Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menangkal Jeratan Perdagangan Orang: SMA Regina Pacis Jakarta Gelar Sosialisasi TPPO

25 Mei 2024   08:48 Diperbarui: 25 Mei 2024   08:54 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Dok Markom Recis Jakarta

Kasus perdagangan orang (TPPO) masih menjadi momok menakutkan di Indonesia. Data terbaru dari Badan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sebanyak 2.377 kasus TPPO berhasil ditangani. Dari jumlah tersebut, 1.722 korban berhasil dipulangkan ke tanah air, 23 korban masih dalam proses pemulangan, dan 532 korban masih dalam proses identifikasi.

Model-model TPPO pun semakin beragam, mulai dari eksploitasi tenaga kerja, eksploitasi seksual, hingga eksploitasi organ tubuh. Para pelaku TPPO memanfaatkan berbagai cara untuk menjerat korban, seperti tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi, iming-iming kehidupan yang lebih baik, hingga penculikan dan paksaan.

Menyadari bahaya TPPO yang semakin marak, SMA Regina Pacis Jakarta menggelar kegiatan sosialisasi TPPO pada Jumat, 17 Mei 2024. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang aula sekolah ini dihadiri oleh 102 peserta didik, 20 guru dan staf, serta para aktivis anti-perdagangan orang dari berbagai organisasi.

Para narasumber dalam kegiatan ini antara lain Pastor: P. Antonius N. Bimo Nugroho, OFM dan P. Michael Gabra Santrio, OFM dari JPIC Indonesia, Sr. Valentina FSGM, Sr. Anselin FSGM dari Lampung, Sr. Elisa SFS dari Sukabumi, Sr. Agnes Eno FMM, Sr. Yuliana Minus, FMM dari Jakarta, Ibu Siti Badriah penintas TPPO yang saat ini jadi pengacara di Migran Care, Magdalena Pasaribu dari Yayasan IJMI, dan Mbak Linda Januarti Penyintas TPPO yang saat ini bekerja sebagai relawan di Komunitas Talita Kum.

Sosialisasi ini tidak hanya diisi dengan penyampaian materi, tetapi juga sesi tanya jawab dan diskusi. Para peserta terlihat antusias mengikuti kegiatan ini dan banyak yang mengajukan pertanyaan kepada para narasumber.

Salah satu pertanyaan menarik datang dari Ibu Erika, Guru Fisika SMA Regina Pacis. Beliau bertanya tentang bagaimana peran guru dan orang tua dalam mendampingi anak remaja agar tidak terjebak dalam jeratan TPPO.

Suster Irene, OSU menanggapi pertanyaan tersebut dengan dua poin penting. Pertama, perdagangan orang sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan kisah Yusuf dalam Alkitab Perjanjian Lama merupakan salah satu contohnya. Kedua, pelaku perdagangan orang banyak berasal dari orang dekat, seperti keluarga dan sahabat.

Oleh karena itu, Suster Irene menekankan pentingnya untuk bijak dalam bergaul dan kritis dalam melihat tawaran pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. Beliau juga mengingatkan agar berhati-hati terhadap tawaran kerja online, dan memastikan perusahaan yang menawarkan pekerjaan tersebut terdaftar dan terpercaya.

Kisah Inspiratif Para Penyintas TPPO

Sosialisasi TPPO di SMA Regina Pacis ini semakin berkesan dengan kehadiran para penyintas TPPO yang membagikan kisah inspiratif mereka. Ibu Siti Badriah, penyintas TPPO yang saat ini menjadi pengacara di Migran Care, menceritakan pengalamannya ditipu dan dipaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Beliau berhasil kabur dan kembali ke Indonesia, dan kini aktif membantu para korban TPPO lainnya.

Magdalena Pasaribu dari Yayasan IJMI menceritakan kisah para migran Indonesia yang dieksploitasi di luar negeri. Beliau menekankan pentingnya edukasi dan pendampingan bagi para migran agar terhindar dari TPPO.

Mbak Linda Januarti, penyintas TPPO yang saat ini bekerja sebagai relawan di Komunitas Talita Kum, menceritakan pengalamannya bekerja sebagai penipu online di Filipina. Beliau berhasil keluar dari jeratan TPPO dan kini membantu para remaja yang berisiko terjerumus ke dalam dunia kriminal.

Kisah-kisah inspiratif para penyintas TPPO ini memberikan motivasi dan semangat bagi para peserta untuk melawan TPPO. Mereka belajar bahwa TPPO dapat dicegah dan korban TPPO dapat bangkit dan menjalani kehidupan yang lebih baik.

Semangat Menjadi Agen Perdamaian

Sumber gambar Dok Markom Recis Jakarta
Sumber gambar Dok Markom Recis Jakarta
Di akhir sesi sebelum deklarasi dan foto bersama, Kepala SMA Regina Pacis Jakarta, Pak Maran, mengajak para Suster FMM dan Para Guru SMA maju ke hadapan para peserta didik. Beliau kemudian mengajak semua orang untuk menjadi agen pembawa damai, sejalan dengan komitmen SMA Regina Pacis untuk melahirkan pribadi-pribadi pembawa damai.

Pak Maran mengajak semua yang hadir untuk menyanyikan Doa Damai dari St Fransiskus Asisi; "Make Me A Channel of Peace" diiringi piano dari beliau sendiri. Momen ini menjadi penanda komitmen bersama untuk melawan TPPO dan membangun dunia yang lebih damai.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun