Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Model Seating Arrangement Lingkaran dalam STS di SMA Regina Pacis

14 September 2024   10:53 Diperbarui: 14 September 2024   10:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengaturan tempat duduk (seating arrangement) sering kali dianggap sebagai hal teknis yang tidak terlalu diperhatikan dalam proses pembelajaran maupun asesmen. Namun, di SMA Regina Pacis Jakarta, seating arrangement menjadi bagian penting dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung perkembangan peserta didik. 

Pada tanggal 12 September 2024, saya mengamati suasana Sumatif Tengah Semester (STS) di kelas seni rupa yang diasuh oleh Mr. Argo Sumarwoto. Di sinilah saya menemukan seating arrangement berbentuk lingkaran yang bukan hanya mengubah cara peserta didik menghadapi ujian, tetapi juga bagaimana mereka bertumbuh menjadi pribadi yang lebih cerdas, tangguh secara emosional, dan beriman.

Seating arrangement dalam proses pembelajaran dan asesmen tidak hanya sekadar pengaturan fisik. Posisi tempat duduk memengaruhi interaksi sosial, suasana kelas, dan cara berpikir peserta didik. Dalam pengaturan yang umum---kursi berjajar menghadap ke depan---sering kali tercipta suasana yang kaku dan penuh tekanan. Peserta didik merasa terisolasi, terpisah dari teman-temannya, dan berada dalam situasi kompetitif yang kurang kondusif untuk berpikir kreatif.

Pengaturan tempat duduk dalam lingkaran mengubah dinamika ini. Peserta didik yang duduk dalam lingkaran lebih inklusif, merasa lebih terhubung dengan satu sama lain, dan suasana belajar menjadi lebih nyaman. Ini mengurangi tekanan psikologis dan membuat peserta didik lebih tenang dalam menghadapi soal ujian. Dengan suasana yang lebih rileks, mereka mampu berpikir lebih jernih, fokus, dan hasil belajar yang lebih optimal dapat tercapai.

Model Lingkaran dalam Seni Rupa: Imajinasi sebagai Kecerdasan Tertinggi

Pengalaman saya saat mengamati STS di kelas seni rupa menjadi momen yang membuka wawasan baru. Dalam mata pelajaran seni rupa yang diasuh oleh Mr. Argo Sumarwoto, peserta didik duduk dalam lingkaran saat ujian. Pengaturan ini sangat relevan dengan karakter seni yang membutuhkan ruang untuk berpikir bebas dan imajinasi yang luas. Seperti yang dikatakan Albert Einstein, "Imajinasi adalah kecerdasan tertinggi."

Dalam lingkaran, peserta didik dihadapkan pada ruang tanpa batas yang merangsang daya imajinasi mereka. Mata pelajaran seni rupa memerlukan kreativitas, dan duduk dalam lingkaran mendorong mereka untuk lebih bebas mengeksplorasi ide-ide artistik. Tidak ada hierarki yang terasa dalam lingkaran---semua peserta didik memiliki posisi yang setara dan kesempatan yang sama untuk mengekspresikan diri.

Pengaturan ini juga mencerminkan nilai-nilai pendidikan modern yang menekankan pentingnya self-directed learning (pembelajaran mandiri). Peserta didik diajak untuk menjadi lebih proaktif, bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri, dan berani mengeksplorasi kemampuan mereka tanpa merasa dikekang oleh aturan-aturan yang kaku.

Lingkaran dan Kemerdekaan dalam Belajar

Pengaturan lingkaran saat asesmen bukan hanya soal kenyamanan fisik, tetapi juga tentang kemerdekaan dalam belajar. Lingkaran menciptakan ruang di mana peserta didik merasa bebas untuk berpikir, mengungkapkan ide, dan menemukan solusi tanpa rasa takut dihakimi. Ini sejalan dengan teori-teori pendidikan modern yang mengedepankan pembelajaran yang bersifat self-directed.

Kemerdekaan dalam belajar adalah salah satu prinsip penting dalam pendidikan abad ke-21. Dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk bertanggung jawab atas proses belajarnya, kita membekali mereka dengan keterampilan untuk menjadi problem solver di dunia nyata. Pengaturan tempat duduk yang melingkar mendukung hal ini dengan mendorong interaksi yang lebih terbuka dan kolaboratif, di mana setiap peserta didik dapat berkontribusi dan berbagi pemikiran secara lebih leluasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun