Mengevaluasi dan memonitor implementasi Kurikulum Merdeka.
Work-Life Balance bagi Pemimpin Transformatif
Menurut Nolls Nodding dalam bukunya "Happiness Education", tujuan akhir dari pendidikan adalah mencapai kebahagiaan. Konsep ini menggambarkan pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga mampu meraih kebahagiaan dalam kehidupan pribadi dan sosial mereka. Oleh karena itu, proses pendidikan seharusnya tidak hanya terfokus pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan nilai-nilai yang mendukung kehidupan yang bermakna dan memuaskan.
Dalam konteks ini, pemimpin transformatif memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa lingkungan pendidikan mendukung pencapaian tujuan akhir tersebut. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemimpin adalah keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, atau yang dikenal dengan istilah work-life balance. Pemimpin yang mampu mencapai keseimbangan ini akan lebih mampu memimpin dengan efektif dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya.
Dengan menjaga keseimbangan work-life balance, pemimpin dapat menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap kesejahteraan pribadi mereka sendiri serta kesejahteraan staf dan peserta didik mereka. Ini menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif di mana setiap individu merasa dihargai dan didukung. Sebagai hasilnya, kualitas kepemimpinan akan meningkat, dan pengaruh positifnya akan tercermin dalam prestasi akademis dan kesejahteraan emosional peserta didik serta keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Kesimpulan
Pemimpin transformatif memiliki peran penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan karakteristik dan perannya, pemimpin transformatif dapat membantu sekolah dan guru untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka bukan berarti bebas tanpa arah, melainkan kemandirian dan ragam cara belajar untuk mencapai tujuan. Pemimpin transformatif dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan belajar mereka dengan cara yang terbaik bagi mereka.
Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemimpin transformatif, guru, staf, dan orang tua. Dengan kerja sama yang baik, Kurikulum Merdeka dapat menjadi kunci untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan menyenangkan bagi semua anak di Indonesia. ***Yulius Maran - Kepala SMA Regina Pacis, Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H