Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tolak Jadi Guru Inspiratif, Jadilah Guru "Gila" di Era Milenial

29 April 2024   23:00 Diperbarui: 29 April 2024   23:02 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era milenial yang penuh dengan perubahan dan disrupsi, peran guru kian kompleks. Tak cukup hanya menginspirasi dan mengajar, guru masa kini dituntut untuk melangkah lebih jauh, melampaui batas-batas konvensional, dan berani melakukan sesuatu yang "gila". Mereka tidak hanya menjadi penuntun dalam pembelajaran, tetapi juga harus menjadi agen perubahan yang mendorong inovasi dan kreativitas di antara generasi muda.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yuval Noah Harari, "Ketika kita tidak lagi tahu apa yang perlu dipelajari, keunikkan pribadi, kemampuan belajar cepat, dan kreativitas menjadi kompetensi yang paling penting." Ungkapan ini menegaskan bahwa dalam menghadapi tantangan zaman modern, guru tidak hanya perlu mengajarkan materi, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan yang relevan dan adaptif untuk sukses di masa depan. Hal ini menyoroti perlunya pendidikan yang berorientasi pada pengembangan potensi individu dan pemberdayaan siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Menginspirasi Saja Tidak Cukup.

Ya, inspirasi bagaikan meninabobokan murid. Murid terhanyut dalam cerita heroik sang guru, termotivasi untuk meraih mimpi, namun seringkali terjebak dalam zona nyaman, tak berani melangkah keluar dari kotak.

Namun, di balik panggung kehidupan, guru yang benar-benar efektif adalah yang mampu membimbing murid melewati batas-batas kenyamanan mereka. Mereka tidak hanya berbicara tentang mimpi, tetapi juga memperkuat keberanian dan kemandirian murid untuk mengejarnya. Guru yang menginspirasi secara holistik memberikan panduan praktis dan dukungan emosional yang diperlukan untuk melampaui hambatan dan mengubah mimpi menjadi kenyataan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Maya Angelou, "Untuk menginspirasi, seseorang harus bernyanyi dengan suara yang tepat, yang berbicara ke hati kita dan menantang kita untuk menemukan kekuatan yang luar biasa." Dalam konteks pendidikan, ini berarti guru harus lebih dari sekadar narator; mereka harus menjadi pembimbing, motivator, dan pendukung yang peduli untuk membantu setiap murid mencapai potensi penuh mereka.

Saatnya Bertransformasi Menjadi Guru "Gila".

Dalam konteks ini, "gila" bukanlah tentang kegilaan dalam arti klinis, melainkan sebuah paradoks yang merayakan keberanian dan kreativitas. Sebagaimana yang disampaikan oleh Albert Einstein, "Orang yang paling gila adalah orang yang melakukan hal yang sama berulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda." Dengan demikian, menjadi "gila" dalam konteks guru mencerminkan keberanian untuk mencari pendekatan baru dalam proses pembelajaran.

Konsep "gila" ini menyoroti perlunya pemikiran kritis terhadap norma-norma yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Michel Foucault, "Norma adalah kekuatan yang tak terlihat yang selalu ada di balik struktur sosial." Dalam hal ini, menjadi guru "gila" adalah tentang melepaskan diri dari keterikatan pada norma dan mengambil risiko untuk mengubah paradigma pembelajaran.

Selain itu, menjadi guru "gila" juga mencerminkan pemahaman mendalam akan pentingnya proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, "Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup; pendidikan adalah hidup itu sendiri." Guru "gila" memahami bahwa kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar, dan mereka memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan inovasi. Dengan demikian, menjadi "gila" dalam konteks pendidikan bukanlah sekadar sebuah cap, melainkan sebuah panggilan untuk memperjuangkan perubahan dan kemajuan dalam dunia pendidikan.

Mengapa Guru Harus "Gila"?

1. Menantang generasi milenial yang haus akan pengalaman.

Generasi milenial tak mudah terkesan dengan kata-kata inspiratif semata. Mereka haus akan pengalaman, ingin merasakan sendiri petualangan belajar yang menantang dan bermakna. Guru "gila" mampu menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan, mendorong murid untuk keluar dari zona nyaman, dan menantang mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka.

2. Mengubah pola pikir "bisa" menjadi "pasti bisa".

Generasi milenial sering kali dihantui rasa ragu dan tidak percaya diri. Guru "gila" mampu menumbuhkan rasa percaya diri pada murid dengan menunjukkan bahwa segala sesuatu mungkin dilakukan. Mereka tak ragu untuk mencoba hal baru, bahkan jika hal itu tampak mustahil. Dengan melihat keberanian guru, murid terinspirasi untuk berani melangkah dan yakin bahwa mereka mampu mencapai apa pun yang mereka inginkan.

3. Mempersiapkan murid untuk dunia yang tak terduga.

Dunia terus berubah dengan pesat. Tak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Guru "gila" mampu mempersiapkan murid untuk dunia yang tak terduga dengan membekali mereka dengan keterampilan abad ke-21, seperti kreativitas, problem solving, dan critical thinking.

Bagaimana Menjadi Guru "Gila"?

1. Keluar dari zona nyaman.

Langkah pertama adalah dengan keluar dari zona nyaman. Guru "gila" tak takut untuk mencoba hal baru, bahkan jika hal itu tampak gila. Mereka selalu mencari cara baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuat belajar menjadi lebih menyenangkan.

2. Berani mengambil risiko.

Kegagalan adalah bagian dari proses pembelajaran. Guru "gila" tak takut gagal, karena mereka yakin bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka berani mengambil risiko dan mencoba hal baru, meskipun ada kemungkinan gagal.

3. Selalu belajar dan berkembang.

Dunia terus berubah, dan begitu pula dengan dunia pendidikan. Guru "gila" selalu haus akan pengetahuan dan selalu mencari cara baru untuk meningkatkan diri. Mereka tak pernah puas dengan apa yang mereka capai dan selalu ingin belajar dan berkembang.

4. Bangun komunitas belajar yang positif.

Guru "gila" tak bekerja sendirian. Mereka membangun komunitas belajar yang positif dengan melibatkan murid, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya. Bersama-sama, mereka menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung bagi semua orang.

Catatan Akhir

Menjadi guru "gila" bukan berarti meninggalkan peran guru inspiratif. Kedua peran ini dapat terintegrasi dengan baik untuk menciptakan guru yang ideal di era milenial. Guru yang mampu menginspirasi dan memotivasi murid, sekaligus berani mengambil risiko dan mencoba hal baru. Guru yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri pada murid dan mempersiapkan mereka untuk dunia yang tak terduga.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun