Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menelusuri Jejak Plato di Era Merdeka Belajar: Mungkinkah Cita-cita Bersemi di Bawah Bayang-bayang Dunia Ide?

29 Juni 2024   10:50 Diperbarui: 29 Juni 2024   10:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari https://pixabay.com/

Merdeka Belajar, sebuah inisiatif pendidikan yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan berpusat pada peserta didik. Namun, bagaimana jika kita menyelami lebih dalam dan melihat inisiatif ini melalui lensa pemikiran Plato? Bagaimana cara mengimplementasikan pendidikan holistik di sekolah Anda? Peran apa yang dapat dimainkan orang tua dan komunitas dalam membantu peserta didik menemukan cita-cita mereka? Apakah Merdeka Belajar mampu menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan bimbingan yang terarah? Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menjelajahi prinsip-prinsip pendidikan Plato dan relevansinya dengan Merdeka Belajar.

Plato dan Dunia Ide

Plato, seorang filsuf Yunani kuno, dikenal dengan teorinya tentang dunia ide. Menurut Plato, dunia nyata hanyalah bayangan dari dunia ide yang sempurna. Dalam konteks pendidikan, Plato percaya bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membantu individu mencapai pengetahuan sejati yang ada di dunia ide. Pendidikan tidak hanya sekadar mentransfer informasi atau keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter yang baik dan sikap yang diinginkan secara sosial.

Prinsip-Prinsip Pendidikan Plato

  1. Tujuan Pendidikan adalah Menciptakan Warga Negara yang Sosial dan Bahagia
    Plato berpendapat bahwa pendidikan harus mengembangkan karakter yang berbudi pekerti, yang menunjukkan sikap dan perilaku yang diinginkan secara sosial. Seorang yang terdidik bukan hanya karena dia memiliki pengetahuan atau keterampilan, tetapi karena dia menunjukkan karakter yang baik dan dapat berkontribusi pada kebahagiaan masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan karakter dan kebahagiaan individu dalam konteks sosial.

  1. Pendidikan Harus Dimulai Sejak Usia Dini
    Semua anak harus dilatih sejak dini untuk mengadopsi norma-norma masyarakat. Pendidikan karakter tidak bisa ditunda; harus dimulai sejak masa kanak-kanak agar nilai-nilai moral dan sosial dapat tertanam kuat dalam diri mereka. Pendidikan awal ini membentuk dasar bagi perkembangan lebih lanjut dan membantu anak-anak memahami peran mereka dalam masyarakat.

  1. Pendidikan Lanjutan Harus Disesuaikan dengan Bakat dan Kebutuhan Masyarakat
    Pendidikan pada tahap selanjutnya harus ditentukan berdasarkan bakat individu dan kebutuhan serta tuntutan masyarakat. Plato percaya bahwa setiap orang memiliki peran tertentu dalam masyarakat, dan pendidikan harus membantu individu menemukan dan mengembangkan bakat mereka untuk memenuhi peran tersebut. Pendidikan yang disesuaikan ini memastikan bahwa setiap individu dapat memberikan kontribusi maksimal bagi masyarakat.

Merdeka Belajar: Menyatukan Prinsip Plato dan Kebutuhan Modern

Merdeka Belajar menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada peserta didik, memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan potensi peserta didik. Ini sejalan dengan prinsip Plato bahwa pendidikan harus mengembangkan karakter dan kebahagiaan individu. Dengan memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, Merdeka Belajar memungkinkan implementasi pendidikan holistik yang mencakup aspek akademik, sosial, dan emosional.

Peran Orang Tua dan Komunitas

Dalam konteks Merdeka Belajar, peran orang tua dan komunitas sangat penting dalam membantu peserta didik menemukan cita-cita mereka. Orang tua dapat berperan sebagai pembimbing dan motivator, membantu anak-anak mengidentifikasi minat dan bakat mereka. Komunitas dapat menyediakan lingkungan yang mendukung dan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan bakat tersebut. Ini sejalan dengan pandangan Plato bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu, keluarga, dan masyarakat.

Merdeka Belajar berusaha menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan bimbingan yang terarah. peserta didik diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka, namun tetap dalam kerangka yang memberikan arahan dan tujuan. Ini mirip dengan konsep Plato tentang pendidikan yang disesuaikan dengan bakat dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, Merdeka Belajar memastikan bahwa kebebasan berekspresi tidak mengorbankan kualitas pendidikan dan pencapaian tujuan sosial.

