Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Peradaban Lewat Pendidikan: Memperkuat Mata Rantai Terlemah Demi Kemajuan Bangsa

21 September 2024   09:52 Diperbarui: 21 September 2024   09:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/

Dalam tatanan masyarakat, manusia berada dalam suatu mata rantai yang saling berkaitan dan saling memengaruhi satu sama lain. Setiap individu memiliki peran penting sebagai komponen dari sistem yang lebih besar, baik dalam keluarga, komunitas, maupun negara. Kekuatan dan kelemahan individu tersebut akan berdampak pada kesejahteraan dan stabilitas bersama, menciptakan dinamika sosial yang kompleks. Ketika ada satu elemen yang lebih lemah atau tertinggal, seluruh struktur sosial juga akan terdampak karena interaksi antarindividu tidak bisa dipisahkan.

Konsep ini menjadi sangat penting ketika kita berbicara tentang kekuatan kolektif, di mana sebuah rantai hanya sekuat titik terlemahnya. Jika elemen-elemen yang lemah dalam rantai tersebut diabaikan, seluruh rantai berisiko rapuh dan tidak stabil. Sebaliknya, ketika elemen yang lemah diperhatikan dan diperkuat, rantai tersebut akan menjadi lebih solid dan tahan terhadap tekanan. Hal ini bukan hanya berlaku dalam hubungan interpersonal, tetapi juga dalam konteks yang lebih besar seperti dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya bangsa.

Dalam konteks bangsa dan negara, prinsip ini menjadi sangat relevan, terutama ketika membahas pendidikan dan masa depan generasi muda. Anak-anak yang berada dalam kondisi kurang beruntung, seperti dari keluarga miskin atau daerah terpencil, sering kali menjadi titik lemah dalam rantai sosial. Namun, jika mereka diberikan akses pendidikan yang layak dan perhatian yang cukup, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, memperkuat mereka berarti memperkuat fondasi bangsa itu sendiri, menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berdaya.

Perspektif Politik: Kesenjangan Akses Pendidikan

Politik pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk kebijakan yang berdampak langsung pada anak-anak dari keluarga miskin. Kebijakan yang pro-pendidikan sering kali tidak mencapai sasaran ketika kelompok masyarakat yang paling membutuhkan perhatian justru terabaikan. Sebagai contoh, program-program pendidikan yang hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur atau peningkatan kualitas pendidikan di kota-kota besar, tanpa memperhatikan daerah terpencil dan kelompok miskin, justru memperlebar kesenjangan.

Dalam konteks ini, filosofi pendidikan John Dewey dapat diterapkan, di mana pendidikan adalah sarana untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis. Demokrasi tidak hanya tentang partisipasi politik, tetapi juga tentang kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Jika pemerintah mengabaikan anak-anak yang miskin dan tertinggal, maka mereka mengabaikan elemen terlemah dari rantai bangsa ini. Oleh karena itu, sebuah kebijakan pendidikan yang adil harus memastikan bahwa semua anak, tanpa memandang latar belakang sosial-ekonomi, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan yang berkualitas.

Perspektif Sosiologis: Pendidikan Sebagai Alat Mobilitas Sosial

Dari sudut pandang sosiologis, pendidikan memiliki peran besar sebagai alat mobilitas sosial. Pendidikan yang berkualitas dapat menjadi jembatan bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk keluar dari jerat kemiskinan. Namun, ketika akses pendidikan hanya tersedia bagi mereka yang berada di lapisan masyarakat yang lebih mampu, mobilitas sosial menjadi terhambat.

Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Prancis, dalam teorinya tentang kapital budaya, menjelaskan bahwa pendidikan seringkali memperkuat stratifikasi sosial, di mana anak-anak dari keluarga kaya cenderung mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk sukses, sementara anak-anak dari keluarga miskin semakin tertinggal. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus menciptakan kebijakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, yang tidak hanya melihat pendidikan sebagai hak, tetapi sebagai tanggung jawab kolektif dalam memperkuat elemen-elemen yang paling lemah dalam masyarakat.

Perspektif Budaya: Menghargai Kearifan Lokal dalam Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun