Dengan dasar bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi sosial baik secara langsung maupun tidak dengan manusia lainnya. Berangkat dari dasar tersebut maka interaksi menjadi kunci dalam keberlangsungan manusia itu sendiri.Â
Dalam hal ini, proses interaksi sosial yang berlangsung antar manusia maupun dalam suatu kelompok tertentu maka dibutuhkan sebuah instrumen.Â
Dengan begitu, dikenal sebuah instrumen yang difungsikan untuk menjadi media bagi manusia untuk bisa berinteraksi dan menjalin hubungan sosial dengan manusia lainnya yang disebut dengan komunikasi.Â
Komunikasi itu sendiri secara singkat merupakan sebuah proses transmisi pesan dari berbagai pihak yang terlibat dalam prosesnya itu sendiri. Tujuan dari adanya proses komunikasi dalam interaksi sosial antar manusia adalah membangun kesepahaman dan untuk mencapai tujuan-tujuan dari masing-maisng pihak tertentu.Â
Dalam komunikasi tersebut terdapat beberapa unsur yang penting dan saling berkomplemen seperti pelaku komunikasi, pesan, media, hingga umpan balik.
Membahas mengenai interaksi dan komunikasi yang terjadi di kalangan masyarakat maka terdapat beberapa bentuk dari interaksi itu sendiri. Salah satunya adalah bersifat positif atau berbentuk proses sosial asosiatif (Soekanto: Bungin, 2006: 58).Â
Pada kesempatan ini, pembahasan akan difokuskan pada salah satu bentuk dari proses sosial asosiatif dalam realitas sosial masyarakat yaitu dalam bentuk sosialita.
Istilah sosialita itu sendiri merupakan sebuah bentuk daripada interaksi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Pada umumnya, sosialita menjadi sebutan bagi kelompok atau organisasi bagi mereka yang memiliki tingkat atau kelas ekonomi menengah ke atas.Â
Namun, ada realitanya bentuk nyata sosialita dapat terjadi di berbagai kalangan kelas ekonomi termasuk kelas ekonomi menengah ke bawah. Sosialita menjadi salah satu bentuk nyata dari adanya ragam organisasi di dalam masyarakat.Â
Organisasi dalam bentuk sosialita ini muncul ketika adanya upaya dari individu atau kelompok dari kalangan ekonomi tertentu berupaya untuk meraih stratifikasi sosial tertentu. Untuk mencapai stratifikasi sosial tersebut maka bergabung atau membentuk sosialita menjadi sebuah usaha untuk meningkatkan nilai dari setiap individu atau kelompok yang bergabung dalam sosialita tersebut.
Membahas mengenai sosialita sebagai salah satu bentuk ragam organisasi yang ada pada realitas sosial masyarakat maka terdapat nilai-nilai yang terdapat di dalamnya.Â
Pada umumnya, sosialita yang terdiri dari berbagai jenis individu akan dilihat melalui latar belakangnya. Dengan kata lain, ketika individu mempunyai latar belakang baik pendidikan, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya yang dirasa sesuai dengan nilai-nilai organisasi sosialita tersebut maka akan dipandang segan atau memiliki kualitas nilai yang tinggi dalam sosialita tersebut.Â
Dengan begitu, terkadang dalam organisasi yang berbentuk sosialita tersebut memiliki tujuan yang cenderung ambigu dikarenakan ada beberapa pihak yang menganggap bahwa sosialita sebagai wadah organisasi untuk ajang memamerkan kekayaan dirinya.Â
Dengan demikian, daripada menekankan pada nilai-nilai kebersamaan ataupun nilai sosial lainnya, dalam organisasi sosialita juga terdapat penekanan pada nilai kekayaan harta benda maupun kualitas latar belakang dari setiap individu yang bergabung dalam sosialitas tertentu.
Dalam pandangan komunikasi khususnya pada komunikasi organisasi terhadap sosialita maka terdapat beberapa bentuk atau pola komunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sosialita sebagai salah satu ragam organisasi dalam masyarakat maka tidak akan lepas perannya dari kontribusi komunikasi sebagai alat interaksi antar anggota atau individu dalam sosialita.Â
Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa komunikasi menjadi penunjang dalam proses kegiatan para anggota sosialita untuk membentuk nilai budaya, transmisi pesan maupun infromasi, dan berbagai pengetahuan antar anggota. Dengan demikian, pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi sosialita adalah pola komunikasi untuk berinteraksi, bertukar informasi, dan pikiran (Pace dan Faules, 2002: 171).
Â
REFERENSI
Abadi, C. Konstruksi Makna Sosialita Bagi Kalangan Sosialita.
Dwijayanti, R. I., Rajagukguk, S., & Budiana, A. Modernitas Dalam Kehidupan Hedonis Remaja Putri.
Rachmat, R. N. Pola Komunikasi Kaum Sosialita Di Lingkungan Masyarakat Kota Bandung.
Gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H