SMA Regina Pacis Jakarta, yang tahun ini memasuki usia ke-59 dalam dedikasinya mencetak generasi penerus pembawa damai.
Pengembangan spiritual bukan hanya sebuah aktivitas, melainkan sebuah tata kelola hati dan mental yang sangat penting. Melalui proses ini, kita membentuk diri kita menjadi individu yang tidak hanya cerdas dan tangguh, tetapi juga beriman. Inilah esensi dari pendidikan yang dijalankan olehRetret sekolah menjadi salah satu momen krusial dalam perjalanan spiritual siswa SMA Regina Pacis Jakarta. Melalui kegiatan ini, peserta didik diajak untuk merenung, mengevaluasi diri, dan memperkuat iman mereka. Ini adalah wujud nyata dari komitmen sekolah dalam membentuk karakter yang utuh, sebagaimana diamanatkan oleh Panca Pilar Recis yang diusung sekolah ini.
Pilar-pilar tersebut meliputi Kurikulum Internasional Pearson Edexcel yang berstandar global, Kurikulum Nasional yang mendorong kemandirian dan kreativitas, Character Building dengan core values CHIPS (Compassion, Humility, Integrity, Peace, dan Servant Leadership), Transformasi Digital dengan VR Class untuk pengalaman belajar yang lebih inovatif, serta Future Skills yang membekali siswa dengan keterampilan masa depan. Semua ini dirancang untuk mempersiapkan siswa tidak hanya untuk bersaing di panggung internasional, tetapi juga untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter.
Kegiatan spiritual di SMA Regina Pacis dikoordinasi oleh Bidang Pastoral, sebuah layanan yang biasanya hanya ditemukan di tingkat perguruan tinggi. Kami menyadari bahwa pendampingan karir dan pengembangan spiritual harus dimulai sejak usia dini untuk memastikan peserta didik mendapatkan dasar yang kuat dalam manajemen diri. Sebagai bagian dari layanan pastoral ini, pada hari Selasa, 21 Mei 2024, peserta didik yang beragama Katolik menjalankan Adorasi di Kapela Susteran FMM Palmerah, sementara peserta didik yang beragama lain melaksanakan semedi di kelas masing-masing. Kegiatan ini menegaskan pentingnya perenungan dan penguatan iman bagi semua siswa, apapun latar belakang agama mereka.
Konsep manajemen diri yang terintegrasi dalam pengembangan spiritual selaras dengan roh Kurikulum Merdeka, yang mengedepankan olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga. Olah pikir berfokus pada pengembangan kecerdasan intelektual, membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan akademis dan profesional. Olah rasa mendorong siswa untuk mengembangkan kepekaan emosional dan estetika, membantu mereka mengapresiasi keindahan dan memahami perasaan orang lain. Olah hati menekankan pentingnya pembentukan karakter dan nilai-nilai moral, memastikan siswa memiliki integritas dan kasih sayang dalam setiap tindakan mereka. Olah raga melibatkan aktivitas fisik yang menjaga kesehatan tubuh dan menanamkan disiplin serta kerja sama tim.
Menurut psikolog terkemuka Daniel Goleman, kecerdasan emosional adalah fondasi penting yang tidak hanya mendukung keberhasilan akademis tetapi juga keberhasilan dalam kehidupan pribadi dan profesional. Goleman menguraikan kecerdasan emosional sebagai gabungan dari lima komponen utama: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk mengenali dan memahami emosi mereka sendiri, memberikan dasar untuk pengendalian diri yang lebih baik. Pengaturan diri mencakup kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif, sehingga dapat menghindari reaksi impulsif dan menjaga keseimbangan emosional. Motivasi adalah pendorong internal yang kuat yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan mereka dengan tekun dan gigih. Empati, kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain, sangat penting dalam membangun hubungan yang harmonis. Keterampilan sosial, yang melibatkan kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, memungkinkan seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain dan membangun jaringan yang kuat.
Selain Goleman, filosof pendidikan ternama John Dewey menekankan bahwa pendidikan yang sejati harus melibatkan pengembangan seluruh aspek diri siswa. Dewey berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya tentang menghafal fakta dan angka, tetapi juga tentang membentuk individu yang utuh dan harmonis. Ini mencakup aspek moral dan spiritual yang sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan tradisional. Dewey percaya bahwa pendidikan harus mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, bertindak dengan integritas, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, siswa tidak hanya dipersiapkan untuk sukses dalam karir mereka, tetapi juga untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Menggabungkan pandangan Goleman dan Dewey, kita dapat melihat betapa pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan. Mengembangkan kecerdasan emosional dan aspek moral serta spiritual dari diri siswa adalah kunci untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana, empatik, dan berkarakter kuat. Di SMA Regina Pacis Jakarta, pendekatan ini diterapkan dalam setiap aspek pendidikan, memastikan bahwa setiap siswa tidak hanya siap menghadapi tantangan akademis dan profesional, tetapi juga mampu menjadi pemimpin yang membawa damai dalam komunitas mereka.
Retret Sekolah Bagian dari Latihan Spiritual Tahunan
Retret sekolah dan kegiatan spiritual lainnya menjadi salah satu implementasi dari core values CHIPS, terutama dalam menanamkan nilai Compassion dan Peace. Di sana, siswa diajak untuk mengembangkan empati dan kedamaian dalam diri mereka. Pengalaman spiritual selama retret ini menjadi fondasi kuat yang membantu mereka menjadi individu yang berintegritas dan penuh kasih sayang, siap membawa damai dalam lingkungan mereka.
SMA Regina Pacis Jakarta terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan esensi dari pendidikan karakter. Dengan pendekatan holistik yang diusung, sekolah ini memastikan bahwa setiap siswa tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan siap menghadapi tantangan global dengan kepala tegak dan hati yang damai.