Tidak usah kata sahibul hikayat,tidak juga kata yang empunya cerita,kata kita juga Pilpres 2019 masih jauh.Apabila KPU Menetapkan Pilpres 2019 digelar pada bulan Juli 2019 maka dari sekarang itu masih butuh 35 bulan lagi.Walaupun masih lama tetapi perbincangan siapa yang layak mendampingi Jokowi nanti sudah mulai dibicarakan dari sekarang termasuk tulisan tulisan para Kompasianer .Karenanya saya juga jadi terangsang untuk ikut nimbrung dalam pembicaraan tersebut.
Apabila Ahok terpilih lagi menjadi Gubernur DKI tahun 2017 nanti ,merupakan hal yang sah dan wajar apabila dia ingin meningkatkan karir politiknya ke jenjang yang lebih tinggi menjadi Wakil Presiden mendampingi Jokowi.Wajar Ahok bercita cita begitu karena dia akan tercatat sebagai Wakil Presiden RI pertama yang berasal dari etnik Tionghoa .Dari sisi Internasional juga akan terbentuk kesan yang kuat bahwa Indonesia sudah lebih dewasa menapaki perjalanan demokrasinya sehingga etnik yang dianggap minoritas juga diperkenankan menjadi orang kedua di Republik ini.Kalau Ahok terpilih jadi Wapres ,peristiwa ini melebihi fenomena ketika Sadiq Khan yang Muslim,turunan imigran Pakistan itu terpilih sebagai Walikota London.Andainya Ahok sudah membangun mimpi tentang ini tentu ia sudah mulai mempersiapkan skenario mulai dari sekarang ya mulai dari sekarang mulai dari merebut kursi nomor 1 di DKI.Jika Ahok terpilih jadi Gubernur DKI tentu saja popularitas dan elektabilitasnya akan semakin meningkat dan masyarakat (tidak hanya Jakarta) akan semakin memuji,mengelu- elu kannya dan menginginkannya menjadi Wapres.
Bagi saya selama ini masih merupakan misteri besar kenapa Ahok ,pemimpin yang begitu tegas pada prinsip ,konsisten ,tidak dapat di dikte ,tetapi banting stir memilih jalur parpol dan meninggalkan jalur independen sedangkan KTP yang yang terkumpul juga sudah satu juta.
Menurut dugaan saya Ahok pada awalnya ingin menggunakan jalur independen karena ingin "memutus" hubungan dengan PDI Perjuangan.Kenapa Ahok ingin memutus hubungan karena kalau Ahok menggunakan kenderaan PDI Perjuangan maka ia akan terikat "kontrak politik" dengan partai tersebut dan dalam hitungannya PDI Perjuangan tidak akan mencalonkannya sebagai Wapres nanti.Kenapa PDI Perjuangan tidak akan mencalonkannya?
Ingat di PDI Perjuangan ada tokoh muda yang masih "trah" Sukarno,putri kesayangan alm Taufik Kemas dan putri yang dicintai oleh Megawati yaitu Puan Maharani.Sesungguhnya Puan Maharani mencapai karir politiknya yang sekarang bukan hanya mengandalkan ia cucu Bung Karno atau karena ia putri alm Taufik Kemas dan Megawati tetapi dari sisi internal PDI Perjuangan ia juga berhasil melaksanakan tugas tugas yang diamanahkan partai.Salah satu tugas besar yang berhasil dilaksanakannya ialah ketika Puan menjadi Ketua Tim Sukses Pemenangan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah.Berdasarkan rekam jejaknya yang cemerlang di PDI Perjuangan dan juga kiprahnya di Parlemen yang tidak terlalu mengecewakan maka sangat wajar apabila Puan Maharani diusung PDI Perjuangan sebagai Calon Wakil Presidennya Jokowi nanti.Apalagi ia sekarang ini sudah menduduki Jabatan Menko pada Kabinet Jokowi.
Lalu kenapa Ahok akhirnya mau memilih jalur Parpol?Kalau sebelumnya saya menduga hanya oleh karena adanya tekanan Jokowi ,tokoh yang disegani Ahok.Tetapi keadaan menjadi lain bagi Ahok ketika Golkar juga sudah ikut mendukungnya dan masih segar dalam ingatan kita Hasil Rapimnas Partai Golkar telah mencalonkan kembali Jokowi sebagai Presiden di tahun 2019 nanti.Kemungkinan Golkar juga sudah memberikan deal atau sinyal politik bahwa Golkar akan mengusung Jokowi-Ahok dalam Pilpres nanti .
Dengan konstruksi analisa amatiran seperti ini maka terjawab sudah misteri kenapa Ahok,pada awalnya "membenci parpol",tidak mendaptar ke PDI Perjuangan,mengumpulkan sejuta tanda tangan lalu kembali ke jalur parpol dan terkesan sedikitpun tidak menggubris "tawaran"PDI Perjuangan.Kalau seandainya nanti PDI Perjuangan memberi dukungannya kepada Ahok dalam Pilgub DKI,ingat bukan Ahok yang melamar tapi PDI Perjuangan lah yang meminang.Kalau itu terjadi Ahok tidak akan terikat "kontrak politik" apapun dengan PDI Perjuangan.
Bagi saya juga menarik untuk mencermati kenapa Teman Ahok yang dulu begitu menggebu-gebu mengecam parpol sehingga dengan "militansi"tinggi mengumpulkan dukungan kepada Ahok tiba tiba tidak bereaksi ketika Ahok akhirnya memilih Jalur Parpol.Apa yang dijelaskan atau yang dibisikkan Ahok kepada mereka?Kalau yang dijelaskan atau yang dibisikkan Ahok kepada mereka seperti analisa kampungan yang saya buat ini maka wajat mereka menjadi diam dan menerimanya.
Dalam konteks yang demikianlah semakin menarik untuk menunggu sikap Ibu Mega dalam Pilgub DKI.
Selamat menduga duga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H