Dalam upaya membentuk karakter siswa yang tangguh dan berakhlak mulia, sekolah memiliki peran yang sangat penting. Namun, dalam menghadapi kompleksitas zaman modern, pendidikan karakter tidak bisa hanya bergantung pada pengajaran di dalam kelas saja. Salah satu strategi inovatif yang muncul adalah kolaborasi dengan tokoh adat dan alumni. Dengan memanfaatkan kearifan lokal dan pengalaman masa lalu, sekolah dapat mengukir karakter siswa dengan lebih mendalam dan berkelanjutan.
Pendekatan ini mencerminkan pemikiran Neil Postman dan Thomas Lickona tentang pentingnya nilai-nilai moral dan kemandirian dalam pendidikan. Postman dalam bukunya yang berjudul "The Disappearance of Childhood" menyoroti pengaruh teknologi dan media terhadap pendidikan moral anak-anak. Ia menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan moralitas. Lickona, dalam karyanya "Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility", menekankan perlunya pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, dan empati. Menurutnya, pendidikan karakter adalah inti dari pendidikan yang sejati dan membawa dampak positif dalam kehidupan siswa.
Kolaborasi dengan tokoh adat merupakan langkah konkret dalam mewujudkan visi pendidikan karakter yang diadvokasi oleh Lickona. Tokoh adat seringkali merupakan penjaga kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam budaya masyarakat. Dengan melibatkan mereka dalam proses pendidikan, sekolah tidak hanya memperkaya kurikulum dengan perspektif yang beragam, tetapi juga memberikan penghormatan yang pantas terhadap warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Kolaborasi dengan alumni juga memiliki nilai yang signifikan dalam pembentukan karakter siswa. Alumni adalah saksi hidup dari proses pendidikan di sekolah dan telah melewati berbagai pengalaman yang mungkin serupa dengan siswa saat ini. Dengan melibatkan mereka sebagai mentor atau pembicara tamu, sekolah dapat menginspirasi dan membimbing siswa dalam menghadapi tantangan masa remaja serta membentuk karakter yang kuat dan tangguh.
Kolaborasi dengan tokoh adat dan alumni bukan hanya tentang pengenalan nilai-nilai dan pengalaman hidup, tetapi juga tentang membangun ikatan emosional antara sekolah, siswa, dan masyarakat. Ketika siswa merasa terhubung dengan warisan budaya dan alumni mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan mengembangkan diri secara pribadi maupun akademis.
Implementasi strategi kolaboratif ini juga sejalan dengan visi Yuval Noah Harari tentang kemandirian individu dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam masyarakat modern. Harari menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi dan sosial. Kolaborasi dengan tokoh adat dan alumni memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan ini dengan memperoleh wawasan dan pandangan yang beragam.
Dalam kesimpulan, kolaborasi dengan tokoh adat dan alumni merupakan strategi yang kuat dalam membentuk karakter siswa di sekolah. Dengan memanfaatkan kearifan lokal dan pengalaman masa lalu, sekolah dapat mengukir karakter siswa dengan lebih mendalam dan berkelanjutan. Dalam konteks pendidikan moral dan kemandirian, pendekatan ini memperkaya pengalaman belajar siswa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan dengan tegar dan optimisme. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H