Pendidikan yang memerdekakan, sebuah gagasan yang menggema di tengah hiruk pikuk pergulatan dan seruan pembebasan guru yang terbelenggu oleh kesejahteraan baik terucap dan tak terucap. Cita-cita mulia untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang merdeka belajar, merdeka berkarya, dan merdeka menjadi diri mereka sendiri.
Namun, di balik gempuran idealisme ini, tersembunyi realitas pahit: para guru, pilar utama dalam mewujudkan pendidikan yang memerdekakan, masih terbelenggu dalam belenggu diri mereka sendiri.
Sebelum kita berbicara tentang membebaskan murid, mari kita renungkan terlebih dahulu: bagaimana mungkin kita membebaskan orang lain, sementara kita sendiri masih terikat? Bagaimana mungkin kita menuntun murid menuju kemerdekaan belajar, jika para guru masih terbelenggu dalam jeratan kesejahteraan yang tidak memadai?
Guru  yang Terbelenggu: Realitas Kesejahteraan yang Memprihatinkan
Di balik idealisme pendidikan yang memerdekaan, terbentang realitas pahit yang tak terelakkan: kesejahteraan guru di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Gaji yang minim, tunjangan yang tidak sepadan, dan beban kerja yang menumpuk menjadi belenggu yang menghambat langkah para pahlawan tanpa tanda jasa ini.
Bagaimana mungkin guru fokus menuntun muridnya menuju kemerdekaan belajar, jika mereka sendiri masih harus berjibaku memenuhi kebutuhan hidup yang paling dasar? Bagaimana mungkin mereka membangkitkan semangat belajar murid, jika mereka sendiri terbebani dengan kecemasan finansial yang tiada henti?
Membebaskan Diri: Kesejahteraan Guru sebagai Kunci
Sebelum berbicara tentang membebaskan murid, kita harus terlebih dahulu membebaskan para guru. Kesejahteraan guru adalah kunci untuk membuka gerbang menuju pendidikan yang memerdekaan.
Seperti yang dikatakan oleh Gary John Bishop dalam bukunya, "Bereskan Dirimu Dulu", kunci untuk mencapai perubahan yang positif adalah dengan terlebih dahulu membereskan diri kita sendiri. Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa guru harus terlebih dahulu menyelesaikan permasalahan kesejahteraan mereka sebelum mereka dapat fokus pada tugas mulia mereka dalam mencerdaskan bangsa.
Menuju Pendidikan yang Memerdekakan: Sinergi dan Kolaborasi
Membangun pendidikan yang memerdekaan membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan utama, harus berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Gaji yang layak, tunjangan yang memadai, dan jaminan kesehatan yang komprehensif adalah langkah awal yang krusial.
Masyarakat pun tak boleh tinggal diam. Dukungan dan penghargaan terhadap profesi guru harus terus digaungkan. Apresiasi dan partisipasi aktif dalam memajukan pendidikan menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif.
Guru yang Merdeka, Murid yang Merajut Masa Depan
Ketika para guru terbebas dari belenggu kesejahteraan, mereka akan memiliki energi dan fokus untuk mendedikasikan diri mereka sepenuhnya pada tugas mulia mereka. Mereka akan menjadi penuntun yang inspiratif, membimbing murid dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, memupuk potensi mereka, dan mengantarkan mereka menuju kemerdekaan belajar.
Murid yang belajar dengan guru yang merdeka akan merasakan atmosfer pembelajaran yang positif dan inspiratif. Mereka akan terdorong untuk mengeksplorasi diri, mengembangkan bakat mereka, dan menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan mandiri.
Pendidikan yang memerdekaan bukan hanya sebuah mimpi, tetapi sebuah keniscayaan. Dengan membebaskan para guru, kita membuka jalan menuju masa depan bangsa yang gemilang, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk merdeka belajar, merdeka berkarya, dan merdeka menjadi diri mereka sendiri.
Marilah kita bersatu padu, bergandengan tangan, dan bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekaan. Karena di balik guru yang merdeka, terbentang masa depan bangsa yang gemilang.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI