Dengan kombinasi sekurang kurangnya 4 hal tersebut diataslah Kompasiana telah menjadi raksasa Netizen Journalism seperti sekarang ini.
Namun pada poin inilah muncul sebuah tanda tanya kenapa sesudah Kompasiana sebesar ini Kang Pepih meninggalkan sebuah panggung yang dengan susah payah telah dibangunnya bersama teman temannya.
Saya menyimak dengan seksama berbagai artikel yang memuat berbagai alasan positip kenapa Kang Pepih pamit dari Kompasiana.Dari berbagai artikel tersebut saya simpulkan bahwa Kang Pepih adalah sosok yang selalu mencari tantangan ,ingin terus berinovasi,berkreasi dan tidak betah berada pada zona aman ( comfort zone).Dengan penggambaran pribadi seperti itulah ditambah dengan kepercayaan kepada " generasi kedua" Mas Iskandar Zulkarnain atau Mas Isjet dengan teman teman, Kang Pepih memutuskan untuk " mengembara" ke tempat lain.
Namun pada penghujung artikel ini saya menjadi teringat kepada beberapa pengusaha yang saya kenal.Mereka sejak awal membangun dengan susah payah usahanya sehingga berhasil jadi besar.Hal tersebut membuat mereka menjadi menyatu dengan usahanya malahan usaha yang dibangunnya sudah dianggapnya bahagian dari jiwanya.Banyak kasus menunjukkan andainya usahanya itu menuju kebangkrutan pun dia tetap mempertahankan nya karena usaha tersebut merupakan kebanggaan dalam hidupnya.
Berangkat dari contoh tersebut ,analogi yang sama bisa disampaikan kepada Kang Pepih.Benarkah alasan untuk meninggalkan Kompasiana hanya karena ingin mencari tantangan baru atau ada sesuatu yang " beyond of your reason" sehingga rela meninggalkan Kompasiana beserta K'ners nya.
Maafkan saya inilah pertanyaan liar yang datang secara spontan.
Selamat berkiprah di tempat yang baru  Kang Pepih dan untuk Mas Isjet beserta teman teman selamat untuk kepercayaan mengelola blog ini.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H