pendidikan menjadi prioritas utama untuk memperbaiki sistem pendidikan. Peraturan akreditasi sekolah di Indonesia, seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 246/O/2024 tentang Instrumen Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, mewajibkan guru untuk melakukan refleksi berkala terhadap praktik pembelajaran mereka. Refleksi ini bertujuan agar guru dapat terus meningkatkan kualitas pengajaran di kelas serta menemukan solusi atas berbagai tantangan dalam proses belajar mengajar. Namun, ada satu elemen penting yang sering kali terabaikan: menjaga api semangat atau spiritualitas dalam diri para pendidik maupun tenaga kependidikan.
Dalam upaya menciptakan sekolah yang berkualitas, perhatian kita sering kali terfokus pada peningkatan kompetensi guru dan karyawan. Pelatihan dalam pengembangan metode pembelajaran, manajemen kelas, serta penggunaan teknologiDi era digital yang terus berkembang, pelatihan yang berulang-ulang tanpa memperhatikan aspek spiritualitas bisa menjadi kontraproduktif. Penguasaan teknologi pembelajaran dan metode-metode baru memang penting, tetapi yang membuat seorang guru atau karyawan bertahan dalam kegiatannya, terus berinovasi, dan berkontribusi secara signifikan adalah semangat yang ada dalam dirinya.Â
Tanpa spiritualitas, semua pelatihan hanya akan berujung pada rutinitas mekanis yang pada akhirnya bisa tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI). Inilah pentingnya sumbu semangat atau spiritualitas dalam pendidikan, yang menjadi perhatian utama Future Matters, sebagai tagline dari bidang SDM Sekolah Regina Pacis.
Future Matters: Memaknai Kerajaan Allah dalam Alkitab
Tagline Future Matters melambangkan perjalanan menuju Kerajaan Allah yang selalu kita sebut sebagai sesuatu yang sudah dekat. Di dalam Injil Markus 1:15, Yesus berkata, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Kutipan ini mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah bukan hanya konsep masa depan yang jauh, melainkan realitas yang sedang berlangsung.Â
Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: kapan tepatnya Kerajaan Allah itu tiba dalam kehidupan kita? Dalam Lukas 17:21, Yesus juga berkata, "Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di tengah-tengah kamu." Hal ini menyiratkan bahwa kehadiran Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang harus ditunggu di masa depan, tetapi hadir dalam kehidupan sehari-hari kita, yang dapat kita alami dalam tindakan kasih dan keadilan.
Dalam dunia pendidikan, kita dipanggil untuk membangun semangat memperbarui diri dan menjaga api spiritualitas agar terus menyala. Pendidikan bukan hanya soal pencapaian duniawi, tetapi juga perjalanan menuju nilai-nilai spiritual yang mendekatkan kita pada Kerajaan Allah yang penuh kasih. Seperti yang disebutkan dalam Roma 14:17, "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus." Oleh karena itu, sebagai pendidik dan tenaga kependidikan, kita bertanggung jawab tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang akan mempersiapkan generasi mendatang untuk hidup dalam kebenaran dan kasih yang diajarkan oleh Kristus. Dalam hal ini Sekolah Regina Pacis punya CHIPS yang semakin memperkuat identitas karakter.
Fun Day Recisian 2.0: Lebih dari Sekadar Hiburan
Fun Day Recisian 2.0 yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 September 2024 di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, bukan sekadar acara rekreasi atau jalan-jalan semata. Kegiatan ini menjadi kesempatan penting bagi seluruh karyawan Sekolah Regina Pacis Jakarta---mulai dari tenaga pendidik hingga staf kependidikan dari berbagai unit yaitu Daycare, TK, SD, SMP, SMA, Toko Sekolah, Security, dan Manajemen---untuk kembali menghidupkan sumbu semangat mereka melalui kebersamaan dan refleksi.
Sr. Linda Mulyati, FMM, Ketua Yayasan Adikara Niat, menekankan bahwa setiap usaha yang dilakukan di Sekolah Regina Pacis adalah bagian dari karya Allah. Dalam malam Gala Dinner pada hari terakhir, Sr. Linda secara tersirat mengingatkan kembali bahwa pekerjaan kita bukanlah sia-sia, melainkan bagian dari penyelenggaraan Allah. Ora et labora, bekerja dan berdoa, menjadi nyata dalam keseharian kita di sekolah ini. Refleksi mendalam ini mengajak semua peserta Fun Day untuk merenungkan kembali makna pekerjaan mereka sebagai bagian dari panggilan Ilahi.
Handy Nagaria, Direktur Sekolah, menambahkan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama. Semangat kolaborasi ini diperkuat dalam setiap kegiatan selama Fun Day Recisian 2.0, di mana seluruh peserta dari berbagai level unit sekolah berinteraksi dalam suasana kebersamaan yang erat. Dan harapannya semangat kolaborasi ini terwujud dalam pencapaian student number.Â
Spiritualitas dan Kebersamaan sebagai Wujud Karya Allah
Kegiatan Fun Day ini, dengan segala variasi aktivitasnya, memberikan spiritual well-being bagi seluruh karyawan. Mengunjungi replika Sekolah Laskar Pelangi, menikmati pantai di Tanjung Tinggi dan Tanjung Kelayang, serta snorkeling di Pulau Harapan dan Pulau Lengkuas bukan sekadar rekreasi, tetapi kesempatan untuk merasakan kedekatan dengan alam dan menghayati keindahan karya Tuhan.