Beberapa sekolah di Indonesia telah mulai mengimplementasikan pendekatan holistik dalam pendidikan mereka. Mereka tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan emosional peserta didik. Misalnya, Sekolah Cikal di Jakarta yang mengadopsi pendekatan holistik dengan kurikulum yang menggabungkan pembelajaran akademik dengan pengembangan karakter. peserta didik diajarkan untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan menunjukkan empati.

Komunitas juga memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan di era Merdeka Belajar. Di berbagai penjuru Indonesia, komunitas-komunitas bermunculan dengan semangat kolaboratif untuk memajukan pendidikan. Salah satu contoh inspiratif adalah Kampung Literasi di Jawa Tengah. Diinisiasi oleh komunitas pecinta buku, program ini menghadirkan perpustakaan keliling dan kegiatan membaca bersama untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Lebih dari sekadar menyediakan akses buku, Kampung Literasi menumbuhkan kecintaan pada ilmu pengetahuan dan mendorong anak-anak untuk berekspresi melalui kegiatan mendongeng dan menulis kreatif.

Inisiatif ini sejalan dengan pemikiran Plato tentang pentingnya pengetahuan abstrak dan filosofis dalam pendidikan. Dengan menanamkan kecintaan membaca, Kampung Literasi membuka gerbang bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia ide dan mengembangkan pemikiran kritis mereka. Contoh lain adalah komunitas Belajar Coding di Yogyakarta. Komunitas ini menyediakan pelatihan pemrograman gratis bagi remaja dan pemuda di daerah pedesaan. Melalui pelatihan ini, mereka diajarkan keterampilan coding yang dibutuhkan di era digital, membuka peluang baru untuk masa depan mereka.

Inisiatif ini mencerminkan semangat Merdeka Belajar yang mendorong eksplorasi diri dan pengembangan keterampilan praktis. Sinergi antara sekolah, komunitas, dan pemerintah menjadi kunci untuk mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar. Dengan kolaborasi yang solid, kita dapat membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Bimbingan yang Terarah

Di era Merdeka Belajar, bimbingan menjadi kunci untuk mengantarkan peserta didik menuju cita-cita mereka. Bimbingan ini tidak hanya tentang memberikan instruksi dan arahan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan diri, menumbuhkan motivasi, dan memberikan ruang bagi eksplorasi diri.

Program "Guru Penggerak" merupakan salah satu wujud nyata bimbingan yang terarah di era Merdeka Belajar. Program ini melatih para guru untuk menjadi agen perubahan yang dapat menginspirasi dan membimbing peserta didik. Guru Penggerak didorong untuk berinovasi dalam metode pengajaran mereka, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan membantu peserta didik mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Dengan demikian, bimbingan yang terarah tidak hanya membantu peserta didik mencapai tujuan akademik mereka, tetapi juga membentuk karakter dan mempersiapkan mereka untuk masa depan. Bimbingan yang terarah bukan berarti membatasi kebebasan belajar peserta didik. Justru, bimbingan ini bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan jalan mereka sendiri, dengan mempertimbangkan bakat, minat, dan potensi mereka. Dengan kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas, bimbingan yang terarah dapat menjadi kompas yang mengantarkan peserta didik menuju cita-cita mereka di era Merdeka Belajar.

Catatan Akhir

Merdeka Belajar menawarkan peluang besar untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pendidikan Plato dalam konteks modern. Dengan fokus pada pengembangan karakter, keterlibatan orang tua dan komunitas, serta keseimbangan antara kebebasan dan bimbingan, Merdeka Belajar dapat menciptakan sistem pendidikan yang holistik dan relevan dengan kebutuhan zaman. Pendidikan yang berpusat pada kebahagiaan dan kesejahteraan sosial, seperti yang diimpikan oleh Plato, kini bisa diupayakan melalui inisiatif ini. Dengan demikian, cita-cita pendidikan yang ideal tidak lagi hanya menjadi bayang-bayang di dunia ide, tetapi dapat bersemi dan tumbuh dalam realitas pendidikan Indonesia yang dinamis dan inovatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun