Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

[Setnov Ketua DPR] Setnov: "I Shall Return"

23 November 2016   06:06 Diperbarui: 23 November 2016   08:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kasus Papa Minta Saham (PMS) yang melibatkan Setya Novanto pada akhir 2015 sedang berkecamuk saya ketemu teman politisi dari Senayan dan menanyakan apakah Setnov akan selamat?.Dengan penuh keyakinan dia menjawab ,Setnov akan lolos karena dia adalah politisi yang "licin bagai belut dilumuri oli"

Saya jadi teringat pepatah lama ,dia " licin bagai belut" yang menggambarkan kemampuan seseorang keluar dari masalah yang membelitnya.Mendengar ungkapan "licin bagai belut " saja sudah hebat apalagi belut dilumuri oli .Dalam pikiran saya kalau begitu Setnov adalah seorang politisi yang akan mampu keluar dari pusaran masalah yang dihadapinya.

Pada akhir 2015 ,kasus PMS menjadi topik yang sangat menarik karena beberapa hal.
1.Kasus PMS bermula dari pembicaraan Setya Novanto ,Riza Challid dengan Ma' roef Syamsudin CEO Free Port Indonesia.Pembicaraan tersebut ternyata direkam  Ma'roef.Dalam pembicaraan ada pencatutan nama Jokowi yang disebut minta imbalan saham dalam proses negosiasi kontrak karya Free Port.Kala itu Jokowi juga terlihat sangat marah karena namanya dicatut.
2.Selain nama Jokowi dalam pembicaraan juga muncul nama nama lain pejabat pemerintah.
3.Terkuak beberapa informasi termasuk yang berhubungan dengan dana yang mengalir terutama dari Riza Chalid untuk memenangkan pasangan calon pada Pilpres 2014.
4.PMS sudah sarat dengan masalah politik ketika pertama kali ,Sudirman Said ,Menteri ESDM melaporkan kasus tersebut ke Majelis Kehormatan DPR (MKD).
MKD mengadakan sidang terbuka dan disiarkan secara langsung oleh beberapa saluran Tv.

Suasana di Senayan pada masa tersebut menjadi hiruk pikuk karena nuansa politis yang mempengaruhinya sementara ada dimensi etik yang harus dikedepankan.Publik menunggu dengan seksama bagaimana akhir dari drama politik ini.Tetapi publik sepertinya kecewa  karena yang terjadi adalah anti klimaks ,Setnov mengundurkan diri sebagai Ketua DPR dan digantikan oleh Ade Komarudin kawan se partainya..Pada waktu itu saya mencermati ternyata Setnov " kalah " lalu  meragukan pernyataan teman dari Senayan yang terlalu memuji kehebatan suami Deisti Tagor tersebut.
Sesudah tidak lagi menjadi Ketua DPR ,muncul dalam pikiran mungkin karir politik Setnov hanya sampai disitu dan tidak melakukan manuver lagi agar ia tetap berada pada posisi aman.

Tapi ternyata Setnov bukanlah politisi yang mudah menyerah karena sekitar 5 bulan kemudian secara mengejutkan tanggal 17 Mei 2016 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai dan sekaligus mengakhiri dualisme kepemimpinan Golkar antara Abu Rizal Bakri dan Agung Laksono.Beredar pula rumor yang menyebut jabatan bergengsi itu diperolehnya dengan restu Istana.Luar biasa jurus apa yang digunakannya sehingga Jokowi yang begitu marah dengan pencatutan namanya dalam kasus PMS berobah menjadi " merestuinya"sebagai Ketua Umum partai pemenang Ke 2 Pemilu.

Dua bulan setelah menjabat Ketua Umum,Setnov memainkan jurus lain melalui Rapimnas Partai memberi kepercayaan kepada Jokowi untuk dicalonkan lagi sebagai presiden pada Pilpres 2019.Dapat dipastikan manuver ini punya target agar Jokowi semakin percaya dan simpati kepada Golkar(Setnov).Setnov belum berhenti sampai disitu.Golkar dengan arahan Setnov memberi dukungan pada Ahok sebagai Cagub DKI dan pada waktu tersebut publik mempersepsikan Jokowi juga akan mendukung mantan wakilnya tersebut.Dengan berbagai jurus yang dilakukannya serta melalui konsolidasinya yang mantap pada intern partai yang dipimpinnya maka sekarang Golkar mengusulkannya kembali sebagai Ketua DPR RI.

Sesungguhnya kalau digunakan ukuran hukum positip yang berlaku tidak ada delik hukum yang dilanggar oleh Setnov berkaitan dengan kasus PMS karena ia belum pernah dihukum untuk itu.Jadi yang mungkin ada hanyalah hal hal yang berkaitan dengan masalah etika.Mengingat kita selalu mengumandangkan asas " equality before the law" maka tidak ada yang salah kalau Setnov diangkat kembali sebagai Ketua DPR Ri.Malahan kalau ditinjau dari sisi kepentingan politik Jokowi sebagai Presiden justru kalau Setnov yang jadi Ketua ,posisi politik Jokowi lebih aman di Parlemen.

Selanjutnya diperkirakan stabilitas politik juga akan lebih baik karena selama ini telah terbina hubungan baik antara Jokowi dan Setnov.
Kalau nanti ternyata Setnov kembali menjadi Ketua,benarlah ungkapan teman yang saya sebutkan di awal artikel ini ,ia adalah politisi yang" licin bagai belut dilumuri oli".
Salam Demokrasi !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun