Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Deep Learning: Konsep Pembelajaran yang Full-Full!

1 Desember 2024   18:47 Diperbarui: 1 Desember 2024   19:12 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu'ti, menimbulkan diskusi hangat di dunia pendidikan. Salah satu yang memancing perhatian adalah kesalahpahaman bahwa deep learning merupakan kurikulum baru yang akan diimplementasikan. Padahal, deep learning bukanlah kebijakan formal berupa kurikulum, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mendalam, kontekstual, dan berorientasi pada pengalaman nyata. Dalam pandangan ini, deep learning sejalan dengan upaya mentransformasikan pendidikan menuju pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan.

Istilah deep learning sering dikaitkan dengan kecerdasan buatan, tetapi dalam pendidikan, konsep ini jauh melampaui batasan teknologi. Menurut Nel Noddings (2003), pembelajaran bermakna terjadi ketika siswa merasakan koneksi emosional dengan materi yang dipelajari. Deep learning menuntut pendekatan yang mindful (penuh kesadaran), meaningful (penuh makna), dan joyful (penuh kebahagiaan). Ketiga elemen ini memberikan landasan bagi pembelajaran yang holistik, yang tidak hanya mengejar hasil akademis tetapi juga perkembangan karakter dan nilai kemanusiaan.

Sebagai pendekatan, deep learning dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pemecahan masalah (problem-based learning), dan eksplorasi inquiry. Freire (1993) dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed menekankan pentingnya pendidikan yang dialogis, di mana siswa tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi turut berperan aktif dalam proses belajar. Proses ini menciptakan pembelajaran yang tidak hanya mendalam tetapi juga relevan secara sosial dan emosional.

Pernyataan tentang deep learning sebagai wacana dalam pendidikan sering kali disalah artikan karena konteksnya tidak dipahami sepenuhnya. Konsep ini bukanlah sebuah paket kebijakan seperti kurikulum nasional, tetapi lebih kepada filosofi yang mendorong perubahan dalam cara guru dan siswa berinteraksi dengan pengetahuan. Dewey (1938) dalam Experience and Education menyebutkan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang kontekstual dan terhubung dengan pengalaman hidup siswa. Deep learning menghidupkan pandangan ini dengan mendorong pengalaman belajar yang mengintegrasikan aspek intelektual, emosional, dan sosial.

Kesalahpahaman ini mungkin juga disebabkan oleh kecenderungan kita untuk menginginkan solusi instan dalam reformasi pendidikan. Padahal, pendidikan adalah proses yang memerlukan pendekatan berkelanjutan dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat.

Menghidupkan Konsep Full-Full dalam Pembelajaran

Pembelajaran yang mindful menekankan pada kesadaran penuh terhadap proses belajar, baik oleh guru maupun siswa. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami materi secara mendalam, bukan sekadar menyelesaikan soal. Pembelajaran yang meaningful menciptakan koneksi antara teori dan praktik sehingga siswa merasakan relevansi dari apa yang mereka pelajari. Sementara itu, pembelajaran yang joyful memastikan bahwa proses belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membangun motivasi intrinsik siswa untuk terus belajar.

Menurut Senge (1990) dalam The Fifth Discipline, organisasi pembelajaran yang efektif adalah yang menciptakan lingkungan di mana semua anggotanya memiliki rasa keterlibatan dan kegembiraan dalam belajar. Filosofi ini dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dengan menjadikan sekolah sebagai komunitas pembelajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan menemukan makna dalam setiap aktivitasnya.

Penerapan deep learning dalam pendidikan Indonesia membutuhkan sinergi antara kebijakan, pelatihan guru, dan perubahan paradigma di kalangan masyarakat. Guru harus dilatih untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang mendorong eksplorasi, kreativitas, dan refleksi mendalam. Selain itu, kurikulum perlu memberikan ruang fleksibilitas bagi guru dan siswa untuk berinovasi sesuai dengan konteks lokal.

Selain itu, transformasi pendidikan juga memerlukan dukungan dari orang tua dan masyarakat. Pendidikan tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab sekolah; ia harus menjadi kolaborasi antara semua pemangku kepentingan. Dengan demikian, konsep deep learning dapat menjadi gerakan bersama untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun