Pagi ini, berita kecelakaan rombongan study tour kembali memenuhi layar berbagai media, mengingatkan kita akan tragedi serupa yang terjadi belum lama ini. Kecelakaan yang terjadi di tanjakan Sedayu, Kabupaten Tanggamus, dan Jombang, Jawa Timur, menambah daftar panjang insiden yang melibatkan perjalanan siswa. Kejadian ini memicu kekhawatiran dan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang keselamatan dan keamanan pelaksanaan study tour. Meskipun insiden ini sangat menyedihkan, ini juga mengingatkan kita akan pentingnya evaluasi menyeluruh dan penegakan standar keselamatan yang ketat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di luar sekolah.
Berita Terkini: Tragedi Kecelakaan Bus di Tanggamus dan Jombang
Kecelakaan bus yang membawa rombongan siswa terjadi di dua tempat dalam kurun waktu 24 jam, yakni di Tanggamus, Lampung, dan di Jombang, Jawa Timur. Kecelakaan di Lampung terjadi di tanjakan Sedayu, Kabupaten Tanggamus, saat bus rombongan study tour mengangkut siswa MIN 1 Pesisir Barat, Lampung. (JAKARTA, KOMPAS.TV - )
"Benar, dini hari tadi sekitar pukul 01.30 WIB terjadi laka tunggal, di mana satu unit bus terperosok ke dalam jurang di tanjakan Sedayu," kata Kapolres Tanggamus AKBP Rinaldo Aser, Rabu (22/5/2024).
Tragedi kecelakaan bus study tour yang baru-baru ini terjadi telah menggemparkan publik. Kejadian ini tak pelak menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan memicu polemik terkait penyelenggaraan study tour. Polemik ini berujung pada wacana pelarangan study tour yang digagas oleh beberapa pihak. Namun, melarang study tour bukanlah solusi yang tepat. Sama seperti pepatah "memukul nyamuk dengan palu," pelarangan ini ibarat solusi parsial yang gagal menyelesaikan akar permasalahan.
Mengatasi Akar Permasalahan Keselamatan Transportasi
Tragedi kecelakaan ini bagaikan puncak gunung es, di mana terdapat faktor-faktor lain yang perlu ditelusuri dan dibenahi. Alih-alih melarang study tour, fokus utama haruslah diarahkan pada evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraannya, dengan mengedepankan keselamatan dan keamanan. Pertanyaan krusial yang harus dijawab adalah: Apakah bus yang digunakan laik jalan? Apakah sopir memiliki jam kerja dan istirahat yang cukup? Apakah rute perjalanan telah direncanakan dengan matang?
Keselamatan perjalanan tidak bisa hanya bergantung pada satu faktor, melainkan harus merupakan hasil dari sistem yang terintegrasi dengan baik. Menurut Dr. Ahmad Munawar, seorang pakar transportasi dari Universitas Gadjah Mada, faktor utama dalam keselamatan transportasi adalah kondisi kendaraan, keterampilan dan kondisi fisik pengemudi, serta manajemen perjalanan yang baik. "Kendaraan yang tidak layak jalan dan pengemudi yang kelelahan adalah resep pasti untuk kecelakaan," ujarnya. Oleh karena itu, memastikan semua elemen ini terpenuhi adalah langkah pertama yang harus diambil untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Melarang Study Tour: Menutup Mata dari Akar Masalah
Melarang study tour hanya akan menutupi kelalaian dan kurangnya pengawasan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini ibarat memanipulasi data statistik, di mana angka kecelakaan study tour mungkin akan menurun, namun bukan karena faktor keselamatan yang meningkat, melainkan karena tidak ada lagi study tour yang diadakan.
Penting untuk diingat bahwa study tour bukanlah sekadar kegiatan rekreasi, melainkan bagian penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka, dengan konsepnya yang berfokus pada pengembangan karakter dan soft skills, menjadikan study tour sebagai sarana ideal untuk membekali generasi muda dengan pengalaman belajar yang bermakna. Melalui study tour, para siswa dapat belajar secara langsung di lapangan, mengamati fenomena alam dan sosial, serta berinteraksi dengan masyarakat. Pengalaman ini tak tergantikan oleh pembelajaran di dalam kelas, dan berkontribusi besar dalam pengembangan karakter, kemandirian, dan kemampuan memecahkan masalah.
Pengalaman Belajar yang Berharga: Experiential Learning
Konsep Experiential Learning, yang diperkenalkan oleh ahli pendidikan David Kolb, menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran melalui pengalaman langsung. Dalam konteks ini, study tour menawarkan peluang emas bagi siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari di kelas dalam situasi nyata. Mereka dapat mempraktikkan keterampilan analitis mereka, bekerja sama dalam tim, dan mengembangkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang dunia di sekitar mereka.
Menurut Kolb, ada empat tahapan dalam Experiential Learning: pengalaman konkret, refleksi observasional, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Study tour memungkinkan siswa untuk mengalami setiap tahap ini secara langsung. Mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi terlibat aktif dalam proses belajar. Mereka dapat mempraktikkan pengetahuan yang telah diperoleh, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan mengembangkan rasa ingin tahu mereka. Dalam proses ini, siswa belajar untuk menghubungkan teori dengan praktik, menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan relevan.
Pentingnya Manajemen Diri dan Karakter dalam Pendidikan
Lebih jauh lagi, pendidikan yang bermakna harus melibatkan pengembangan seluruh aspek diri siswa. Menurut psikolog terkemuka Daniel Goleman, kecerdasan emosional adalah fondasi penting yang tidak hanya mendukung keberhasilan akademis tetapi juga keberhasilan dalam kehidupan pribadi dan profesional. Goleman menguraikan kecerdasan emosional sebagai gabungan dari lima komponen utama: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk mengenali dan memahami emosi mereka sendiri, memberikan dasar untuk pengendalian diri yang lebih baik. Pengaturan diri mencakup kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif, sehingga dapat menghindari reaksi impulsif dan menjaga keseimbangan emosional. Motivasi adalah pendorong internal yang kuat yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan mereka dengan tekun dan gigih. Empati, kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain, sangat penting dalam membangun hubungan yang harmonis. Keterampilan sosial, yang melibatkan kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, memungkinkan seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain dan membangun jaringan yang kuat.
Selain Goleman, filosof pendidikan ternama John Dewey menekankan bahwa pendidikan yang sejati harus melibatkan pengembangan seluruh aspek diri siswa. Dewey berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya tentang menghafal fakta dan angka, tetapi juga tentang membentuk individu yang utuh dan harmonis. Ini mencakup aspek moral dan spiritual yang sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan tradisional. Dewey percaya bahwa pendidikan harus mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, bertindak dengan integritas, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, siswa tidak hanya dipersiapkan untuk sukses dalam karir mereka, tetapi juga untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Evaluasi dan Regulasi: Jalan Menuju Keselamatan yang Lebih Baik
Belajar dari tragedi ini, kita harus mengevaluasi dan memperkuat regulasi terkait penyelenggaraan study tour. Peran serta berbagai pihak, termasuk sekolah, orang tua, agen perjalanan, dan dinas terkait, sangatlah krusial dalam memastikan keamanan dan kelancaran kegiatan. Setiap pihak harus bertanggung jawab dan berkomitmen untuk mematuhi standar keselamatan yang tinggi. Mulai dari pengecekan rutin kendaraan, pelatihan pengemudi, hingga perencanaan rute yang aman, semua aspek harus diperhatikan dengan seksama.
Sekolah, sebagai penyelenggara utama, harus memastikan bahwa semua persiapan telah dilakukan dengan matang. Ini termasuk memilih agen perjalanan yang terpercaya, memastikan kendaraan dalam kondisi baik, dan memeriksa jadwal kerja pengemudi. Orang tua juga harus dilibatkan dalam proses ini, memberikan persetujuan dan memastikan bahwa mereka mendapatkan informasi yang lengkap tentang rencana perjalanan dan langkah-langkah keamanan yang diambil.
Dinas terkait, seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Pendidikan, harus aktif dalam melakukan pengawasan dan penegakan regulasi. Mereka harus memastikan bahwa semua kendaraan yang digunakan untuk study tour telah lulus uji kelayakan, dan bahwa semua pengemudi memiliki lisensi yang sesuai serta tidak bekerja melebihi jam kerja yang ditentukan. Selain itu, mereka juga harus menyediakan panduan dan pelatihan bagi sekolah dan agen perjalanan tentang cara mengelola perjalanan yang aman dan efisien.
Momentum untuk Perubahan Positif
Melarang study tour bukanlah solusi. Justru, kita harus menjadikan tragedi ini sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas dan standar penyelenggaraannya, demi mewujudkan tujuan pendidikan yang holistik dan bermakna bagi generasi muda. Pendidikan harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif, di mana siswa dapat belajar dengan tenang dan mendapatkan pengalaman berharga yang akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang berkarakter kuat dan berkepribadian unggul.
Dengan memperkuat regulasi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan, dan mengedepankan konsep Experiential Learning, kita dapat memastikan bahwa study tour tetap menjadi bagian integral dari proses pendidikan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis dan pengalaman hidup yang akan membentuk mereka menjadi pemimpin masa depan yang bijaksana, empatik, dan berintegritas.
Mari kita gunakan tragedi ini sebagai pendorong untuk melakukan perbaikan yang nyata dan berkelanjutan. Dengan kerja sama yang erat antara semua pihak terkait, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya aman tetapi juga inspiratif, memberikan siswa kesempatan untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi bagi masyarakat dengan cara yang paling efektif dan bermakna.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H