Seksualitas sebagai Bentuk Pemberontakan terhadap Budaya Patriarki dalam Novel Saman Karya Ayu Utami

Namun beberapa detik kemudian eureka yang lain meletup dari bibirku: "Aku tahu siapa musuh kita!"
"Siapa dia?"
Bukan Tuhan. "Musuh kita adalah ayahKU! Sebab dia
guru, orangtua, sekaligus laki-laki!" (Utami, 1998: 152).

Selain itu, Tala juga tidak ingin menerapkan ketentuan umum yang selalu menggunakan nama ayahnya saat mengurus dokumen-dokumen pemerintahan. Ia menganggap bahwa perempuan selalu "dimiliki" dan tidak memiliki jati diri sebagai dirinya sendiri, harus selalu digantungkan pada laki-laki terutama pada ayahnya. Akhirnya Tala pun melakukan pemberontakan nonverbal dengan merebut kendali atas seksualitas perempuan, dengan melakukan apapun yang dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan. Dapat dilihat dari kutipan "Namaku Shakuntala. Ayah dan kakak perempuanku menyebutku sundal. Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan perempuan. Meski tidak menarik bayaran. Kakak dan Ayahku tidak menghormatiku. Aku tidak mengormati mereka." (Utami 2006: 118).

Dapat disimpulkan bahwa pemberontakan terhadap budaya patriarki oleh Laila, Cok, Yasmin, dan Tala dilakukan secara verbal dan nonverbal terutama dalam hubungan seksual. Perempuan harusnya disetarakan dengan laki-laki dan tidak pantas dipandang secara remeh bahkan hanya dianggap sekedar pemuas birahi laki-laki saja.

Referensi

Utami, Ayu. 1998. Saman. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Bahasa, Admin Badan. 2022. Ayu Utami. Diakses pada 05 Juni 2023 dari https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3377/ayu-utami

Putri, E. N., dan Yasnur Asri. 2019. Feminisme Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Teks Novel Kelas XII SMA. Diakses pada 05 Juni 2023 dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/107465

Chairiyani, Rina Patriana. 2012.  Representasi Seksualitas dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Diakses pada 05 Juni 2023 dari https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3330