Dalam konteks pendidikan, filsafat John Dewey juga memberikan sumbangan yang berharga. Dewey menekankan pentingnya pengalaman sebagai dasar dari pembelajaran yang bermakna. Baginya, kemerdekaan belajar bukanlah sekadar tentang membebaskan murid dari kontrol guru, tetapi lebih kepada memberikan kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam pengalaman belajar yang autentik, di mana mereka dapat mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka. Dalam pandangan ini, Merdeka Belajar dapat dilihat sebagai upaya untuk mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada peserta didik, yang memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan relevan terhadap dunia di sekitar mereka.
Namun demikian, kesadaran akan tanggung jawab juga harus dimiliki oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf pendidikan Paulo Freire, proses pendidikan sejati melibatkan dialog yang demokratis antara guru dan murid, di mana kedua belah pihak saling belajar dan mengajar. Guru, dalam konteks Merdeka Belajar, bukanlah sekadar pemberi informasi, tetapi juga fasilitator pembelajaran yang menginspirasi dan membimbing peserta didik dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
Selanjutnya, kita dapat mengaitkan Merdeka Belajar dengan gagasan tentang 'kebebasan positif' dalam filsafat politik. Ahli filsafat seperti Isaiah Berlin dan Amartya Sen telah menyoroti pentingnya kebebasan untuk mencapai potensi penuh individu, yang tidak hanya melibatkan kebebasan dari tekanan eksternal, tetapi juga kebebasan untuk mengembangkan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki. Dalam konteks pendidikan, ini mengarah pada pemahaman bahwa Merdeka Belajar tidak hanya tentang memberikan otonomi kepada peserta didik, tetapi juga memberi mereka akses terhadap sumber daya, kesempatan, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai keberhasilan akademis dan pribadi.
Namun, untuk mencapai kebebasan positif ini, kita perlu mengakui bahwa tidak semua individu memiliki kesempatan yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf politik John Rawls dalam konsepnya tentang "keadilan sebagai kesetaraan kesempatan", penting bagi sistem pendidikan untuk memberikan akses yang adil terhadap pendidikan bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang ekonomi, sosial, atau budaya mereka. Dalam konteks Merdeka Belajar, ini mengingatkan kita akan pentingnya mengatasi disparitas dalam akses terhadap pendidikan, memastikan bahwa semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kemerdekaan dalam pembelajaran.
Dalam upaya mewujudkan Merdeka Belajar yang sesungguhnya, kita juga perlu melibatkan filsafat moral. Ahli etika seperti Immanuel Kant menekankan pentingnya menghargai martabat dan otonomi individu. Dalam konteks pendidikan, ini mengarah pada pemahaman bahwa setiap peserta didik memiliki nilai sebagai individu yang unik, dan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan keterampilan akademis, tetapi juga untuk membentuk karakter dan moralitas mereka. Dalam pandangan ini, Merdeka Belajar tidak hanya tentang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka, tetapi juga tentang membantu mereka menjadi warga yang bertanggung jawab dan beretika.
Terakhir, kita perlu mengaitkan Merdeka Belajar dengan gagasan tentang pembelajaran sepanjang hayat dalam filsafat pendidikan. Ahli filsafat seperti Mortimer Adler dan John Dewey telah menyoroti pentingnya pembelajaran yang berkelanjutan dan berkelanjutan sepanjang hidup kita. Dalam konteks Merdeka Belajar, ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukanlah sekadar tentang mencapai hasil akademis tertentu, tetapi juga tentang proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk sukses dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Dan sebagai catatan akhir, Merdeka Belajar tidaklah sekadar sebuah kebijakan pendidikan, tetapi sebuah panggilan untuk merefleksikan kembali hakikat dan tujuan pendidikan dalam masyarakat kita. Dengan memahami dan mengintegrasikan konsep-konsep filosofis yang mendasarinya, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang mempromosikan kemerdekaan, tanggung jawab, kesetaraan, moralitas, dan pembelajaran sepanjang hayat. Hanya dengan cara ini kita dapat mewujudkan visi pendidikan yang sejalan dengan cita-cita besar bangsa ini, yang menghasilkan generasi yang cerdas, berwawasan luas, dan bertanggung jawab. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H