Beata Maria de la Passion, pendiri Tarekat FMM, mengajarkan tentang kesederhanaan dan pengabdian dalam menjalani hidup. Pesan ini tercermin dalam kegiatan di Pulau Belitung, yang membawa kita pada kesadaran akan kesederhanaan dan spiritualitas St. Fransiskus Asisi, pelindung Sekolah Regina Pacis. Kesederhanaan dan kedekatan dengan alam adalah dua elemen penting dalam spiritualitas Fransiskan yang dapat kita rasakan dalam setiap langkah perjalanan di pulau ini.
Refleksi Teologis: Mendalami Cinta Allah Lewat Pengalaman
Paus Fransiskus, dalam Instrumentum Laboris Seri Dokumen Gerejawi No. 97 tentang Pendidikan Katolik, dengan tegas menyatakan bahwa "Pendidikan adalah salah satu bentuk tertinggi dari kasih, karena ia bertujuan mengembangkan manusia secara utuh." Ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan atau keterampilan, melainkan sebuah panggilan untuk membentuk manusia dalam segala aspeknya---baik akal, hati, maupun jiwanya. Pendidikan adalah jalan bagi setiap individu untuk mengenal cinta Allah secara mendalam dan utuh, sebab cinta itu harus dihayati dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Pengalaman Fun Day yang diselenggarakan bukan sekadar aktivitas rekreasi, melainkan sebuah perwujudan nyata dari kasih Allah. Dalam kebersamaan dan kegembiraan, setiap individu diajak untuk merefleksikan bagaimana kasih Allah hadir melalui interaksi satu sama lain dan melalui alam ciptaan-Nya. Dengan merasakan keindahan alam dan harmoni hubungan antarpribadi, kita diajak merenungkan kehadiran Allah yang selalu menyertai, membimbing, dan mencintai umat-Nya tanpa syarat. Kasih ini tak hanya diungkapkan dalam doa atau liturgi, tetapi juga dalam keseharian.
Karl Rahner, seorang teolog terkemuka, menegaskan pentingnya menyadari "kehadiran misteri Allah dalam kehidupan sehari-hari." Dalam konteks Fun Day, kehadiran misteri ini tampak dalam momen-momen sederhana seperti tertawa bersama, bermain di alam, dan berinteraksi dengan rekan kerja. Setiap pertemuan dan kejadian menjadi kesempatan untuk merasakan kehadiran Allah yang tidak jauh, tetapi hadir dalam setiap peristiwa kecil yang seringkali kita anggap sepele. Di sinilah, pendidikan juga berperan---membuka mata kita akan kehadiran Allah yang senantiasa menyertai hidup kita.
Apa yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus dan Karl Rahner ini juga menunjukkan integrasi iman dengan kehidupan nyata. Pendidikan, terutama pendidikan Katolik, tidak hanya mendorong peserta didik untuk berprestasi secara akademis, tetapi juga untuk menemukan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Fun Day bukan sekadar hari bersenang-senang, tetapi momen yang mengingatkan kita akan panggilan untuk hidup dalam cinta Allah dan membawa kasih itu ke dalam dunia yang kita hadapi setiap hari.
John Dewey pernah mengatakan, "Pendidikan tidak hanya mempersiapkan kehidupan, tetapi juga merupakan kehidupan itu sendiri." Selama Fun Day, saya merasakan kebenaran dari pernyataan ini. Setiap momen dan setiap aktivitas menjadi kesempatan untuk belajar dan bertumbuh, tidak hanya secara intelektual tetapi juga spiritual. Fun Day tidak hanya memperkaya pengetahuan dan pengalaman kami, tetapi juga mendekatkan kami kepada Allah dan makna hidup yang lebih dalam.
Kesimpulan: Menjaga Sumbu Semangat dalam Karya Pendidikan
Fun Day Recisian 2.0 tidak sekadar menjadi momen refreshing, tetapi kesempatan dan cara baru memperdalam spiritualitas dan kebersamaan di antara seluruh karyawan Sekolah Regina Pacis. Dalam kegiatan ini, sumbu semangat yang terus bernyala menjadi pusat dari setiap pengalaman, menjaga agar setiap guru dan karyawan tetap bersemangat menjalankan tugas dan panggilan mereka sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.
Seperti yang dikatakan oleh Sr. Linda Mulyati, apa yang kita lakukan bukanlah usaha yang sia-sia, melainkan bagian dari panggilan Ilahi. Fun Day Recisian 2.0 mengajak kita kembali kepada esensi spiritualitas dalam pendidikan, bahwa setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari upaya menghidupkan cinta Allah dalam karya kita sehari-hari. Melalui spiritualitas yang mendalam, kita tidak hanya membentuk individu yang cerdas, namun emosional yang tangguh dan juga jiwa yang kuat dalam iman dan semangat pengabdian yang pada akhirnya melahirkan pribadi pembawa damai. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H