Pendidikan, bagaikan sebuah perjalanan panjang yang mengantarkan manusia menuju pencerahan dan kebahagiaan. Tak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, pendidikan juga menumbuhkan karakter, melatih keterampilan, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Di balik setiap langkah dalam perjalanan ini, terbentang tujuan akhir yang mulia: kebahagiaan sejati.
Pandangan ini sejalan dengan pemikiran dua tokoh pendidikan terkemuka, Nel Noddings dan Ki Hadjar Dewantara. Nodings, seorang filsuf pendidikan Amerika, mengemukakan konsep "pedagogi kepedulian" yang menekankan pentingnya membangun hubungan yang bermakna antara guru dan murid. Ia percaya bahwa kebahagiaan tercipta melalui koneksi personal dan rasa saling menghormati, di mana murid didorong untuk belajar dan berkembang sesuai dengan minat dan potensi mereka.
Menurut Nodings, kebahagiaan tercipta ketika individu merasa diperhatikan, dihargai, dan dihormati. Dalam konteks pendidikan, hal ini terwujud melalui:
Penciptaan lingkungan belajar yang aman dan suportif: Murid perlu merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri tanpa rasa takut akan penilaian atau hukuman.
Penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid: Murid didorong untuk belajar secara aktif dan sesuai dengan minat serta potensi mereka.
Penilaian yang berfokus pada perkembangan: Penilaian tidak hanya berpaku pada nilai numerik, tetapi juga pada kemajuan dan perkembangan murid secara holistik.
Pemberian umpan balik yang konstruktif dan positif: Umpan balik yang diberikan kepada murid haruslah membangun dan membantu mereka untuk berkembang.
Penciptaan komunitas yang peduli: Guru dan murid saling mendukung dan membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih lanjut Noddings juga menekankan pentingnya mengembangkan "kemampuan peduli" dalam diri murid. Kemampuan ini meliputi: