Transformasi Kurikulum yang Kontekstual Vs Transformasi Kelembagaan
Pengembangan kurikulum yang berkualitas dan visioner harus sejalan dengan kebutuhan lokal dan standar global. Dalam konteks Flores Timur, kurikulum harus mampu memberdayakan konteks lokal, yaitu Bumi Lamaholot. Peningkatan kualitas pendidikan harus mencerminkan kebutuhan spesifik wilayah ini, termasuk potensi dan tantangan yang dihadapinya. Misalnya, dengan membuka jurusan-jurusan di SMK yang sesuai dengan potensi daerah, seperti pariwisata, pertanian, dan kelautan, yang bisa memberikan dampak langsung pada perekonomian lokal. Berdasarkan fakta, serapan lulusan SMA/SMK di Flores Timur, banyak lulusan yang memilih jurusan keguruan dan kesehatan karena berharap skema lowongan PNS. Sayangnya, jumlah lulusan di bidang ini tidak sebanding dengan kebutuhan nyata, sehingga banyak yang akhirnya menganggur.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan terobosan yang mendasar dalam penentuan jurusan di SMA dan SMK. Penting untuk melakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan tenaga kerja lokal dan potensi lapangan kerja di Flores Timur. Dengan demikian, kurikulum dapat disesuaikan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Jurusan yang relevan seperti teknologi informasi, kewirausahaan, dan industri kreatif bisa menjadi pilihan yang lebih tepat. Hal ini akan membantu mengurangi produksi pengangguran setiap tahun dan memastikan bahwa lulusan siap menghadapi tantangan global dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Di sektor kelembagaan, sistem pendidikan harus mampu menciptakan suasana kerja yang kolaboratif dan bukan top-down. Model kepemimpinan collective leadership harus menjadi norma, di mana para pemimpin tidak hanya dihormati tetapi juga aktif mendengarkan dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Max De Pree menekankan bahwa tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas (define reality).The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant. Ini berarti pemimpin Flores Timur harus sungguh-sungguh mendengar dan melihat realita serta kebutuhan yang ada di Bumi Lamaholot. Hanya dengan memahami konteks lokal secara mendalam, pemimpin dapat membuat keputusan yang tepat dan relevan untuk pendidikan di daerah ini.
Para pemimpin harus menjadi pelayan yang mendukung dan mengarahkan perubahan positif, serta memastikan bahwa setiap keputusan diambil berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan lokal. Dengan demikian, transformasi kelembagaan yang menekankan collective leadership akan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis, di mana setiap individu merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan di Flores Timur.
Catatan Akhir
Transformasi pendidikan di Tanah Lamaholot dengan spirit collective leadership adalah langkah berani dan visioner. Dengan mengintegrasikan pemikiran para filsuf pendidikan modern dan nilai-nilai lokal, Flores Timur dapat membangun generasi emas yang tidak hanya unggul dalam kompetensi akademik tetapi juga memiliki karakter dan kemampuan untuk menghadapi tantangan global. Semangat kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan akan menjadi kunci kesuksesan transformasi ini, membuka jalan menuju masa depan yang cerah bagi Flores Timur. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H