak Pendiri Kompasiana.Bahwa sekarang Kompasiana telah menjadi blog terbesar di tanah air tentu tidak dapat dipisahkan dari peran Bapak Pendiri.

Andainya boleh menilai maka saya mencoba mendiskripsikan mengapa Kompasiana bisa menjadi sebesar sekarang ini.
Pertama ,nama yang digunakan.Penamaan Kompasiana sangat tepat,mudah diingat karena langsung diassosiasikan dengan Harian Kompas sebuah harian nasional yang berwibawa.

Kedua, dukungan dari Kompas grup

Ketiga,ketersediaan sarana teknologi IT

Keempat, hadirnya Pepih Nugraha beserta timnya.

Dalam pemahaman saya ,Kang Pepih lah yang menjadi the man behind the screen untuk membidani lahirnya Kompasiana.Pria yang dilahirkan pada 11 Desember 1964 inilah yang menjadi sutradara sekaligus sebagai aktor pada awal berdirinya blog yang kita cintai ini.
Kata orang manajemen salah satu hal yang paling penting pada tahap awal berdirinya organisasi ialah perancangan capacity buildingnya.Disinilah terlihat kepiawaian Kang Pepih yang telah berhasil membuat rancang bangun Kompasiana 8 tahun yang lalu.Pada tahapan awal inilah ditentukan berbagai policy yang dilandasi gagasan kenapa blog ini harus hadir ,siapa saja yang boleh menulis,untuk siapa tulisan ditujukan dan berbagai sasaran lainnya yang ingin dicapai.

Hal penting  lainnya ialah kemampuannya memilih dan merekrut tenaga yang kemudian menjadi tim yang kompak bekerja untuk blog yang baru lahir tersebut.

Dengan kombinasi sekurang kurangnya 4 hal tersebut diataslah Kompasiana telah menjadi raksasa Netizen Journalism seperti sekarang ini.
Namun pada poin inilah muncul sebuah tanda tanya kenapa sesudah Kompasiana sebesar ini Kang Pepih meninggalkan sebuah panggung yang dengan susah payah telah dibangunnya bersama teman temannya.

Saya menyimak dengan seksama berbagai artikel yang memuat berbagai alasan positip kenapa Kang Pepih pamit dari Kompasiana.Dari berbagai artikel tersebut saya simpulkan bahwa Kang Pepih adalah sosok yang selalu mencari tantangan ,ingin terus berinovasi,berkreasi dan tidak betah berada pada zona aman ( comfort zone).Dengan penggambaran pribadi seperti itulah ditambah dengan kepercayaan kepada " generasi kedua" Mas Iskandar Zulkarnain atau Mas Isjet dengan teman teman, Kang Pepih memutuskan untuk " mengembara" ke tempat lain.

Namun pada penghujung artikel ini saya menjadi teringat kepada beberapa pengusaha yang saya kenal.Mereka sejak awal membangun dengan susah payah usahanya sehingga berhasil jadi besar.Hal tersebut membuat mereka menjadi menyatu dengan usahanya malahan usaha yang dibangunnya sudah dianggapnya bahagian dari jiwanya.Banyak kasus menunjukkan andainya usahanya itu menuju kebangkrutan pun dia tetap mempertahankan nya karena usaha tersebut merupakan kebanggaan dalam hidupnya.

Berangkat dari contoh tersebut ,analogi yang sama bisa disampaikan kepada Kang Pepih.Benarkah alasan untuk meninggalkan Kompasiana hanya karena ingin mencari tantangan baru atau ada sesuatu yang " beyond of your reason" sehingga rela meninggalkan Kompasiana beserta K'ners nya.
Maafkan saya inilah pertanyaan liar yang datang secara spontan.

Selamat berkiprah di tempat yang baru  Kang Pepih dan untuk Mas Isjet beserta teman teman selamat untuk kepercayaan mengelola blog ini.

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun