Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Risma, antara Jakarta- Surabaya, Dilematiskah?

19 September 2016   18:27 Diperbarui: 19 September 2016   18:35 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau PDI Perjuangan akan mengusung sendiri kadernya pada Pilgub DKI 2017 kelihatannya partai lambang moncong putih tidak punya pilihan lain kecuali menjagokan Risma yang sekarang masih Walikota Surabaya oleh karena hanya Risma lah kader PDI Perjuangan yang mempunyai tingkat elektabilitas paling tinggi terutama untuk menghadang laju sang petahana Basuki Tjahaja Purnama.

Memenangkan pertarungan di DKI sangat penting artinya untuk partai pimpinan Ibu Mega tersebut mengingat beberapa hal:

1.Jakarta adalah Ibu Kota Republik, pusat dari segala pergerakan politik di Republik ini.Dengan memenangkan pertarungan di DKI semakin memperkokoh kedudukan PDI Perjuangan sebagai partai terbesar di negeri ini.

2.PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang mengusung ajaran Bung Karno terutama tentang TRI Sakti akan lebih leluasa menunjukkan ke publik bahwa ajaran Bung Karno dimaksud masih relevan dengan situasi masa kini dan apabila hal tersebut berhasil diwujudkan akan tercipta sebuah model dalam pembangunan kota maupun daerah yang kemungkinan besar bisa dicontoh daerah lainnya.

3.Jati Diri PDI Perjuangan adalah Kebangsaan,Kerakyatan dan keadilan sosial serta watak partai adalah gotong royong ,demokratis ,merdeka,pantang menyerah dan terbuka.Publik ingin melihat bagaimana partai pemenang pemilu ini mewujudkan hal tersebut pada tataran praktek terutama di DKI sebuah kota yang sangat dinamis ,majemuk dan adanya intervensi pemilik modal yang kuat dalam pembangunan kota.

4.Merupakan keharusan bagi PDI Perjuangan untuk menunjukkan ke publik bahwa partai ini mempunyai stok kader yang cukup untuk bertarung di Ibu Kota.

5.Dengan mengusung sendiri kadernya maka rasa percaya diri para kader di seluruh tanah air akan semakin tinggi yang akan berimbas kepada meningkatnya elektabilitas partai ini dimasa mendatang.

Seperti yang dikemukakan sebelumnya kader PDI Perjuangan yang memenuhi syarat untuk ini hanyalah Tri Rismaharini sosok yang dicintai masyarakat di Surabaya dan Jawa Timur.

Mungkin disinilah dilemmatis nya bagi Risma dan juga buat PDI Perjuangan.

Seperti info yang kita terima ,masyarakat Surabaya berkeberatan kalau Risma berangkat ke Jakarta karena mereka masih mencintai dan membutuhkan tangan lembut Risma membangun kota yang mereka banggakan.Kalau Risma ke Jakarta sejauhmana kekecewaan masyarakat terhadap figur idola ini.Dan sejauhmana pula kerelaan Risma meninggalkan mereka.

Sedangkan untuk PDI Perjuangan ada hal lain yang dipikirkannya kalau Risma ditarik ke Jakarta lalu siapa nanti yang akan diusung partai ini sebagai calon Gubernur Jawa Timur pada perhelatan demokrasi tahun2018 nanti.Tokoh yang dicalonkan PDI Perjuangan adalah tokoh yang tingkat popularitas dan elektabilitasnya harus cukup tinggi karena  kemungkinan yang akan menjadi lawan tarung nanti adalah Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial sekarang dan juga Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama. Dan juga jangan dilupakan petarung lainnya Syaefullan Yusuf ,kader NU yang sekarang menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur yang juga populer di Provinsi yang merupakan basis terkuat ormas terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama.

Situasi memang sangat dilemmatis bagi PDI Perjuangan ketika harus dihadapkan kepada pilihan memenangkan pertarungan di Jakarta atau memenangkan pertarungan di Jawa Timur oleh karena sampai sekarang belum terlihat adanya kader partai yang mampu mengimbangi Khofifah dan Gus Ipul.Tapi pilkada di Jawa Timur masih sekitar 2 tahun lagi dan harus diingat salah satu kelebihan Ibu Mega ialah kemampuannya untuk menemukan "figur yang tepat pada waktu yang tepat" untuk diorbitkan.Salah satu contoh yang paling fenomenal ialah Jokowi yang berkiprah di Solo,sebuah sosok yang tidak terlalu dikenal ditarik bertarung di Jakarta dan ternyata namanya semakin melambung yang kemudian menjadi Presiden RI.

Dan publik semua menunggu bagaimana cara Ibu Mega keluar dari situasi yang dilemmatis ini.

Salam Demokrasi !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun