Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak Cukup Jadi Guru Inspiratif, Jadilah Guru Gila di Hadapan Gen Z

16 Agustus 2024   07:07 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:21 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar dari pixabay.com

Dalam dunia pendidikan saat ini, banyak yang berpendapat bahwa menjadi guru inspiratif adalah puncak dari karir seorang pendidik. Guru inspiratif mampu menyentuh hati, membangkitkan semangat, dan memotivasi siswa untuk meraih impian mereka. 

Namun, apakah menjadi guru inspiratif saja sudah cukup ketika berhadapan dengan Generasi Z (Gen Z), generasi yang penuh dengan tantangan, perubahan cepat, dan ekspektasi baru? 

Jawabannya mungkin tidak sesederhana itu. Mungkin, saat ini kita perlu lebih dari sekadar menjadi guru inspiratif; kita perlu menjadi 'guru gila'.

Guru inspiratif adalah mereka yang mampu memberi contoh melalui tindakan dan kata-kata. Mereka memimpin dengan hati, menjembatani dunia ilmu dengan realitas kehidupan, dan mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam, lebih luas, dan lebih kreatif. 

Guru inspiratif menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial dalam setiap pelajaran yang mereka sampaikan. Mereka adalah model peran yang diidamkan oleh siswa, seseorang yang mereka ingat sepanjang hidup mereka.

Namun, apakah cukup menjadi seorang guru inspiratif di era Gen Z? Generasi yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan budaya digital ini memiliki kebutuhan yang berbeda. Mereka tidak hanya menginginkan inspirasi; mereka menginginkan perubahan nyata, pengalaman yang relevan, dan kesempatan untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka. Di sinilah konsep 'guru gila' muncul.

Gen Z: Tantangan yang Berbeda

Gen Z adalah generasi yang lahir di era digital. Mereka tumbuh dengan akses informasi yang instan, keterhubungan global, dan gaya hidup yang sangat dipengaruhi oleh teknologi. Siswa Gen Z cenderung lebih mandiri, kritis, dan memiliki harapan yang tinggi terhadap pendidikan. 

Mereka menuntut relevansi dalam setiap hal yang dipelajari, ingin memahami bagaimana pengetahuan itu dapat diterapkan dalam dunia nyata, dan tidak puas hanya dengan teori. Mereka juga menuntut otentisitas dari para pendidik mereka; guru yang hanya berbicara dan memberikan ceramah sudah tidak lagi menarik bagi mereka.

Transformasi pendidikan harus mempertimbangkan kedua aspek ini: kodrat anak dan kodrat zaman. Kodrat anak merujuk pada potensi, bakat, dan karakter yang ada dalam diri setiap siswa. Kodrat zaman, di sisi lain, mencakup perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang mempengaruhi cara siswa belajar dan berpikir. Mengabaikan salah satu dari keduanya berarti gagal dalam menyediakan pendidikan yang relevan dan bermakna bagi siswa di era modern ini.

Transformasi pendidikan sering kali dipahami sebagai perubahan yang mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah atau institusi pendidikan. Namun, transformasi sejati melampaui hal tersebut. Regulasi hanya menyediakan kerangka dasar; yang dibutuhkan adalah inovasi yang lahir dari pemahaman mendalam tentang kebutuhan siswa dan konteks zaman.

Transformasi ini harus mencakup pendekatan baru dalam mengajar, seperti pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dan pembelajaran berbasis penemuan (inquiry-based learning). Ini adalah metode yang menempatkan siswa di pusat pembelajaran, memberi mereka kesempatan untuk mengeksplorasi, berkolaborasi, dan menemukan solusi dari masalah nyata. 

Guru di era ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi sebagai fasilitator, mentor, dan pelatih yang membantu siswa menemukan jalan mereka sendiri. Namun, untuk menjalankan transformasi ini, kita membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar inspirasi. Kita membutuhkan guru gila.

Menjadi Guru Gila: Melihat Lebih dari Sekadar Regulasi

Apa itu guru gila? Guru gila adalah mereka yang berani melanggar batasan-batasan tradisional, yang tidak takut mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru yang belum tentu diterima oleh sistem. Guru gila tidak hanya mengikuti regulasi, tetapi mereka melampauinya dengan kreativitas, inovasi, dan keberanian. 

Mereka adalah pengendara yang, alih-alih hanya fokus melihat ke depan, juga selalu melihat kiri dan kanan, memperhatikan hal-hal di luar jalur yang mungkin belum dipertimbangkan oleh orang lain. Dan ketika mereka "menabrak," mereka tidak melihatnya sebagai kegagalan, tetapi sebagai momen belajar yang berharga.

Guru gila mungkin terlihat "gila" karena mereka bersedia mencoba metode pembelajaran yang tidak konvensional. Mereka mungkin mengundang peserta didik untuk berdiskusi di luar kelas, mengadakan sesi pembelajaran di dunia virtual, atau bahkan membalikkan peran tradisional guru dan peserta didik. Guru gila juga berperan sebagai pelatih atau coach dalam menghadapi Gen Z, memandu mereka melalui tantangan dan peluang di dunia yang terus berubah.

Sebagai contoh, ketika seorang guru berani meninggalkan kurikulum yang kaku untuk mengajarkan keterampilan hidup nyata seperti pemecahan masalah kreatif, kepemimpinan, dan kolaborasi, mereka sedang mempraktikkan filosofi guru gila. Guru gila memahami bahwa transformasi pendidikan bukan hanya soal mengejar nilai atau pencapaian akademis, tetapi tentang membentuk karakter dan keterampilan yang akan membantu siswa sukses di masa depan.

Guru Gila Sebagai Coach di Era Gen Z

Dalam era Gen Z, peran seorang guru tidak bisa lagi terbatas pada penyampaian materi pelajaran. Guru harus mampu menjadi seorang coach yang mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran, memberi mereka kemerdekaan untuk bereksperimen, gagal, dan belajar dari pengalaman mereka. Ini adalah peran yang lebih dinamis, yang melibatkan mendengarkan siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu mereka menemukan jalan mereka sendiri.

Guru gila adalah mereka yang mampu melihat potensi di luar apa yang terlihat di permukaan. Mereka tidak takut untuk menabrak dinding tradisi jika itu berarti membuka pintu bagi inovasi. Mereka tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang membawa siswa menuju tujuan mereka. Dalam hal ini, guru gila menjadi pelopor transformasi pendidikan yang sejati.

Menginspirasi Bukan Lagi Cukup, Berani Bertindak

Menginspirasi memang penting, tetapi di era yang penuh tantangan ini, berani bertindak adalah kunci. Guru gila adalah mereka yang melangkah lebih jauh, yang tidak hanya memberikan inspirasi, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis, bertindak, dan menghadapi dunia dengan cara yang berani. Mereka adalah agen perubahan yang memahami bahwa pendidikan bukanlah tentang mempersiapkan siswa untuk dunia yang statis, tetapi untuk dunia yang terus bergerak dan berubah.

Di hadapan Gen Z, menjadi guru inspiratif mungkin sudah menjadi tuntutan standar. Namun, untuk benar-benar mempengaruhi dan membentuk masa depan generasi ini, kita perlu melangkah lebih jauh. Kita perlu menjadi 'guru gila, guru yang berani melampaui regulasi, yang tidak takut mengambil risiko, dan yang selalu siap untuk menghadapi dunia dengan cara yang baru dan tidak konvensional. Di sinilah kita menemukan esensi dari transformasi pendidikan yang sesungguhnya. Karena jadi Guru Gila adalah mereka selalu komitmen "Gali Ide, Lakukan Aksi". Itulah yang dimaksud Guru Gila.***CoachMaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun