Mohon tunggu...
Money Pilihan

Suara Anak Negeri Papua di Pelindo II untuk Jokowi

12 Februari 2016   12:38 Diperbarui: 12 Februari 2016   13:10 10862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Membaca tulisan rekan saya Aldimas, saya ingin berbagi kisah juga. Dengan berbagai kecamuk rasa, saya coba tuliskan di sini.

Bayangkanlah sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Alam liar masih perawan. Anak-anak kecil bertelanjang kaki, berbaju seadanya. Saya bagian dari mereka, dan sangat beruntung bisa menimba ilmu hingga capai gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Cendrawasih.

Iramawa raurande isaineno

Aie… Daie kidoniwo yetimuru

Iramawa imesiri,  nanunei

Aie… Daie kidoniwo yetimuru

Tapi saya hanya sedikit sekali dari warga Papua yang bisa kuliah. Semua di desa kami serba mahal. Sembako, pakaian, apalagi buku-buku. Sebab semua didatangkan dari Tanah Jawa, biayanya tinggi sekali. Kapal yang membawanya harus transit berkali-kali. Jangankan bersekolah tinggi, sebagian besar dari kami harus berpikir keras agar bisa membeli kebutuhan pokok. Andaikan saya bisa membantu mereka, kami, warga Indonesia Timur. Kitorang orang Papua juga pu cita-cita mau maju.

Saya lahir di Vanimo, Papua New Guinea, 29 Januari 1989. Belasan tahun keluarga saya di sana, hingga akhirnya kembali ke Yapen, lalu Jayapura. Jangan tanya bagaimana kondisi kami. Jika dibandingkan dengan kota-kota di Indonesia Barat, pastilah jauh tertinggal. Inilah yang membuat saya selalu tergugah, kapan gerangan kami bisa semaju Indonesia Barat? Ini juga yang membuat saya sangat bersemangat bersekolah, lalu kuliah, tanpa peduli betapa susah hidup kami. Pace dan mace sa kerja keras agar sa bisa sekolah tinggi.

Senyum saya terkuak lebar ketika tahun 2013 lolos dalam penerimaan karyawan Pelindo II, yang sengaja diadakan bagi warga Indonesia Bagian Timur. Saya, putra Serui, di Kepulauan Yapen, Papua, bisa mengabdikan diri di dunia kepelabuhan Indonesia. Waktu itu saya ditempatkan sebagai staf Manager di Pelabuhan Teluk Bayur Divisi Usaha Terminal. Sekarang saya dipercaya di bagian pelayanan Multipurpose Divisi Usaha Terminal Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat.

Selama di Pelindo II, saya lihat visi perusaaan kami sangat luar biasa. Pelindo II ingin mengintegrasikan semua pelabuhan di Indonesia, dari barat sampai timur. Apalagi dengan rencana pembangunan Pelabuhan Sorong, Papua Barat. Terbayang, andai proyek itu direalisasikan, warga Papua akan sangat terbantu. Sudah saatnya kami punya pelabuhan besar yang bisa menerima kapal-kapal besar, sehingga pengiriman logistik dari Tanah Jawa tak harus berkakli-kali transit. Sehingga semua kebutuhan kami bisa dijangkau secara ekonomi. Masyarakat Papua selalu menantikan kapan mereka bisa merasakan apa yang di rasakan masyarakat yang ada di Indonesia Barat. Dengan adanya pembangunan pelabuhan di Sorong, maka warga Papua memiliki lapangan pekerja. Hal ini sangat membantu kami masyarakat Papua untuk mendapatkan peluang kerja.

Indonesia itu bukan hanya Tanah Jawa, Indonesia itu dari Aceh hingga Papua. Maka pembangunannya harus merata. Kalimat ini selalu terngiang di telinga saya, setiap teringat sosok pimpinan kami.

Jangan heran kalau hati saya gusar ketika Agustus 2015 silam mendengar tuduhan miring terhadap perusahaan kami. Kami dituduh merugikan negara, mana mungkin! Perusahaan kami terus diekspos, orang-orannya dicecar, seolah pelaku kejahatan tak terampunkan.

Saya mungkin hanya orang polos dari Yapen, Papua, tapi hati saya bisa membedakan mana benar mana salah. Hati kecil saya terusik. Selama ini Pelindo II mendapat kepercayaan ari investor asing dan banyak pihak. Mereka paham bagaimana visi misi ke depan Pelindo II. Ayolah, mereka yang menuding Pelindo II berbuat yang tidak-tidak, sudah berbuat apa untuk Indonesia, khususnya untuk warga Indonesia Timur? Saya sudah banyak bertemu dan mendengar omogan orang yang hanya teori saja, realisasi tidak ada. Pimpinan kami di Pelindo II justru sebaliknya.

Banyak orang omong besar ingin membangun ini dan itu di wilayah Indonesia Timur. Itu tidak akan mungkin kalau infrastrukturnya tidak ada. Mana mungkin investor mau masuk. Selama tiga tahun saya bergabung Pelindo II, terlihat perusahaan ini punya visi hebat membangun infrastrukturnya lebih dulu. Terobosan macam inilah yang kita butuhkan, bukan omong besar seperti yang dilakukan banyak pihak.

Sayang seribu sayang, kini proyek-proyek visioner itu tersendat. Pimpinan kami diberitakan macam-macam, semua tuduhan negatif itu. Semua ini mengganggu pekerjaan kami.

Walaupun kerja di kantor cabang, semua itu juga terasa. Pengguna jasa seakan tak percaya lagi. Tatapan mata mereka selalu mengaitkan kami dengan berita-berita miring.

Saya hanya orang kecil, karyawan biasa, bukan pengambil keputusan penting. Namun hati ini terus risau, cita-cita saya perlahan memudar. Tapi belum pudar sepenuhnya. Masih ada harapan di hati kecil saya, semua kembali seperti semula. Kembali bisa fokus bekerja, mewujudkan cita-cita masa kecil saya, membangun Tanah Papua, tanah harapan saya.

Saya ingin terus membaktikan diri pada negeri ini. Agar pembangunan bisa merata. Agar semua anak-anak di Indonesia Timur bisa mengecap pendidikan tinggi seperti saya. Agar kami bisa menikmati semua kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Ingat, Indonesia bukan hanya Tanah Jawa.

Semoga pihak-pihak yang berkuasa di luar sana sudi mendengar jeritan hati saya, jeritan hati anak Serui, Papua. Saya jadi teringat sebuah lagu, yang selalu saya nyanyikan, setiap kali rindu kampung halaman.

Wopedombe wopopedombe sawato

Aie... Daie Jau ninao

Jembai deo Jembai deo dautafo

Aie.... Daie Jau ninao

Aromu... Aromu wau…

Kepada bapak presidenku Jokowi, kitorang minta selamatkan Pelindo II, agar cita-cita kami membangun daerah tertinggal dapat terus di laksanakan. Terima kasih. #SavePelindo2*** 

Anthonius Dianserai Marani

NIPP 289018075

Atas Nama Kaukus Karyawan Muda Pelindo II

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun