Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghidupkan Kembali Esensi Sekolah di Tengah Wacana UN - Belajar untuk Hidup Bahagia

7 November 2024   06:37 Diperbarui: 7 November 2024   06:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan wacana kembalinya Ujian Nasional, kita harus mempertimbangkan apakah sistem ini mendukung tercapainya kebahagiaan peserta didik. Jika sistem pendidikan kita terlalu fokus pada ujian dan nilai, maka peserta didik berisiko mengalami stres, kejenuhan, dan kehilangan semangat belajar. Mengadopsi pandangan Noddings, pendidikan yang baik seharusnya memberikan peserta didik ruang untuk mengejar minat, merasakan kesenangan dalam belajar, dan berkembang secara emosional.

Adagium Non Scholae, Sed Vitae Discimus: Pendidikan untuk Hidup

Adagium non scholae, sed vitae discimus, atau "kita belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup," mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati adalah persiapan untuk kehidupan, bukan hanya untuk kelulusan. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan keterampilan hidup yang diperlukan, seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, dan kemampuan sosial. Jika kita hanya berfokus pada hasil ujian, kita berisiko mencetak lulusan yang cerdas secara akademis, namun kurang siap menghadapi dinamika kehidupan yang sebenarnya.

Dalam konteks ini, sekolah harus menjadi tempat di mana peserta didik diajak untuk memahami relevansi dari apa yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata, bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan nilai. Pendidikan harus mendorong mereka untuk mengeksplorasi, memahami, dan mengembangkan diri sesuai dengan minat dan potensi masing-masing.

Menghidupkan Kembali Esensi Sekolah sebagai Ruang yang Membahagiakan

Penting bagi kita untuk menjaga sekolah sebagai ruang di mana peserta didik merasa bebas untuk belajar dan tumbuh tanpa tekanan berlebihan dari target nilai atau kelulusan. Dalam suasana yang membebaskan ini, peserta didik dapat belajar dengan penuh antusiasme dan menemukan makna dari setiap pelajaran yang mereka terima. Dengan metode pembelajaran yang kolaboratif, eksploratif, dan interaktif, peserta didik dapat merasakan kebahagiaan dan kesenangan dalam belajar.

Meskipun Ujian Nasional dianggap sebagai alat evaluasi standar, kita perlu memastikan bahwa penerapannya tidak mengaburkan tujuan utama pendidikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga sekolah tetap menjadi ruang yang mendukung pengembangan diri peserta didik secara utuh, bukan hanya tempat mengejar nilai.

Pendidikan untuk Kehidupan yang Bahagia

Pendidikan sejatinya adalah untuk menyiapkan anak-anak kita menghadapi kehidupan dengan penuh keterampilan, pengetahuan, dan kebahagiaan. Dengan memahami esensi sekolah sebagai ruang untuk belajar hidup, bukan sekadar tempat untuk lulus, kita dapat mewujudkan pendidikan yang membebaskan peserta didik, baik secara intelektual maupun emosional. Sejalan dengan pemikiran Nel Noddings tentang kebahagiaan dalam pendidikan dan adagium non scholae, sed vitae discimus, kita dapat menjaga tujuan pendidikan yang sejati: mengembangkan peserta didik untuk hidup bahagia, berdaya, dan siap menghadapi dunia dengan penuh percaya diri.***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun