Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Sebagai Wadah Kolaborasi, Bukan Kompetisi

17 Juli 2024   06:34 Diperbarui: 17 Juli 2024   06:56 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi web of life: https://pixabay.com/

Mengapa kita melatih anak-anak untuk berkompetisi secara individual? 

Untuk apa? 

Apakah hanya untuk sebuah medali?

Pernahkah kita berpikir bahwa kompetisi, meskipun kadang memberikan dorongan, bisa menjadi bumerang bagi pengembangan anak-anak kita? Fritjof Capra, sang pelopor ilmuwan sistem, merumuskan sebuah konsep revolusioner yang menantang paradigma lama: manusia sejatinya diciptakan untuk berkolaborasi, bukan berkompetisi. Ia mengibaratkan kehidupan sebagai jaring laba-laba yang rumit dan saling terhubung, di mana kekuatan dan ketahanan kita terletak pada hubungan-hubungan ini, bukan pada individualitas yang terisolasi.

Capra melampaui batas disiplin ilmu, memadukan sains modern dengan kebijaksanaan Timur kuno. Ia menemukan kesamaan pola dalam berbagai sistem alam dan sosial, menunjukkan bahwa kompetisi dan individualisme merupakan anomali, bukan norma. Jaring kehidupan yang dihidupkannya menandakan saling ketergantungan dan interaksi yang tak terpisahkan, di mana setiap elemen memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan keseluruhan.

Kolaborasi vs Kompetisi: Paradigma Baru dalam Pendidikan

  1. Membangun Jaringan Sosial yang Kuat: Sekolah bukanlah tempat untuk melatih peserta didik berkompetisi namun berkolaborasi. Di dunia nyata, kolaborasi lebih penting daripada kompetisi. Ketika Peserta Didik diajarkan untuk bekerja sama, mereka belajar nilai kerjasama, komunikasi yang efektif, dan bagaimana memanfaatkan kekuatan masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Ini adalah keterampilan yang sangat penting di tempat kerja dan kehidupan sehari-hari.

  2. Mengembangkan Pemikiran Kritis dan Kreatif: Sekolah bukan tempat untuk drilling soal namun melatih peserta didik menyelesaikan persoalan. Metode drilling mungkin meningkatkan kemampuan menghafal, tetapi tidak membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Dengan berfokus pada pemecahan masalah, Peserta Didik diajak untuk berpikir out-of-the-box, menganalisis berbagai situasi, dan menemukan solusi inovatif.

  3. Menggali Potensi dan Meningkatkan Kompetensi: Sekolah bukan tempat untuk menyelesaikan materi dari buku paket tapi menggali potensi dan meningkatkan kompetensi sesuai cita atau karir. Setiap Peserta Didik memiliki minat dan bakat yang unik. Sistem pendidikan yang fleksibel dan berpusat pada Peserta Didik memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Paradoks dalam Pendidikan Modern

  1. Pengajaran vs. Pembelajaran: Pendidikan sejatinya bukan tentang mengajarkan materi namun memfasilitasi pembelajaran. Proses pengajaran yang tradisional sering kali hanya berfokus pada penyampaian informasi dari guru ke Peserta Didik. Namun, peran guru yang ideal adalah sebagai fasilitator, yang mendampingi Peserta Didik dalam perjalanan pembelajaran mereka, membantu mereka memahami konsep-konsep secara mendalam dan relevan dengan kehidupan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun